Customer Expectation Loyalitas Landasan Teoritis

pelanggan yang puas dengan pelanggan loyal. Keduanya berkontribusi pada profitabilitas perusahaan pada cara yang berbeda. Pelanggan yang puas lebih suka untuk mempromosikan perusahaan, dikarenakan kepuasan merupakan sesuatu yang orang sukai untuk dibicarakan. Pelanggan yang loyal dapat memberikan keuntungan yang lebih, dikarenakan mereka lebih suka untuk membeli produk- produk tambahan yang ditawarkan, seringkali tanpa melihat harga terbaik dari produk competitor di pasar. Oliver, 1997 dalam Güngör 2007 memaparkan loyalitas merupakan sebuah komitmen yang sangat erat dari pelanggan untuk melakukan pembelian ulang dari produk maupun jasa yang lebih disukainya secara konsisten di masa yang akan datang, di samping pengaruh situasional dan upaya-upaya pemasaran yang berpotensi menyebabkan perilaku penggantian switching behavior. Loyalitas merupakan tentang masa depan dan bukanlah tentang kondisi yang terjadi pada masa lalu. Kotler dan Keller 2009 mendefinisikan 4 empat status dari loyalitas, yakni sebagai berikut: 1. Loyalitas Berat – Konsumen hanya membeli satu merek sepanjang waktu. 2. Loyalitas yang Terbagi – Konsumen loyal kepada dua atau tiga merek. 3. Loyalitas yang Bergeser – Konsumen beralih loyalitas dari satu merek ke merek lain. 4. Orang yang suka berpindah – Konsumen yang tidak memperlihatkan loyalitas kepada merek apapun.

2.1.8 Status Sosial Ekonomi Socioeconomic StatusSES

Salah satu landasan utama yang kerap digunakan oleh para pemasar dalam melakukan segmentasi adalah berdasarkan pada faktor demografi. Para pemasar memiliki keyakinan bahwa demografi merupakan faktor penting dalam menentukan segmentasi pasar, atau paling tidak untuk mendeskripsikan segmen tertentu. Tingkat kesejahteraan seseorang bisa dilihat dari tingkat pendapatan maupun tingkat pengeluarannya. Namun biasaya akan dijumpai kesulitan apabila menanyakan orang tentang berapa besar pendapatan yang diperolehnya. Pada umumnya orang akan keberatan untuk menjawab berapa besar pendapatannya, dan lebih mudah mengungkapkan berapa besar pengeluaran rutin sehari-harinya. Dengan demikian maka akan lebih mudah mengetahui tingkat kesejahteraan seseorang dengan melihat dari sisi pengeluarannya http:sme.marketing.co.id . Pada umumnya para peneliti mendefinisikan pengeluaran dalam pengertian yang relatif sama, yaitu pengeluaran rutin untuk barang dan jasa seperti membeli makanan dan minuman, biaya sekolah anak, biaya listrik, gaji pembantu, transportasi, dan lainnya dalam sebulan—tidak termasuk pengeluaran untuk kredit kendaraan atau rumah. Namun yang membedakan adalah basis pengelompokannya. Pengelompokan ini sering juga disebut Socioeconomic Status SES. Tinggi rendahnya SES seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Dalam lingkup riset pemasaran, SES tergambar dalam 5 lima kelompok, yaitu: SES E, SES D, SES C, SES B. dan SES A. Pengelompokkan ini akan berbeda jika melihat versi Badan Pusat Statistik BPS, menjadikan patokan dalam pengelompokan tetap sama, yakni kelompok pengeluaran per kapita per bulan, yang terdiri dari kelompok pengeluaran di atas Rp 500.000, kelompok Rp 300.000–499.999, kelompok Rp 200.000–299.999, dan seterusnya. Frontier 2011 menjelaskan kategori dari SES berdasarkan tingkat pengeluaran di kota- kota besar adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Pengeluaran di Kota-kota Besar Pengeluaran SES Jumlah Kurang dari Rp 600.000 E 4,2 Rp 600.000 – Rp 1.000.000 D 19,8 Rp 1.000.000 – Rp 1.800.000 C 38,8 Rp 1.800.001 – Rp 3.000.000 B 22,3 Lebih dari Rp 3.000.000 A 15 Sumber: Frontier 2011

2.1.9 Structural Equation Modelling SEM dan Partial Least Squares PLS

SEM merupakan suatu teknik pemodelan statistika yang mampu menganalisi hubungan antar peubah laten, peubah indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Di samping hubungan kausal searah, metode SEM