INTEREST RATE RISK continued

314 Laporan Tahunan 2008 BNI The original consolidated financial statements included herein are in Indonesian language. PT BANK NEGARA INDONESIA PERSERO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT BANK NEGARA INDONESIA PERSERO Tbk AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2008 and 2007 Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated 47. RISIKO OPERASIONAL

47. OPERATIONAL RISK

Dalam rangka menerapkan manajemen risiko operasional, mengacu kepada Basel Accord II dan PBI 58PBI2003, maka BNI melakukan identifikasi, mengukur dan mengendalikan risiko operasional dengan: In order to implement operational risk management, which is guided by Basel Accord II and PBI 58PBI2003, BNI conducts operational risk identification, measurement, monitoring and control by:  Self Assessment, merupakan salah satu metode dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya risiko operasional. Metode ini merupakan persepsi atau prakiraan unit operasional terhadap kemungkinan risiko yang dihadapi. Metode ini terdiri dari suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan sendiri oleh setiap unit pemilik risiko risk owner dalam mengidentifikasi, menilai, mengontrol dan memantau risiko operasional. Saat ini perangkat yang telah diterapkan Bank dalam mengimplementasikan metode ini adalah Operational Risk Self Assessment ORSA.  Self Assessment, which is a methodology to detect the possibility that an operational risk has occurred. The methodology reflects the operational unit’s own perception and estimation of the risks faced. This method is a self-assessment process conducted by every risk owner in identifying, assessing, controlling and monitoring operational risk. The Bank currently utilizes Operational Risk Self Assessment ORSA tool to implement this methodology.  Loss Event Database, merupakan sarana yang digunakan untuk mengetahui peristiwa risiko operasional yang terjadi mencakup proses dan lokasi kejadian yang mengakomodasi delapan lini bisnis. Sarana ini merupakan proses untuk memonitor profil dan dampak risiko operasional secara teratur.  Loss Event Database, an infrastructure to identify an operational risk event that has occurred, which covers the process and location of occurrence, and accommodating the Bank’s eight business lines. It is a means to monitor operational risk exposure and profile in an orderly manner.  Key Risk Indicator, merupakan serangkaian parameter yang memungkinkan unit bisnis untuk memonitor secara berkesinambungan risiko operasional yang bersifat sangat prediktif tentang perubahan pada proses profil risiko operasional.  Key Risk Indicator, a series of parameters enabling business units to continually monitor operational risk that is highly predictive of the changes in the profile of operational risk process.  Action Plan, merupakan tindak lanjut untuk memitigasi risiko yang teridentifikasi dari ketiga proses di atas.  Action Plan, a follow-up to mitigate risks identified during the above three processes. Untuk mendukung pelaksanaan hal-hal tersebut, saat ini sedang dibangun Perangkat Risiko Operasional PERISKOP. PERISKOP akan membantu Bank untuk: To support the implementation of the above, currently the Bank is building Operational Risk Tools PERISKOP. PERISKOP will assist the Bank to:  Memberikan gambaran potensi risiko operasional maupun kerugian aktual.  Provide an overview of the potential operational risks as well as the actual loss.  Membantu mengelola risiko operasional, mulai dari identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi risiko, pemantauan dan pelaporan risiko operasional.  Manage operational risk from identification, assessment, mitigation, monitoring and reporting of operational risks.