Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2 standar sarana dan prasarana. Sarana yang memadai dapat mendukung
terwujudnya tujuan pendidikan yang diharapkan dan dapat memenuhi standar kualitas pendidikan yang signifikan ke arah yang lebih baik. Pendidikan di
Indonesia dilalui secara bertahap mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah atas. MIM Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah merupakan pendidikan dasar
dan setara dengan SD Sekolah Dasar yang ditempuh oleh siswa selama enam tahun belajar. Lebih lanjut dijelaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
pasal 17 ayat 1, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Oleh karena itu, berbagai pengetahuan dipelajari
siswa dalam jenjang SD sebagai bekal untuk digunakan di jenjang SMPMTs. Pengetahuan tersebut dipelajari melalui mata pelajaran seperti Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam IPA, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, maupun Muatan Lokal.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran utama di SD. IPAmerupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam dan peristiwa-peristiwa yang ada di
alam ini, sehingga siswa perlu memahami guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Alasan mengapa harus
mempelajari IPA di SD adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa berpikir kritis dan objektif Samatowa, 2006: 3. Diharapkan, setelah mempelajari IPA
siswa dapat menemukan wahana dalam mempelajari diri sendiri dan alam sehingga kecerdasan kognitif siswa dapat berkembang untuk mengetahui kondisi
di lingkungan. Namun, untuk mewujudkan itu semua perlu adanya perangkat
3 pembelajaran yang mendukung selama proses belajar IPA berlangsung, seperti
adanya bahan ajar dan media pembelajaran. Sanaky 2013: 4 menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana
atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi guna mencapai tujuan
pengajaran.Media pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran IPA dapat bersumber langsung dari alam, benda-benda di sekitar siswa, maupun benda yang
disiapkan oleh guru. Penggunaan media pembelajaran tentu disesuaikan dengan materi, metode yang digunakan guru, serta karakteristik siswa SD itu sendiri.Di
kelas tinggi misalnya, penggunaan media pembelajaran sebaiknya memilih media yang dapat menstimulus siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya
sehingga dapat melatih kemandirian dan rasa tanggung jawab siswa. Melihat perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka realitas
tersebut dapat menjadi terobosan bagi guru dalam memfasilitasi pembelajaran siswa melalui media pembelajaran.Sagala 2012: 64 mengungkapkan bahwa
sumber belajar yang hanya berasal dari guru dan buku teks tidaklah cukup, perlu cara baru untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam sistem yang mandiri
maupun terstruktur. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan media pembelajaran yang lebih inovatif, efektif, efisien, dan fleksibel.
Salah satu cara memanfaatkan perkembangan teknologi dalam media pembelajaran adalah menggunakan pembelajaran interaktif berbasis komputer
yang memiliki nilai lebih dibanding bahan ajar cetak. Contoh pembelajaran
4 interaktif tersebut adalah multimedia interaktif. Tay Pramono, 2007: 8
menyatakan bahwa multimedia interaktif adalah kombinasi teks, grafik, suara, animasi dan video dimana pengguna memiliki keleluasaan dalam mengontrol
sehingga, apabila siswa menggunakan multimedia interaktif tersebut maka akan dapat mengontrol penggunaan sesuai kebutuhan. Daryanto 2014: 19 menyatakan
bahwa siswa harus dapat menguasai komputer dengan bantuan guru atau siapapun, sebab mendapat pelajaran dengan dukungan komputer atau tidak siswa
tetap akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna komputer. Pernyataan ini menunjukkan bahwa penguasaan komputer penting dalam proses
pembelajaran dan menanggapi perkembangan teknologi. Hal ini sesuai dengan bentuk perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan.
Menurut Darmawan 2012:55-56 pembelajaran dengan multimedia interaktif mampu mengaktifkan siswa untuk belajar dengan motivasi yang tinggi.
Ketertarikan siswa pada sistem multimedia yang mampu menampilkan teks, gambar, video, suara dan animasi menjadi alasan mengapa siswa dapat
bersemangat. Pernyataan ini menunjukkan bahwa multimedia interaktif dapat mendukung pembelajaran siswa karena tampilannya yang menarik berupa
perpaduan teks, gambar, video, suara, dan animasi sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Sayangnya, belum semua sekolah memiliki
multimedia interaktif. Hal itu terlihat saat peneliti melakukan observasi media di MIM Jatisalam. Hasil observasi menunjukkan bahwa media pembelajaran IPA
hanya terdapat media gambar dan beberapa kit IPA. Ibu Umul Yusyfi Rohana,
5 S.Ag selaku guru IPA kelas IV mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA di kelas
jarang menggunakan media karena terbatasnya waktu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajaran IPA sering menggunakan metode ceramah, karena untuk
mempersiapkan media akan membutuhkan waktu lebih sedangkan waktu pembelajaran di kelas terbatas. Untuk itu, guru membutuhkan media pembelajaran
yang praktis dan persiapan media tidak membutuhkan waktu lebih. Terbatasnya media berpengaruh terhadap pembelajaran siswa di kelas.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 Oktober 2016 ditemukan pembelajaran IPA dengan metode ceramah tanpa media pembelajaran
di kelas IV. Mula-mula siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, siswa mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. Namun, antusiasme siswa
tersebut berkurang sedikit demi sedikit, setelah siswa bosan mereka kemudian bercerita dengan teman lain. Selain itu, kondisi pembelajaran yang awalnya
kondusif lama kelamaan menjadi ramai dan suara guru tenggelam oleh keramaian siswa. Pembelajaran tanpa media ini dapat memberikan bertambahnya kebosanan
siswa dalam belajar karena media yang digunakan kurang menarik sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
Observasi selanjutnya yaitu melihat teknologi yang tersedia di sekolah. MIM Jatisalam memiliki sebuah LCD dan tujuh buah komputer beserta empat
buah laptop. Namun sayangya, seluruh laptop yang ada di sekolah rusak sehingga tidak bisa digunakan. Komputer yang ada belum dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran secara maksimal oleh guru. Hal itu dapat menjadi penyebab salah
6 satu terjadinya kegagapan teknologi atau belum terbiasanya siswa menggunakan
media pembelajaran berbasis teknologi. Pada saat peneliti meminta beberapa siswa untuk menggunakan komputer, tampak beberapa siswa yang masih bingung
menggunakan komputer. Hal itu menjadi perhatian khusus bagi peneliti untuk pengembangan media yang akan dibuat.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru IPA di MIM Jatisalam, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa permasalahan ketika
pembelajaran IPA di kelas IV berlangsung. Pertama, siswa merasa kesulitan menerima materi yang disampaikan oleh guru khususnya pada materi panca indra.
Ketika guru meminta siswa untuk menyimak buku, banyak siswa yang kurang perhatian. Hal itu terlihat dari reaksi siswa ketika diminta untuk menjawab
pertanyaan, siswa tidak merespon dengan baik. Dalam kelas juga terdapat berbagai macam gaya belajar, minat, dan kemampuan menyerap materi yang tidak
semuanya dapat belajar dengan cara yang sama. Selain itu, media pembelajaran yang masih terbatas pada buku teks kurang menarik dan materinya padat sehingga
belum mampu memfasilitasi kemampuan siswa SD yang masih berada pada taraf berpikir operasional konkret. Oleh karena terbatasnya media pembelajaran berupa
gambar dan sumber belajar berupa bahan cetak, menurut guru siswa sering merasa kesulitan membedakan beberapa fungsi pada materi panca indra. Didukung
dengan pernyataan beberapa siswa kelas IV yang mengungkapkan bahwa media selain bahan ajar cetak sangat dibutuhkan. Karena menurut beberapa siswa
tersebut, media cetak kurang menarik disebabkan oleh materi yang padat dan
7 gambarilustrasi materi yang hanya sedikit. Selain itu, berdasarkan observasi
peneliti di kelas IV media gambar yang kurang lengkap juga menjadi hambatan bagi guru untuk menyampaikan materi melalui media.
Kedua, guru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi panca indra. Hal ini dikarenakan luasnya materi dan terbatasnya waktu, sehingga guru memilih
metode alternatif berupa ceramah. Verbalisme yang dilakukan guru mampu untuk menyampaikan materi tersebut secara tuntas. Namun, guru merasa kesulitan
dalam menjelaskan bagian-bagian panca indra dalam bentuk nyata dikarenakan keterbatasan guru dalam menggambar bagian-bagian panca indra secara sempurna
menjadi hambatan untuk menjelaskan secara lengkap dan jelas. Ketiga, permasalahan yang timbul dari sisi sarana dan prasarana.
Media pembelajaran panca indra yang peneliti amati hanya terdapat gambar telinga, hidung, dan mata. Adanya media tersebut belum memenuhi sarana bagi
siswa dalam belajar karena mengingat kemajuan teknologi yang semakin maju dan kebutuhan siswa yang semakin tinggi sehingga perlu adanya terobosan baru
dalam pemanfaatan teknologi dalam media pembelajaran. Selain memanfaatkan kemajuan teknologi juga untuk membiasakan siswa berinteraksi dengan komputer
agar mampu
mengoperasionalkan sebagaimana
mestinya. Beberapa
komputeryang ada di sekolahbisa dimanfaatkan secara maksimal dan melatih kemandirian siswa dalam mendapatkan pembelajaran.
Melihat permasalahan yang ada di lapangan, peneliti merasa perlu mengembangkan media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dan sesuai
8 dengan materi ajar di sekolah. Mulimedia interaktif dapat menjadi terobosan baru
bagi pengembangan media pembelajaran yang ada di sekolah, selain karena praktis dan mudah digunakan multimedia interaktif dapat menjadi inovasi dan
variasi baru dalam ketersediaan media pembelajaran. Keunggulan penggunaan multimedia interaktif menurut Fenrich Pramono, 2007: 13-14 adalah siswa dapat
belajar sesuai dengan kemampuan, kesiapan dan keinginannya. Penggunaan yang menyesuaikan user dapat membantu siswa untuk belajar, menganalisis, serta
memahami materi sesuai yang diinginkan. Pengembangan ini lebih menekankan pada kedalaman dan luasnya materi
panca indra dengan membahas materi mulai dari bagian-bagian panca indra dan fungsinya hingga cara merawat kesehatan panca indra dengan baik. Selain itu,
dalam menu pilihan materi terdapat tambahan pengetahuan yang dapat menambah wawasan siswa mengenai panca indra. Bagian menu lainnya, terdapat soal latihan
yang berguna untuk mengukur pamahaman serta kemampuan siswa dalam menyerap materi yang dipelajari melalui multimedia interaktif. Semakin sering
siswa menggunakan multimedia interaktif maka semakin terbiasa pula siswa untuk menggunakan komputer. Hal itu dapat membangun keakraban siswa dengan
komputer sehingga, kegagapan teknologi dapat diminimalisir. Berdasarkan keterkaitan antara perkembangan teknologi yang semakin
maju, kebutuhan pemenuhan media pembelajaran yang interaktif tersebut maka peneliti mencoba untuk mengembangkan multimedia interaktif IPA pada materi
Panca Indra. Hal ini dikarenakan multimedia interaktif merupakan media
9 pembelajaran interaktif yang dapat menuntut keaktifan dan kemandirian siswa
sehingga dengan aktivitas tersebut dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan menarik kepada siswa. Semakin mendalam pengalaman
siswa, maka semakin akrab siswa dengan komputer serta perkembangan kemandirian siswa akan tumbuh dengan pesat. Multimedia interaktif IPA pada
materi Panca Indra menampilkan konten bahasa yang komunikatif sehingga memudahkan siswa untuk memahami makna ajar yang disampaikan.
Pengembangan ini difokuskan pada siswa kelas IV MIM Jatisalam dengan berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP dan telah memenuhi
karakteristik siswa kelas tinggi. Adapun materi yang dikembangkan adalah bagian-bagian panca indra dan fungsinya, gangguankelainan pada panca indra,
cara merawat kesehatan panca indra, soal-soal latihan dan beberapa tambahan pengetahuan umum.