200
untuk menyimak. Berdasarkan uraian perbandingan proses menyimak siswa yang membacakan teks berita antara penelitian ini dengan penelitian yang Lutfiani
lakukan terbukti adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II.
4.2.1.6 Terbangunnya Suasana yang Reflektif Saat Kegiatan Refleksi pada
Akhir Pembelajaran
Kegiatan refleksi berguna untuk menyadarkan siswa akan kekurangan saat proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses
pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan pada siklus I, baru 24 siswa atau 75 siswa menunjukkan sikap baik saat kegiatan berlangsung. Tahap ini merupakan
tahap tearkhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah berlangsung. Terjadi peningkatan pada siklus II sebesar
28,1 yang berarti dari kategori cukup menjad sangat baik. Hasil ini dikarenakan pada siklus II ada 29 siswa atau setara 90,6 siswa yang menunjukkan sikap baik
saat kegiatan berlangsung. Pada siklus I, saat kegiatan refleksi hanya meliputi simpulan dan penguatan
dari guru mengenai pembelajaran membacakan teks berita. Setelah itu pemberian reward kepada dua siswa dengan nilai tertinggi. Pada siklus II suasana kegiatan
refleksi berlangsung lebih reflektif. Guru melakukan refleksi dengan cara menanyakan simpulan, evaluasi, kelebihan serta kekurangan pada pembelajaran,
dan pemberian reward serta motivasi pada siswa. Siswa dapat mengungkapkan gambaran menyeluruh mengenai apa yang telah dipelajari. Dengan demikian
dapat dismpulkan bahwa proses terakhir pembelajaran membacakan teks berita
201
menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita siklus II berlangsung lebih reflektif disbanding siklus I.
Jurnal guru siklus I mengungkapkan bahwa saat kegaitan refleksi, suasana kelas cukup tenang sehingga sangat mendukung kegiatan refleksi dilakukan.
Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai kelebihan dan kekurangan yang dialami saat proses pembelajaran. Selain itu, guru
memberikan motivasi dan harapan pada siswa agar lebih baik lagi. Sementara itu, jurnal guru siklus II mengungkapkan bahwa pada proses kegiatan refleksi suasana
kelas berlangsung sangat reflektif, hampir semua siswa memperhatikan penjelasan guru dan merespon dengan aktif dan antusias yang lebih tinggi daripada siklus I.
guru tidak lupa memberikan motivasi kepada siswa untuk terus belajar serta mendorong siswa agar semakin aktif dalam proses pembelajaran, maupun
mengembangkan bakat menjadi pembaca berita atau ahli bidang broadcasting suatu hari nanti.
Jurnal siswa siklus I pada kegiatan refleksi di akhir pembelajaran berisi tenang perasaan, kesan, dan saran siswa setelah mengikuti pembelajaran
membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita. Siswa menanggapi positif kegiatan pembelajaran
dengan model dan media tersebut. Kesan sebagian besar siswa terhadap pembelajaran dengan cara bermain peran ini membuat mereka merasa senang dan
menambah pengalaman serta pengetahuan. Siswa menyarankan sebaiknya media dibuat lebih jelas atau diputar lebih dari dua kali, guru memberikan praktik contoh
terlebih dahulu, properti praktik lebih variatif dan menarik, isi bacaan diketahui
202
oleh siswa terlebih dahulu, siswa lain seharusnya memperhatikan siswa yang tampil teks berita jangan terlalu panjang, dan materi diperbanyak.
Jurnal siswa siklus II mengungkapkan perasaan dan kesan mereka terhadap pembelajaran membacakan teks berita siklus II terasa menyenangkan, medianya
makin menarik, properti berbeda, lebih siap karena sudah berlatih, dan penampilan guru memotivasi. Saran yang diutarakan siswa pada jurnal mereka
yakni agar properti lebih divariatifkan dan agar guru lebih pelan dalam menjelaskan materi atai mencontohkan pembacaan teks berita.
Selain observasi, jurnal guru, dan jurnal siswa terbangunnya suasana yang reflektif pada akhir pembelajaran juga diketahui melalui hasil wawancara. Dalam
kegiatan wawancara terdapat lima macam pertanyaan, yakni: 1 bagaimana kesan siswa mengenai pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model
bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita, 2 bagaimana pendapat siswa tentang penggunaan model bermain peran dan media audio
rekaman pembacaan teks berita dalam pembelajaran membacakan teks berita, 3 bagaimana pendapat siswa tentang cara guru menyampaikan pembelajaran
membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita, 4 kemudahan dan kesulitan apa saja yang siswa
alami selama pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita, 5 apa saja saran yang
dapat siswa berikan terhadap pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita.
203
Gambar 30 Proses Wawancara dengan Siswa
Berdasarkan hasil wawancara siklus I dengan beberapa siswa yang bernilai sangat baik, baik, dan cukup; diketahui bahwa pada dasarnya siswa merasa senang
terhadap pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita. Terbukti keenam
siswa yang diwawancarai menjawab demikian. Siswa merasa senang karena sebelumnya setiap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia siswa jarang atau
bahkan sama sekali tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi
dan volume suara yang jelas melalui media audio rekaman pembacaan teks berita ini menambah semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, setelah
mengikuti pembelajaran tersebut siswa menjadi lebih mengetahui tentang dunia broadcasting khususnya penyiaran berita, cara membacakan teks berita dengan
baik dan benar, serta pembelajaran tersebut memberikan motivasi kepada siswa untuk mengembangkan bakat mereka dalam membacakan teks berita.
Tanggapan siswa mengenai model dan media yang digunakan oleh guru yakni 3 siswa menjawab cukup menarik karena pembelajaran sebelumnya jarang
atau bahkan sama sekali belum pernah memakai media. 1 siswa berpendapat
204
kurang diberikan waktu saat berlatih membacakan teks berita. 1 orang siswa merasa menambah pengalaman karena dapat tampil di hadapan teman-temannya
sebagai pembaca berita. 1 siswa berpendapat bahwa properti yang digunakan kurang beragam atau variatif.
Berkenaan dengan cara guru menyampaikan pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas
menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita 3 siswa menjawab sudah baik karena berhasil menarik perhatian siswa, 2
siswa menambahi dengan menjawab terlalu cepat dalam menyampaikan materi, 1 siswa menjawab bahwa materi yang diberikan masih membingungkan.
Pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita memiliki kemudahan dan
kesulitan tersendiri bagi siswa. 4 siswa menjawab kemudahan dari pembelajaran ini adalah mereka tidak perlu menghapalkan bagian teks berita yang mereka akan
tampilkan. Sementara 2 siswa menjawab tidak ada kemudahan dan menyatakan mengalami kesulitan.
Kesulitan yang paling banyak dialami siswa adalah perasaan grogi, gugup, dan kuang percaya diri. Sesuai dengan jawaban 4 siswa yang mengaku masih
merasa demikan saat maju tampil membacakan teks berita di hadapan teman- temannya. Sementara, 2 siswa mengalami kesulitan dalam menampilkan
pembacaan teks berita yang baik berdasarkan aspek aspek yang harus dikuasai antara lain kelancaran membaca, ketepatan intonasi, artikulasi, volume suara,
penjedaan, ekspresi dan sikap, serta penampilan.
205
Dalam pertanyaan terakhir berkaitan dengan saran untuk pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume
suara yang jelas menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita ini 2 siswa menyarankan guru untuk memberikan
contoh terlebih dahulu. sementara itu, 2 lainnya menyarankan waktu berlatih yang lebih lama, dan 2 lainnya mengusulkan penggunaan properti yang lebih baik.
Wawancara pada Siklus II dilakukan di luar jam pembelajaran. Sama seperti Siklus I, wawancara ini juga dilakukan kepada enam siswa, yaitu dua siswa yang
mendapatkan nilai tertinggi, dua siswa yang mendapatkan nilai sedang, dan dua siswa yang mendapatkan nilai terendah. Tujuan peneliti melakukan wawncara
adalah untuk mengetahui tanggapan atau sikap siswa terhadap proses pembelajaran membacakan teks berita dengan model bermain peran melalui
media audio rekaman pembacaan teks berita. Dalam kegiatan wawancara terdapat lima macam pertanyaan, yakni: 1
bagaimana kesan siswa mengenai pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas menggunakan
model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita, 2 bagaimana pendapat siswa tentang penggunaan model bermain peran dan media
audio rekaman pembacaan teks berita dalam pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas, 3
bagaimana pendapat siswa tentang cara guru menyampaikan pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume
suara yang jelas menggunakan model bermain peran melalui media audio
206
rekaman pembacaan teks berita, 4 kemudahan dan kesulitan apa saja yang siswa alami selama pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat
serta artikulasi dan volume suara yang jelas menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita, 5 apa saja saran yang dapat
siswa berikan terhadap pembelajaran membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas menggunakan model
bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita. Seperti pada Siklus I, berdasarkan hasil wawancara dengan enam siswa,
diketahui bahwa pada dasarnya siswa senang dan tertarik terhadap pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio
rekaman pembacaan teks berita. Terbukti keenam siswa yang diwawancarai menjawab demikian. Siswa merasa senang karena sebelumnya setiap
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia siswa jarang atau bahkan sama sekali tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran membacakan teks
berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas melalui media audio rekaman pembacaan teks berita ini menambah semangat
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, setelah mengikuti pembelajaran tersebut siswa menjadi lebih mengetahui tentang dunia broadcasting khususnya
penyiaran berita, cara membacakan teks berita dengan baik dan benar, serta pembelajaran tersebut memberikan motivasi kepada siswa untuk mengembangkan
bakat mereka dalam membacakan teks berita. Tanggapan siswa mengenai model dan media yang digunakan oleh guru
yakni 5 siswa menjawab bahwa pembelajaran menarik dengan adanya media yang
207
baru dan properti yang berbeda dari Siklus I. Sedangkan seorang siswa lain berpendapat bahwa pembelajaran sudah sangat menarik, namun seharusnya
properti masih bisa ditambah. Berkenaan dengan cara guru menyampaikan pembelajaran membacakan
teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks
berita, 4 siswa menjawab sudah baik karena berhasil menarik perhatian siswa apalagi dengan contoh penampilan pembacaan teks berita yang dilakukan oleh
guru, namun 2 siswa menambahi dengan menjawab terlalu cepat dalam menyampaikan materi.
Pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita memiliki kemudahan dan
kesulitan tersendiri bagi siswa. 4 siswa menjawab kemudahan dari pembelajaran ini adalah mereka tidak perlu menghapalkan bagian teks berita yang mereka akan
tampilkan. Sementara 2 siswa menjawab sudah lebih mudah daripada Siklus I karena sudah berlatih dan mendapat masukan dari teman.
Karena siswa sudah cukup berlatih, maka kesulitan juga berkurang. Kesulitan yang paling masih dialami siswa adalah kesulitan dalam menampilkan
pembacaan teks berita yang baik berdasarkan aspek aspek yang harus dikuasai antara lain kelancaran membaca, ketepatan intonasi, artikulasi, volume suara,
penjedaan, ekspresi dan sikap, serta penampilan. Keenam siswa masih merasa terbebani dengan aspek penilaian yang ada.
208
Saran dari keenam siswa tersebut memiliki kesamaan mendasar yakni agar model bermain peran juga digunakan dalam mata pelajaran lain atau materi
bahasan Bahasa Indonesia yang lain karena lebih menarik dan membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri dan tidak malu berhadapan dengan orang
banyak. Juga agar guru tidak terlalu cepat saat memberikan materi. Melalui hasil wawancara dari enam siswa tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bermain peran melalui media audio rekaman pembacaan teks berita mendapatkan respon positif
dari siswa. Mereka merasa senang dengan pembelajaran tersebut karena guru telah menggunakan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Guru telah
menerapkan model pembelajaran bermain peran yang memungkinkan siswa untuk mengekspresikan diri mereka seperti pembaca teks berita di televisi maupun radio.
Hasil wawancara pada Siklus II ini juga menunjukkan perubahan sikap siswa menjadi lebih baik. Dalam hal ini, pembelajaran Siklus II ini telah berhasil.
Siklus I Siklus II
Gambar 31 Refleksi Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi, jurnal guru, jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi foto terlihat bahwa proses refleksi pada siklus I dan siklus II
berlangsung sangat reflektif sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan
209
baik. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran membacakan teks berita menggunakan model bemain peran melalui media audio
rekaman pembacaan teks berita berlangsung baik dan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Terbangunnya suasana yang reflektif saat kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran dilakukan oleh Lutfiani 2006 dalam skripsinya yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Membacakan Teks Berita dengan Pendekatan Kontekstual melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1
Tegal ”. Kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran penelitian Lutfiani terdiri dari
lima tahap, yakni : 1 guru bertanya jawab dengan siswa tentang kesulitan- kesulitan yang dihadapi saat membacakan teks berita, 2 guru bersama siswa
mereflrksi pembelajaran membacakan teks berita yang telah dilakukan dengan menulis ringkasan tentang hasil dari pembelajaran membacakan teks berita, 3
guru memberikan penguatan kepada siswa, 4 siswa mengisi jurnal, dan 5 guru menutup pembelajaran pada hari itu.
Senada dengan hasil penelitian ini, penelitian Lutfiani 2006 juga mengalami peningkatan pada kegiatan refleksi. Berdasarkan hasil observasi siklus
I terdapat 60 siswa menunjukkan sikap baik saat kegiatan refleksi. Pada siklus II terdapat 80 siswa menunjukkan sikap baik saat kegiatan refleksi. Berdasarkan
uraian perbandingan kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Lutfiani menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II.
210
4.2.2 Peningkatan Keterampilan Membacakan Teks Berita Menggunakan