24
tersebut dilakukan agar teks berita mampu dipahami oleh penerima informasi seefektif mungkin. Bahasa yang digunakan dalam teks berita bisa menggunakan
bahasa yang baku dan informatif. Proses penerimaan informasi dari teks berita ini bisa melalui penyimakan maupun dari proses membaca langsung teks berita.
2.2.2 Keterampilan Membacakan Teks Berita
Penelitian ini menitikberatkan pada proses membacakan berita yang termasuk keterampilan membaca nyaring. Membaca nyaring atau membaca bersuara
merupakan jenis kompetensi membaca yang menuntut persyaratan yang ketat. Membaca nyaring bukan sekadar menyuarakan huruf. Jika hal ini terjadi maka
pemahaman akan materi yang dibaca akan gagal diperoleh. Berikut ini merupakan beberapa pendapat ahli mengenai membaca nyaring.
Koralek 2003 dalam artikelnya yang berjudul Reading Aloud with Children of All Ages mengemukakan alasan mengapa membaca nyaring penting bagi semua
usia, yakni karena : 1 membaca nyaring suatu buku menjadi pengalaman yang menyenangkan, berharga, dan menarik. Anak-anak yang menghargai buku dapat
secara sadar termotivasi untuk membaca; 2 membaca nyaring memberikan pengetahuan dasar yang membantu merasakan apa yang mereka lihat, dengar, dan
baca. Makin sering orang dewasa membacakan sesuatu secara nyaring kepada anak-anak, maka semakin banyak pula kosakata yang didapat dan yang lebih baik
adalah anak-anak dapat mengetahui tentang dunia dan keberadaan mereka di dalamnya, 3 membaca nyaring membuat orangtua dan guru menjadi model untuk
membaca. Saat anak-anak melihat orang dewasa tertarik dengan kegiatan
25
membaca, mereka akan mendapatkan ketertarikan mereka sendiri; 4 membaca nyaring dapat memperkenalkan buku dan tipe bacaan yang lain, puisi, cerpen,
biografi, anak-anak mungkin tidak bisa menemukannya sendiri; 5 membaca nyaring dapat memperkenalkan bahasa lain yang ada dalam bacaan, yang berbeda
dari bahasa yang anak-anak dengan sehari-hari, dari televisi, dan film. Kalimat- kalimat dalam buku lebih menggambarkan dan menggunakan susunan tata bahasa
yang baku; 6 membaca nyaring membuat anak-anak menggunakan imajinasi mereka untuk mengeksplorasi orang, tempat, waktu, dan peristiwa, di luar
pengalaman mereka; 7 membaca nyaring memberikan kesempatan untuk anak- anak dan orang deasa memiliki sesuatu untuk dibahasdibicarakan bersama.
Berbicara juga mendukung kemapuan membaca dan menulis; 8 membaca nyaring mendukung kemampuan berpikir anak-anak dan orang deasa untuk
mendiskusikan buku, artikel, dan berbagai bacaan yang mereka baca bersama, 9 membaca nyaring itu menyenangkan.
Sebagai suatu keterampilan kegiatan membaca dapat ditinjau dari terdengar atau tidaknya suara pembaca pada saat ia membaca, dari sanalah proses membaca
terbagi menjadi membaca nyaring dan membaca dalam hati Tarigan 2008:23. Dalam bukunya yang berjudul Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
tersebut diungkapkan bahwa “membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, maupun pembaca bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan
seorang pengarang”. Dalam bukunya tersebut Tarigan juga mencantumkan pendapat Broughton yang menyebutkan bahwa membaca nyaring
26
merupakan keterampilan yang serba rumit, kompleks, banyak seluk beluknya. Pertama-tama pengertian terhadap aksara di atas halaman kertas dan sebagainya,
dan kemudian memproduksi suara yang tepat dan bermakna. Sejalan dengan Broughton, Hardjoprawiro dalam artikelnya Rohmadi ed
2011:57 mengungkapkan bahwa membaca nyaring, yang termasuk membaca teknik, berkaitan erat dengan lagu kalimat intonasi. Adanya jenis-jenis kalimat:
berita, seruanperintah, dan tanya mendorong anakpembaca untuk memahami lagu-lagu: biasapernyataan, seruanperintah, dan pertanyaan. Sebagai seorang
penyampai informasi seorang pembaca nyaring tidak semata-mata yang melagukan kalimat, namun juga dituntut memiliki keterampilan mengelompokkan
kata seuai dengan kelompoknya agar jelas maknanya bagi pendengar, berketerampilan memahami makna dan perasaan yang terkandung dalam bacaan,
berketerampilan menafsirkan lambang tulis, menyusun kata-kata beserta penekananya sehingga sesuai dengan ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari,
berkecapatan mata yang tinggi serta pandangan yang komunikatif dengan pendengar khususnya bagi para pembaca berita atau penyampai pidato dengan
teks. Membacakan teks berita merupakan bentuk contoh dari keterampilan
membaca nyaring. Dalam hal ini kaidah-kaidah membaca nyaring juga diimplikasikan ke dalam proses pembacaan berita agar inti dari bacaaninformasi
yang disampaikan dapat secara maksimal ditangkap oleh pendengaraudien. Keterampilan membaca nyaring yang dapat diterapkan di kelas cukup beragam.
Selain itu, ada kompetensi-kompetensi khusus yang dimunculkan dalam
27
kurikulum untuk kemudian diajarkan dan diharapkan dikuasai oleh siswa di sekolah pada jenjang-jenjang yang sudah disepakati.
Dalam bukunya yang berjudul On Camera: Menjadi Jurnalis TV Andal dan Profesional, Reardon 2009 mengungkapkan beberapa hal yang harus dimiliki
pembaca berita: 1 memiliki suara yang hangat dan berwibawa, 2 menjadi orang yang sensitif dan waspada pada situasi apapun, 3 fokus dan konsentrasi, 4
menemukan hubungan antarmanusia untuk berita-berita Anda, 5 bersiap sepenuhnya untuk perintah apapun, 6 datang ke studio cukup awal untuk
membaca dan memahami berita, 7 tahu semua lafal dengan tepat, 8 bersikap santai, 9 tahu apa pekerjaan rumah Anda, 10 percaya pada insting Anda, dan 11
menjadi diri sendiri. Dikarenakan penelitian ini mengambil objek siswa MTs, maka rambu-rambu di atas hanya akan digunakan sebagai bahan motivasi saja dan
dipilih beberapa yang kiranya cocok untuk siswa usia 13-14 tahun. Lain halnya aspek-aspek yang harus jadikan evaluasi dalam pembacaan berita
menurut Masduki 2006:36 yakni aksentuasi, intonasi, kecepatan, artikulasi, dan suara diafragme suara kuat yang muncul dari dalam rongga yang meliputi: 1
kecepatan, 2 tekanan suara, 3 jeda, dan 4 pengucapan kata, alfabet, dan istilah asing.
Pendapat Masduki dan Reardon ini pantas menjadi kisi-kisi dari penilaian yang akan ditujukan untuk siswa-siswi kelas VIII-A MTs Negeri 1 Semarang
sebagai siswa setara dengan Sekolah Menengah Pertama. Adapun aspek-aspek yang patut menjadi bahan penilaian kegiatan pembelajaran praktik membacakan
teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas
28
ini antara lain : 1 kelancaran membaca, 2 ketepatan intonasi, 3 artikulasi, 4 volume suara, 5 penjedaan, 6 ekspresi dan sikap, dan 7 penampilan.
2.2.3 Model Bermain Peran