Naeem Muhammad 2001 Catherine S F Ho 2007

52

H. Kerangka Pemikiran

Menurut Suyanto 2007, Meningkatnya saham properti dan tetap menjadi primadona selepas krisis salah satunya disebabkan oleh makin banyaknya masyarakat yang sadar jika harga tanah cenderung naik. Bertambahnya jumlah penduduk juga alasan semakin banyaknya masyarakat yang menginvestasikan dananya dalam pasar properti karena menyebabkan demand meningkat dan supply tanah bersifat tetap sehingga harga properti akan selalu naik seiring bertambahnya jumlah penduduk. Ketidakstabilan kurs merupakan tantangan nyata para investor dalam menanamkan uangnya pada pasar modal karena kurs yang selalu berfluktuatif menjadi pertimbangan yang sangat mendasar bagi investor dalam melakukan kegiatan ekonominya. Terapresiasinya rupiah merupakan keuntungan sendiri bagi investor karena murahnya bahan baku akan meningkatkan produksi dan secara langsung akan berdampak pada kenaikan perdagangan pada pasar modal tak terkecuali indeks harga saham sektor properti, sebaliknya jika rupiah terdepresiasi maka secara langsung akan mengurangi perdagangan pada pasar modal karena bahan baku yang semakin mahal dan akan menurunkan produksi. Indeks harga saham sektor properti merupakan investasi yang cukup menjanjikan bagi para investor, namun dalam pasar modal harus mengedepankan aspek kehati-hatian yang tinggi dalam berinvestasi karena pergerakan pasar modal selalu berfluktuatif entah dari sisi mikro ekonomi seperti kondisi keuangan 53 perusahaan dan kinerja keuangan ataupun makro ekonomi seperti kurs, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar JUB. Turun atau naiknya suku bunga SBI mampu mempengaruhi perdagangan pada pasar modal, ketika suku bunga SBI naik maka para investor lebih memilih menginvestasikan uangnya dalam Sertifikat Bank Indonesia atau tabungan pada perbankan. Kondisi ini secara langsung berdampak pada lesunya perdagangan pada pasar modal dan akan memicu menurunnya indeks harga saham. Sedangkan jumlah uang beredar JUB yang terdapat pada masyarakat secara langsung mampu mempengaruhi indeks harga saham namun, akses masyarakat untuk berinvestasi pada pasar modal sangat terbatas hanya kepada lingkungan para pengusaha yang memahami operasional dalam pasar modal dan jumlah uang beredar yang dimiliki para pengusaha ini masih rendah dibanding keseluruhan jumlah uang yang beredar ditambah tingginya beban biaya bunga simpanan yang dikapitalisasi dan ekspansi pada beberapa komponen tagihan bersih kepada pemerintah terutama pembayaran dalam rangka program penjaminan terhadap kewajiban perbankan dan pembayaran kupon obligasi rekapitalisasi bank mengakibatkan jumlah uang beredar JUB riil pada masyarakat tak mengalami kenaikan sehingga masyarakat tak memiliki kelebihan uang untuk masuk ke pasar modal Oksiana dan Musdholifah, 2007. Hubungan antara nilai tukar, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar JUB terhadap indeks harga saham didukung oleh penelitian sebelumnya. Diantaranya adalah Tegararief dan Hartono 2008 menunjukkan bahwa nilai tukar 54 atau kurs memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Sedangkan Deddy Azhar 2009 menyatakan bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Penelitian Oksiana dan Musdholifah 2007 menyatakan jika jumlah uang beredar JUB tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Adapun secara sistematis kerangka pikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SBI Jumlah Uang Beredar JUB Nilai Harga Saham Sektor Properti 55

I. Hipotesis

Diantara subsektor dari indeks sektoral adalah sektor properti. Hal ini dirasa perlu diperhatikan karena bisa dijadikan gambaran tersendiri atau tolak ukur sebuah perekonomian sebuah negara. Pendalaman sektor properti property deepening merupakan sebuah gambaran yang digunakan untuk menunjukkan terjadinya peningkatan peranan dan kegiatan perdagangan properti terhadap ekonomi. Maksud dari gambaran ini juga mengarah kepada makin beragamnya pilihan-pilihan properti yang dapat diakses oleh masyarakat dengan cakupan yang semakin luas. Hal itu dikarenakan selain saham khususnya sektor properti sebagai komoditi yang bisa diperjual-belikan, saham sektor properti juga bisa menjadi cerminan kinerja perusahaan properti disebuah negara. Dalam melakukan pemilihan investasi dipasar modal, nilai harga saham menjadi pertimbangan yang penting, oleh karena itu investor harus sudah menggunakan pertimbangan yang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasar saham itu sendiri. Faktor tersebut adalah lingkungan mikro ekonomi yang berasal dari dalam perusahaan penerbit seperti kinerja perusahaan, kondisi keuangan, dan kebijakan yang diambil. Faktor lingkungan makro ekonomi seperti kurs, suku bunga, dan indeks saham dipasar luar negeri yang pengaruhnya tidak dapat diabaikan sebagai dampak globalisasi pasar modal yang keadaannya diluar kendali oleh perusahaan emiten atau oleh bursa itu sendiri. Selain itu, beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, Gross Domestic Product terhadap indeks 56 harga saham di pasar modal. Diantaranya adalah Thobarry 2009 menyatakan bahwa nilai tukar mata uang dan suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham sector properti. Penelitian Rayun 2007 juga menyatakan bahwa nilai tukar mata uang dan suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap return saham properti dan saham manufaktur. Deddy 2009 menunjukkan bahwa nilai tukar dan suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap nilai harga saham gabungan IHSG. Oleh karena itu, berdasarkan landasan teori serta didukung peneltian sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawabab sementara terhadap permasalahan peneltian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar JUB secara bersama-sama terhadap nilai harga saham sektor properti. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah terhadap nilai harga saham sektor properti. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga SBI terhadap nilai harga saham sektor properti. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar JUB terhadap nilai harga saham sektor properti.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

7 96 143

Pengaruh Nilai Tukar Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia

49 223 96

Analisis pengaruh nilai tukar, kridit, suku bunga SBI, Inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar (m2) di Indonesia

0 3 157

Pengaruh variabel makro ekonomi terhadap harga saham syariah di Indonesia dan Malaysia periode Mei 2011 – Desember 2015

0 14 127

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2011.1 - 2015.12

1 23 148

ANALISIS INTERDEPENDENSI JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI,NILAI TUKAR DAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA.

2 12 17

PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), TINGKAT SUKU BUNGA SBI (BI RATE), DAN NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP INDEKS Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga SBI (BIRATE), dan Nilai Tukar (KURS) terhadap Indeks Harga Saham di Jaka

0 2 19

PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), TINGKAT SUKU BUNGA SBI (BI RATE), DAN NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga SBI (BIRATE), dan Nilai Tukar (KURS) terhadap Indeks Harga S

0 3 16

PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR DOLLAR TERHADAP HARGA SAHAM PROPERTI YANG Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Dollar Terhadap Harga Saham Properti Yang Terdaftar Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), INFLASI, SUKU BUNGA (SBI), PENDAPATAN TERHADAP FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE 2005-2013.

0 1 2