Agreements with Glencore International AG “Glencore”

PT BORNEO LUMBUNG ENERGI METAL TBK. DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 598 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 Dinyatakan dalam Dolar AS, kecuali dinyatakan secara khusus NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2012 AND 2011 Expressed in US Dollars, unless otherwise stated

36. KONTINJENSI lanjutan 36 CONTINGENCIES continued

a. Tuntutan Hukum lanjutan

a. Legal Claims continued

Perusahaan lanjutan The Company continued Perusahaan menolak klaim ini dan berkeras mempertahankan posisinya. Sebagai tindak lanjut terhadap gugatan ini, PT Renaissance Capital Asia, perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham utama Perusahaan, telah mengeluarkan surat pembebasan ganti rugi tertanggal 31 Desember 2012, yang menyatakan bahwa PT Renaissance Capital Asia akan mengganti kerugian Perusahaan berkaitan dengan klaim ini dengan jumlah maksimum AS20 juta. The Company has rejected the claims and is vigorously defending its position. As a response to the Claims, PT Renaissance Capital Asia, a company owned by the ultimate major shareholder of the Company, has issued an indemnification letter dated 31 December 2012, stating that PT Renaissance Capital Asia will indemnify the Company in regards of these Claims to a maximum amount of US20 million. AKT dan BMS AKT and BMS Pada tanggal 9 Juni 2010, PT Asiamindo Nusa Mineral “ANM” mengajukan tuntutan hukum ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menuntut AKT sebagai pihak yang bertanggung jawab bersama BMS bersama sebagai “Tergugat”. Penggugat, AKT dan BMS menandatangani Perjanjian Jasa Pemeliharaan Peralatan tertanggal 27 Oktober 2008 atas sejumlah peralatan pertambangan yang sebelumnya dibeli dari Penggugat. On 9 June 2010, PT Asiamindo Nusa Mineral “ANM” filed a civil claim with the South Jakarta District Court “SJDC”. ANM “the Plaintiff” named AKT as one of the defendants along with BMS jointly the “Defendants”. The Plaintiff, AKT and BMS entered into a Full Maintenance Contract dated 27 October 2008 for various equipment previously acquired from the Plaintiff. Berdasarkan perjanjian tersebut, Penggugat menyediakan jasa pemeliharaan peralatan pertambangan. Penggugat menuduh Tergugat membatasi dan melarang Penggugat untuk mendapatkan akses terhadap peralatan yang dimaksud. Dalam tuntutannya, Penggugat meminta kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk menyatakan Tergugat bertanggung jawab atas tindakan melawan hukum dengan mencegah Penggugat dalam mengakses peralatan dan menuntut Tergugat untuk membayar: i kerugian materiil sebesar AS23.699.418 dan Rp911 juta; ii kerugian immateriil sebesar Rp10 miliar; dan iii denda sebesar 6 per tahun dari AS23.699.418 dan Rp911 juta per tanggal 29 Januari 2009. According to the agreement, the Plaintiff was required to maintain and service the contracted equipment. The Plaintiff claimed the Defendants restricted and eventually prohibited the Plaintiff’s access to the equipment. In its claim, the Plaintiff requested that SJDC hold the Defendants jointly liable for carrying out unlawful actions by preventing the Plaintiff from having access to the equipment, and demanded the Defendants to pay: i material damage equivalent to US23,699,418 and Rp911 million; ii immaterial damage of Rp10 billion; and iii a penalty of 6 per annum calculated on the basis of US23,699,418 and Rp911 million as at 29 January 2009. Pada tanggal 26 November 2010, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan keputusan yang menolak gugatan tersebut. On 26 November 2010, SJDC issued a decree to deny the Plaintiff’s claim. PT BORNEO LUMBUNG ENERGI METAL TBK. DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 599 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 Dinyatakan dalam Dolar AS, kecuali dinyatakan secara khusus NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2012 AND 2011 Expressed in US Dollars, unless otherwise stated 36. KONTINJENSI lanjutan 36. CONTINGENCIES continued

a. Tuntutan Hukum lanjutan

a. Legal Claims continued

AKT dan BMS lanjutan AKT and BMS continued Penggugat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI atas keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Berdasarkan Putusan No. 152PDT2011PT.DKI tertanggal 28 April 2011, Pengadilan Tinggi Jakarta memutuskan untuk menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebelumnya. Sampai dengan berakhirnya masa penyampaian tanggapan, ANM tidak melakukan banding atas putusan ini. Manajemen berkeyakinan bahwa ANM tidak mempunyai dasar untuk mengajukan tuntutan hukum lebih jauh. The Plaintiff submitted an appeal to the DKI Jakarta High Court against the SJDC’s ruling. Based on Decision Letter No. 152PDT2011PT.DKI dated 28 April 2011, DKI Jakarta High Court decided to affirm the Decree issued by SJDC. Up to the expiry date of the responding period, ANM did not submit an appeal against this ruling. Management believes that there is no basis for ANM to pursue further legal action. Grup juga terlibat dalam berbagai tuntutan hukum yang normal dalam kegiatan bisnis Grup. Grup berkeyakinan bahwa keputusan yang tidak menguntungkan sehubungan dengan tuntutan hukum yang sedang berjalan, tidak akan mempengaruhi kondisi keuangan atau operasional secara signifikan. The Group is also involved in various legal proceedings as a normal consequence of the Group’s business. The Group is of the opinion that adverse decisions in any pending or threatened proceedings, will not have a material adverse effect on its financial condition or its operation.

b. Undang-Undang Pertambangan No. 42009

b. Mining Law No. 42009

Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia meloloskan Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara yang baru “Undang-Undang”, yang telah disetujui oleh Presiden pada 12 Januari 2009, menjadi UU No. 42009. Sistem PKP2B dimana menjadi dasar bagi AKT, salah satu entitas anak Grup, beroperasi, sudah tidak tersedia bagi para investor. On 16 December 2008, the Indonesian Parliament passed a new Law on Mineral and Coal Mining the “Law”, which received the assent of the President on 12 January 2009, becoming Law No. 42009. The CCoW system under which AKT, one of the Group’s subsidiaries, operates, will no longer be available to investors. Undang-Undang mengindikasikan bahwa PKP2B yang ada, seperti yang dimiliki AKT, akan tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak. Terdapat sejumlah permasalahan yang sedang dianalisis pemegang PKP2B, termasuk AKT. Beberapa diantaranya termasuk: However, the Law indicates that existing CCoWs, such as that held by AKT, will be honoured. There are a number of issues which existing CCoW holders, including AKT, are currently analysing. Among others these include: - Undang-Undang baru menjelaskan bahwa PKP2B akan tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak. Namun, Undang-Undang juga menetapkan bahwa PKP2B yang ada harus disesuaikan dalam jangka waktu satu tahun terhadap ketentuan Undang-Undang yang baru kecuali untuk penerimaan negara - yang tidak didefinisikan, tetapi diasumsikan termasuk royalti dan pajak; dan - the Law notes that existing CCoWs will be honoured until their expiration. However, it also states that existing CCoWs must be amended within one year to conform to the provisions of the Law other than terms relating to State revenue - which is not defined, but presumably includes royalties and taxes; and