18
Buku Guru Kelas IX SMPMTs Petunjuk Umum
adalah fase memberikan perhatian pada suatu modeling yang diberikan. Fase retensi adalah fase pengkodean karakteristik yang ditunjukkan pada
VDDW PRGHOLQJ GDQ PHQ\LPSDQ NRGHNRGH WHUVHEXW GDODP PHPRUL MDQJND panjang. Fase reproduksi adalah fase pemberian kesempatan pada peserta
GLGLN XQWXN PHOLKDW NRPSRQHQNRPSRQHQ XUXWDQ SHULODNX \DQJ WHODK dikuasainya. Fase motivasi adalah fase peserta didik untuk meniru modeling
karena dengan meniru yang dilakukan model pada terjadi penguatan pada peserta didik. Pemberian penguatan yang menyertai kegiatan meniru model
akan memotivasi peserta didik untuk menunjukkan perilakunya sebagai hasil belajar. Aplikasi fase motivasi di kelas biasanya dilakukan dengan
pemberian pujian atau penghargaan berupa nilai pada peserta didik yang yang menunjukkan perilaku positif.
5. Teori Belajar Penemuan dari Bruner
Teori Bruner atau belajar penemuan discovery learning menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi ilmu yang dipelajari,
perlunya belajar aktif, dan berpikir secara induktif dalam belajar. Bruner mengemukakan bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif jika
kompleksitas materi yang dibelajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tahap awal, materi pembelajaran dapat diberikan dengan
PHPEHULNDQ FRQWRKFRQWRK VHGHUKDQD DWDX IHQRPHQD NRQWHNVWXDO \DQJ dilanjutkan dengan fenomena yang lebih kompleks. Belajar melalui penemuan
memberi peluang pada guru untuk memberikan contoh dan bukan contoh pada pembelajaran terutama pada kegiatan awal atau apersepsi. Contoh
dan bukan contoh tersebut memancing peserta didik berpikir menemukan hubungan antara bagian dari suatu struktur materi melalui pengajuan
pertanyaan dan mencari jawaban pertanyaan tersebut. Cara demikian mengajar peserta didik berpikir induktif untuk menemukan hubungan antar
konsep berdasarkan informasi faktual.
D. TUJUAN DAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPA TERPADU
5XDQJ OLQJNXS PDWD SHODMDUDQ ,3 PHQHNDQNDQ SDGD SHQJDPDWDQ IHQRPHQD DODP GDQ SHQHUDSDQQ\D GDODP NHKLGXSDQQ\D VHKDULKDUL
pembahasan fenomena alam terkait dengan kompetensi produktif dan teknologi, dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi mahluk
hidup dan proses kehidupan, bendazatbahan dan sifatnya, energi dan SHUXEDKDQQ\DEXPLGDQDODPVHPHVWD\DQJPHOLSXWLDVSHNDVSHNELRORJL
NLPLD¿VLNDGDQEXPLGDQDODPVHPHVWD3HUPHQLNEXG5,WDKXQ1R 58. Menurut Permen Dikbud tersebut, mata pelajaran IPA bertujuan agar
peserta didik memiliki kompetensi sebagai berikut.
19
Ilmu Pengetahuan Alam
1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang DVSHN ¿VLN GDQ PDWHUL NHKLGXSDQ GDODP HNRVLVWHP GDQ SHUDQDQ
manusia dalam lingkungan sehingga bertambah keimanannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah memiliki rasa ingin tahu; objektif; MXMXU WHOLWL FHUPDW WHNXQ KDWLKDWL EHUWDQJJXQJ MDZDE WHUEXND
NULWLVNUHDWLILQRYDWLIGDQSHGXOLOLQJNXQJDQGDODPDNWLYLWDVVHKDUL hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan,
percobaan, dan berdiskusi
3. 0HQJKDUJDL NHUMD LQGLYLGX GDQ NHORPSRN GDODP DNWLYLWDV VHKDUL
hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan guna memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain;
4. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang, dan merakit
instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis;
5. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip
IPA untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif;
6. Menguasai konsep dan prinsip IPA serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran IPA terpadu memiliki karakteristik bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik, menekankan pembentukan pemahaman dan
kebermaknaan, belajar melalui pengalaman langsung, lebih memperhatikan proses daripada hasil belajar, dan sarat dengan muatan keterkaitan.
1. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik Aktif Pembelajaran terpadu dikatakan berpusat pada peserta didik karena
pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk bereksplorasi.
Peserta didik aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta SULQVLSSULQVLS SHQJHWDKXDQ \DQJ KDUXV GLNXDVDLQ\D VHVXDL GHQJDQ
perkembangnnya.
2. Menekankan Pembentukan Pemahaman dan Kebermaknaan Bermakna
20
Buku Guru Kelas IX SMPMTs Petunjuk Umum
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki peserta
didik sehingga berdampak pada kebermaknaan materi yang dupelajari peserta didik. Peserta didik memperoleh hasil yang nyata tentang
NRQVHSNRQVHS\DQJGLSHUROHKQ\DGDQNHWHUNDLWDQQ\DGHQJDQNRQVHS
NRQVHS ODLQ \DQJ GLSHODMDULQ\D +DO LQL EHUGDPSDN SDGD NHJLDWDQ belajar peserta didik menjadi lebih bermakna. Dampak ini tentunya
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah yang nyata
GDODPNHKLGXSDQVHKDULKDUL
3. Belajar melalui Pengalaman Langsung Otentik Pada pembelajaran terpadu, peserta didik dilibatkan secara langsung
pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan peserta didik belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Peserta
didik diharapkan memahami hasil belajarnya sesuai fakta dan peristiwa yang dialaminya, bukan sekedar informasi dari gurunya. Pada
pembelajaran terpadu, guru bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Peserta didik sebagai aktor belajar mencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. HELK0HPSHUKDWLNDQ3URVHVGDULSDGD+DVLOHODMDU
Pada pembelajaran IPA terpadu pada jenjang pendidikan dasar dikembangkan guided inquiry yang melibatkan peserta didik secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses penilaian. Pembelajaran terpadu dilaksanakan sesuai
minat dan kemampuan peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.
5. Sarat dengan Muatan Keterkaitan holistik Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan
pengkajian gejala atau peristiwa dari beberapa matapelajaran sekaligus. 3HPEDKDVDQ PDWHUL WLGDN GDUL VXGXW SDQGDQJ \DQJ WHUNRWDNNRWDN
sehingga memungkinkan peserta didik memahami suatu fenomena dari VHJDODVLVL+DOLQLGLKDUDSNDQGDSDWPHPEXDWSHVHUWDGLGLNOHELKDULI
GDQELMDNGDODPPHQ\LNDSLNHMDGLDQ\DQJDGDGDODPNHKLGXSDQVHKDUL harinya.
Kekuatanmanfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut.
1. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut mahluk
hidup dan proses kehidupan, bendazatbahan dan sifatnya, energi
21
Ilmu Pengetahuan Alam
dan perubahannya, bumi dan alam semesta dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan
dihilangkan.
2. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep mahluk hidup dan proses kehidupan, bendazatbahan dan sifatnya,
energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta 3. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta
didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
4. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapanaplikasi tentang GXQLD Q\DWD \DQJ GLDODPL GDODP NHKLGXSDQ VHKDULKDUL VHKLQJJD
memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA. 5. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
6. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan
pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan
materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
7. Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta
didik, peserta didikguru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna.
Di samping kekuatanmanfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa
sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep
yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
1. Aspek Guru. Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi,
dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik. Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan
22
Buku Guru Kelas IX SMPMTs Petunjuk Umum
DNDGHPLN PDXSXQ NUHDWLYLWDVQ\D +DO LQL WHUMDGL NDUHQD PRGHO pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
PHQJXUDL NHPDPSXDQ DVRVLDWLI PHQJKXEXQJKXEXQJNDQ kemampuan eksploratif dan elaboratif menemukan dan menggali.
Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran. Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup
banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan
wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum. Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik bukan pada
pencapaian target penyampaian materi. Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian. Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh komprehensif, yaitu menetapkan keberhasilan
belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan
teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain,
bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran. Pembelajaran terpadu berkecenderungan PHQJXWDPDNDQVDODKVDWXELGDQJNDMLDQGDQµWHQJJHODP¶Q\DELGDQJ
kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan
substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
23
Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran IPA
Bab
2
A. PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013