Pendekatan dan Metode Pembelajaran IPA untuk SMALB

2 Buku Guru IPA X SMALB Tunanetra Pembelajaran IPA seharusnya dapat menumbuh- kembangkan kompetensi siswa pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan proses psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Dalam pembelajaran IPA, lintasan “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta” ini digunakan sebagai penggerak bagi lintasan yang lain. Pendekatan yang digunakan disebut pendekatan ilmiah scientiic. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah scientiic dalam pembelajaran IPA diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapanpenelitian discoveryinquiry learning. Untuk mendorong kemampuan siswa agar menghasilkan karya kontekstual, baik individu maupun kelompok, maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah problem based dan project based learning. Pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Pendidikan luar biasa bertujuan membantu siswa yang menyandang kelainan isik danatau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Jenis kelainan siswa dalam lingkup pendidikan luar biasa meliputi kelainan isik danatau mental danatau kelainan perilaku. Kelainan isik meliputi tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Kelainan mental meliputi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang. Kelainan perilaku meliputi tunalaras. Kelainan siswa dapat juga berwujud sebagai kelainan ganda. Petunjuk umum ini memfokuskan pada pembelajaran IPA untuk tunanetra. Tunanetra adalah individu yang tidak memiliki penglihatan sama sekali buta total hingga yang masih memiliki sisa penglihatan, Buku Guru IPA X SMALB Tunanetra 3 tetapi tidak mampu menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata. Secara umum, keterbatasan yang dialami siswa tunanetra dikarenakan pengaruh pengalihfungsian organ-organ yang masih normal lainnya. Seorang anak tunanetra lebih mengandalkan indera peraba dan pendengaran untuk membantunya berinteraksi dengan lingkungan luar, walaupun demikian hal tersebut tentu saja tidak bekerja secara maksimal layaknya indra pengelihatan yang secara cepat dangan menyeluruh dalam memperoleh informasi, misalnya ukuran, warna dan hubungan ruang yang dapat dengan mudah diperoleh dengan indra penglihatan. Hal ini berpengaruh pada variasi dan jenis pengalaman siswa yang harus diperhitungkan guru. Keterbatasan kemampuan untuk berpindah tempat pada siswa tunanetra harus diatasi dengan banyak berlatih. Maka, pembelajaran IPA bagi siswa tunanetra harus mampu mengakomodasi indera nonvisual dalam belajar, misalnya melakukan observasi dengan menggunakan indera selain penglihatan. Pembelajaran IPA yang berbasis aktivitas juga sebagai sarana bagi siswa untuk untuk berlatih bergerak secara mandiri, aman, dan eisien dalam suatu lingkungan. Dengan keterbatasan yang ada pada siswa pendidikan luar biasa, di dalam pembelajaran IPA siswa didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di dalam benaknya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Pandangan dasar tentang pembelajaran adalah bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam benaknya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan bersusah payah dengan ide-idenya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Dengan segala keterbatasan yang ada, siswa didorong untuk “aktif mencari tahu”. 4 Buku Guru IPA X SMALB Tunanetra Dalam pembelajaran IPA, siswa membangun pengetahuan bagi dirinya. Bagi siswa, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkret menuju abstrak. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan dan percobaan memegang peran penting dalam pembelajaran IPA, agar pembelajaran IPA tidak sekedar pembelajaran hafalan. Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Jadi, pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya. Peran guru dalam pembelajaran adalah memberikan tugas menantang berupa permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Pada saat tugas itu diberikan, siswa belum menguasai cara pemecahannya, namun dengan berdiskusi dengan temannya dan bantuan guru, tugas tersebut dapat diselesaikan. Dengan menyelesaikan tugas tersebut, kemampuan-kemampuan dasar untuk menyelesaikan tugas itu akan dikuasai siswa. Guru IPA harus menyediakan kesempatan siswa untuk berdiskusi dan berbagai bentuk kerjasama lainnya untuk menyelesaikan tugas itu. Selain itu, guru memberikan sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran. Selanjutnya siswa mengambil alih tanggung- jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan guru tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah- langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apapun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri. Sekali lagi, bantuan tersebut tidak bersifat “memberitahu secara langsung” tetapi “mendorong siswa untuk mencari tahu”. Dalam pembelajaran IPA, siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam Buku Guru IPA X SMALB Tunanetra 5 menggunakan proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan mereka untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip tersebut. Proses- proses mental itu misalnya: mengamati, menanya dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, serta menyajikan. Guru IPA harus mampu memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif atau kolaboratif sehingga siswa mampu bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan masalah tanpa takut salah. Media dan sumber belajar lainnya digunakan guru untuk memberi bantuan siswa melakukan eksplorasi dalam bentuk mengamati observing, menghubung-hubungkan fenomena associating, menanya atau merumuskan masalah questioning, dan melakukan percobaan experimenting atau pengamatan lanjutan. Akhirnya, guru IPA membantu siswanya untuk mengomunikasikan hasil kerjanya. Pembelajaran IPA untuk tiap materi pokok tertentu seharusnya diakhiri dengan tugas proyek. Guru IPA seharusnya mendorong, membesarjkan hati, memberi bantuan secukupnya, dan memfasilitasi siswa untuk mampu melakukan tugas proyeknya, serta memembuat laporan secara tertulis. Selanjutnya, guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individu maupun kelompok dalam bentuk presentasi lisan atau tertulis, pameran, turnamen, festival, atau ragam penyajian lainnya yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa. Perlu diketahui, bahwa KD-KD IPA diorganisasikan ke dalam empat Kompetensi Inti KI. KI 1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI 2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI 3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI 4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI 1, KI 2, dan KI 4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI 3. KI 1 dan KI 2 tidak diajarkan langsung direct teaching, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. 6 Buku Guru IPA X SMALB Tunanetra Terakhir, seorang guru IPA yang baik adalah: 1. Mempunyai ketulusan, komitmen, dan kesungguhan hati untuk mengembangkan sikap, nilai, dan kemampuan siswa dan akhirnya memandirikan siswa. 2. Menguasai bahan, terutama konsep-konsep yang akan diajarkan. Dalam hal ini guru harus dapat mengembangkan diri dan mengikuti perkembangan IPA yang terjadi. 3. Bersikap kreatif dan aktif. Guru diharapkan selalu mengembangkan kreativitas secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga situasi belajar tidak membosankan dan monoton. 4. Rajin belajar dan dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

C. Keterampilan Proses

Keterampilan proses IPA dibedakan menjadi dua kelompok yaitu keterampilan proses dasar basic skills dan keterampilan proses terintegrasi integrated skills. Keterampilan proses terdiri atas mengamati, menggolongkanmengklasiikasi, mengukur, mengomunikasikan, menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan, dan menyimpulkan. Sedangkan jenis-jenis keterampilan proses IPA terintegrasi meliputi merumuskan masalah, mengidentiikasi variabel, mendeskripsikan hubungan antar variabel, mengendalikan variabel, mendeinisikan variabel secara operasional, memperoleh dan menyajikan data, menganalisis data, merumuskan hipotesis, merancang penelitian, dan melakukan penyelidikanpercobaan. Pembelajaran IPA SMALB digunakan sebagai sarana melatihkan keterampilan proses dasar, serta mulai melatihkan keterampilan proses terintegrasi. Pembelajaran IPA yang melatihkan keterampilan proses ini juga sebagai sarana siswa untuk terus berlatih agar mampu beradaptasi untuk mengatasi keterbatasannya, serta mengembangkan dirinya agar nantinya bisa mandiri.

D. Pembiasaan Sikap

Sikap KD pada KI 1 dan KI 2 dikembangkan melalui pembiasaan dalam pembelajaran IPA dan keteladanan. Sikap- sikap seperti kemandirian, kejujuran, ketekunan, kemauan untuk bekerjasama, dan lain-lain dikembangkan melalui Buku Guru IPA X SMALB Tunanetra 7 pembelajaran IPA. Keteladanan ini merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain.

E. Penilaian dalam Pembelajaran IPA

Penilaian dalam pembelajaran IPA menggunakan prinsip bahwa penilaian adalah bagian dari pembelajaran, digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan seiring dengan pembelajaran, baik saat proses maupun di akhir proses. Pada saat proses pembelajaran guru dapat mengobservasi sikap siswa untuk mendapatkan proile sikap siswa serta memberikan bantuan untuk mengubah sikap yang negatif misalnya apatis, pasif, tidak mandiri, menyerahkan sepenuhnya pada anggota kelompok lain, dan lain-lain menjadi positif. Selain itu, saat pembelajaran, guru dapat menilai keterampilan siswa, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan psikomotorik. Penilaian di akhir proses pembelajaran suatu materi pokok tertentu dapat menggunakan teknik tes. Kegiatan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai banyaknya dan kedalaman materi bab itu. Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tugas, kegiatan, ulangan harian, ulangan akhir semester, sampai ujian nasional. Bentuk soal dapat merupakan pilihan ganda, esai biasa, esai berstruktur, dan sebagainya. Mengingat penilaian adalah bagian dari pembelajaran, apapun bentuk penilaian yang dilaksanakan, sebaiknya dilakukan analisis hasil penilaian. Penilaian untuk ranah keterampilan dapat menggunakan penilaian kinerja performance assessment, baik proses kerja maupun produknya. Penilaian ini dapat terintegrasi dengan proses pembelajaran, tugas proyek, maupun di sesi khusus untuk hal ini. Selain itu, guru dapat memanfaatkan penilaian portofolio. Caranya dengan meminta siswa mengumpulkan karya mereka collect, menyeleksi karya-karya yang dia nilai terbaik select , dan melakukan releksi terhadap karyanya relect. Tindak lanjut hasil penilaian dalam pembelajaran IPA meliputi pemberian bantuan scaffolding, remedial, dan pengayaan. Pemberian scaffolding dilakukan guru berkenaan