Hubungan antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma.

(1)

ABSTRAK

Valentina Parinah, 2016. Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan motivasi belajar dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dari penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan subjek sebanyak 18 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016 yang dimulai dengan observasi, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemudian pengambilan data. Data yang diperoleh berupa data motivasi dengan instrumen kuesioner motivasi, data keaktifan belajar dengan instrumen lembar observasi, dan data hasil belajar dengan instrumen tes hasil belajar. Sebelum instrumen diujikan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan dari pakar serta uji coba soal di kelas yang setara dengan kelas yang akan diuji. Selanjutnya data diolah dan ditentukan korelasi antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) terdapat hubungan yang kurang signifikan antara motivasi dan hasil kontribusi motivasi terhadap hasil belajar dengan kontribusi sebesar 15.45% (2) terdapat hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar 41.85%.


(2)

ABSTRACT

Valentina Parinah, 2016. The Relation Between Motivation and Learning Achievement with Learning Participation and Learning Achievement Using Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) in Grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with Academic Year 2015/2016 with Topic of Prism. Mini Thesis. Study Program of Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out and describe the relation between motivation and learning achievement with learning participation and learning achievement for students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016with topic of prism.

The type used of this research is qualitative-quantitative research. The subject of this research are 18 students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016. This research was done on April-June 2016 which started by observation, doing learning proses using cooperative learning type Numbered Heads Together (NHT), and then took the data. The data which gotten are motivation, participation, and learning achievement. Data of motivation is gotten from questioners, data of participation is gotten by observation sheet, and learning achievement is gotten by learning achievement test. Before use the instruments, researcher tested the validity and reliability. Validity test done by asking the specialist and tested in the other class who have similar ability as the subject of this research. The next step is researcher analyze the correlation between motivation and learning participation towards learning achievement.

The analysis show (1) there’s a relation between motivation and learning achievement but it’s not significant and the contribution is 15.45% (2) there’s a relation between learning participation toward learning achievement and the contribution is 45.85%.


(3)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

SERTA KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

DI KELAS VIII B SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN

2015/2016 PADA POKOK BAHASAN PRISMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Valentina Parinah

NIM : 121414068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

Now you make your decision but later your decision will make you If you’re unhappy with your life, fix what’s wrong

and keep stepping

Dengan Penuh Syukur dan Kerendahan Hati Skripsi ini Kupersembahkan Untuk:

Orang tuaku Bapak Mateus Kanrad Parja dan Ibu Susana Sari Adikku Christina Dwi Nuryani


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Valentina Parinah

NIM : 121414068

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma.

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Agustus 2016 Yang menyatakan,


(9)

vii

ABSTRAK

Valentina Parinah, 2016. Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan motivasi belajar dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dari penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan subjek sebanyak 18 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016 yang dimulai dengan observasi, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemudian pengambilan data. Data yang diperoleh berupa data motivasi dengan instrumen kuesioner motivasi, data keaktifan belajar dengan instrumen lembar observasi, dan data hasil belajar dengan instrumen tes hasil belajar. Sebelum instrumen diujikan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan dari pakar serta uji coba soal di kelas yang setara dengan kelas yang akan diuji. Selanjutnya data diolah dan ditentukan korelasi antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) terdapat hubungan yang kurang signifikan antara motivasi dan hasil kontribusi motivasi terhadap hasil belajar dengan kontribusi sebesar 15.45% (2) terdapat hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar 41.85%.


(10)

viii

ABSTRACT

Valentina Parinah, 2016. The Relation Between Motivation and Learning Achievement with Learning Participation and Learning Achievement Using Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) in Grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with Academic Year 2015/2016 with Topic of Prism. Mini Thesis. Study Program of Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out and describe the relation between motivation and learning achievement with learning participation and learning achievement for students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016with topic of prism.

The type used of this research is qualitative-quantitative research. The subject of this research are 18 students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016. This research was done on April-June 2016 which started by observation, doing learning proses using cooperative learning type Numbered Heads Together (NHT), and then took the data. The data which gotten are motivation, participation, and learning achievement. Data of motivation is gotten from questioners, data of participation is gotten by observation sheet, and learning achievement is gotten by learning achievement test. Before use the instruments, researcher tested the validity and reliability. Validity test done by asking the specialist and tested in the other class who have similar ability as the subject of this research. The next step is researcher analyze the correlation between motivation and learning participation towards learning achievement. The analysis show (1) there’s a relation between motivation and learning achievement but it’s not significant and the contribution is 15.45% (2) there’s a relation between learning participation toward learning achievement and the contribution is 41.85%.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“hubungan motivasi dan keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan pokok bahasan prisma” sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi, penulis mengalami banyak hambatan baik dalam materi maupun dalam sistematika penulisan. Namun penulis memperoleh banyak dukungan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Drs. Sukardjono, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu membimbing penulis dengan segenap hati.

5. Ibu Nur Sukapti, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Sleman yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Bapak A. Tatak Handaya K, S. Pd yang senantiasa membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Sleman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Segenap dosen JPMIPA yang telah memberi pengalaman belajar kepada penulis selama penulis menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma.


(12)

x

9. Segenap karyawan JPMIPA yang telah membantu segala administrasi selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.

10.Keluargaku, Bapak Mateus Kanrad Parja, Ibu Susana Sari, dan adikku Christina Dwi Nuryani yang selalu memberi semangat, dukungan, dan motivasi dalam menyelesaiakan skripsi.

11.Teman-teman seperjuangan Fransisca Dwi Kurniasari, Asri Apriani, Ardhiana Dhian Utami, Yoanna Nungki Rianda, Dian Nugraheni, dan Trifosa Ester Seftiani yang telah dorongan dan diskusi dalam menyelesaiakan hambatan yang dialami oleh penulis.

12.Teman-teman dan sahabat, Arinta Yudhi Laksito, Scolastika Lintang R. R, Stania Mirandai Putri, Cecelia Resuera, Fransisca Erlin Yuniarti, dan yang telah memberi semangat, motivasi, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

13.Margarita Ika Noviantari, Elisabeth Okaviari D, Arinta Yudhi Laksito yang telah membantu dalam dokumentasi dan menjadi observer bagi penulis.

14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 atas kebersamaan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis berharap agar skripsi yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk kepentingan penulisan skripsi selanjutnya.


(13)

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

Kata Pengantar ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK, DAN HISTOGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Definisi Istilah ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II ... 11

KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11


(14)

xii

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 14

B. Mengajar ... 19

C. Hasil Belajar ... 20

D. Pembelajaran ... 26

E. Pembelajaran Kooperatif ... 27

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 27

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 28

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 30

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif... 31

5. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 32

6. Tipe -Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 34

F. NHT (Numbered Heads Together)... 40

G. Motivasi ... 41

1. Pengertian Motivasi ... 41

2. Pengertian Motivasi Belajar ... 44

H. Keaktifan Belajar ... 46

I. Penelitian Terdahulu ... 48

J. Materi Pembelajaran ... 49

K. Kerangka Berpikir ... 54

BAB III ... 56

A. Jenis Penelitian ... 56

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 56

1. Waktu ... 56

2. Tempat Penelitian ... 57


(15)

xiii

1. Sampel ... 57

2. Populasi ... 57

D. Objek Penelitian ... 57

E. Variabel Penelitian ... 58

F. Hipotesis Penelitian ... 58

G. Instrumen Penelitian... 59

1. Instrumen Pembelajaran ... 59

2. Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 60

3. Instrumen Keaktifan Siswa ... 61

4. Instrumen Hasil Belajar ... 63

G. Validitas dan Reliabilitas ... 67

1. Validitas ... 67

2. Reliabilitas ... 68

H. Uji Coba Instrumen ... 69

1. Validitas ... 69

2. Reliabilitas ... 72

I. Metode Analisis Data ... 72

1. Kelayakan Analisis ... 72

2. Analisis Motivasi Belajar ... 73

4. Analisis Keaktifan Belajar ... 75

5. Analisis Data Tes Hasil Belajar ... 76

6. Analisis Korelasi ... 78

7. Regresi Linier ... 80

BAB IV ... 81


(16)

xiv

A. Kelayakan Analisis... 81

B. Deskripsi Data ... 82

1. Deskripsi Statistik ... 82

2. Deskripsi Grafik ... 85

C. Inferensia ... 91

1. Diagram Terserak ... 92

2. Uji Normalitas ... 93

3. Uji Korelasi ... 95

4. Uji Regresi ... 97

D. Pembahasan ... 99

1. Korelasi Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa... 99

2. Korelasi Antara Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar... 99

E. Regresi Linier ... 100

F. Pendalaman Melalui Wawancara ... 100

G. Kelemahan Penelitian... 118

BAB V ... 119

KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah Kooperatif ... 44

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan NHT ... 50

Tabel 3.1 Instrumen Pembelajaran ... 59

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Fakta ... 60

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Opini ... 61

Tabel 3.4 Lembar Observasi Keaktifan Belajar ... 61

Tabel 3.4 Silabus ... 63

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 66

Tabel 3.6 Koefisien Validitas ... 68

Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas ... 69

Tabel 3.8 Validitas Kuesioner Pernyataan Fakta ... 70

Tabel 3.9 Revisi Kuesioner Pernyataan Fakta ... 70

Tabel 3.10 Validitas Kuesioner Pernyataan Opini ... 71

Tabel 3.11 Revisi Kuesioner Pernyataan Opini ... 71

Tabel 3.12 Validitas THB ... 72

Tabel 3.15 Skor Pernyataan Fakta ... 74

Tabel 3.16 Skor Pernyataan Opini ... 74

Tabel 3.17 Kriteria Penentuan Motivasi ... 74

Tabel 3.14 Kriteria Penentuan Keaktifan ... 76

Tabel 3.18 Pedoman Skor THB ... 77

Tabel 3.19 Kritria Penentuan Hasil Belajar ... 77

Tabel 4.2 Skor Kuesioner Fakta dan Opini ... 82

Tabel 4.3 Statistik Skor Kuesioner Fakta dan Kuesioner Opini ... 83

Tabel 4.4 Rekapitukasi Keaktifan Siswa ... 83

Tabel 4.5 Statistik Keaktifan Siswa ... 84


(18)

xvi

Tabel 4.7 Statistik Hasil Belajar ... 85 Tabel 4.10 Tabel Distribusi Frekuensi ... 90


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK, DAN HISTOGRAM

Gambar 2.1 ... 44

Gambar 2.2 Prisma ... 50

Gambar 2.3 Jaring-Jaring Prisma ... 52

Gambar 2.4 ... 53

Histogram 4.1 Motivasi Belajar ... 86

Histogram 4.2 Keaktifan Belajar... 88

Histogram 4.3 Hasil Belajar Siswa ... 91

Gambar 4.1 Diagram Terserak Hasil Belajar dan Motivasi Belajar ... 92

Gambar 4.2 Diagram Terserak Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar ... 92


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Silabus ... 125

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 131

Lembar Kerja Siswa ... 140

Kuesioner Motivasi... 144

Lembar Pengamatan Keaktifan ... 148

LAMPIRAN B Tes Hasil Belajar ... 150

Pedoman Penilaian ... 151

LAMPIRAN C Validitas Pakar RPP... 157

Validitas Pakar Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 162

Validitas Butir Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 167

Reliabilitas Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 173

LAMPIRAN D Uji Normalitas ... 179

Perhitungan Korelasi ... 182

Perhitungan Regresi ... 184

LAMPIRAN E Contoh Hasil Kuesioner... 186

Contoh Hasil Obervasi Keaktifan ... 193

Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 196

LAMPIRAN F Foto-Foto Saat Penelitian ... 201


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk membangun suatu bangsa. Untuk mendukung pelaksanaan pendidikan di Indonesia, dibentuk suatu lembaga pendidikan yang dibagi menjadi lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal. Dalam pelaksanaannya, pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan belajar. Menurut Hilgard belajar diartikan sebagai suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan misalnya kematangan. Dalam pendidikan yang tradisional diutamakan penumpukan ilmu dan karena itu dicap sebagai pendidikan yang intelektualistis. Sementara pendidikan modern memperhatikan perkembangan seluruh pribadi anak. Pengetahuan tetap penting namun juga harus berfungsi dalam hidup anak (Nasution, 1982: 39).

Dalam suatu lembaga pendidikan formal, kegiatan mengajar merupakan hal yang sangat penting. Mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih guru


(22)

hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menalar, dan bahkan menebak dan mendebat (Herman Hudoyo, 1980: 18).

Setelah proses belajar mengajar maka akan diperoleh hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22). Selanjutnya hasil belajar tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar. Nilai dari tes hasil belajar akan menentukan seberapa besar kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajar. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar antara lain faktor-faktor-non sosial, faktor-faktor sosial, faktor-faktor fisiologis, dan faktor-faktor psikologis. Faktor-faktor psikologis merupakan faktor-faktor yang mendorong aktivitas belajar (Sumadi Suryabrata, 1984: 253-258). Dalam hal ini faktor-faktor yang mendorong aktivitas belajar itu adalah motivasi belajar. Oleh karena itu motivasi belajar perlu ditingkatkan untuk mendukung proses belajar hasil belajar siswa akan sesuai dengan yang diharapkan.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan tempat bertemunya guru dan siswa untuk melakukan suatu interaksi yang disebut belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman, cara mengajar guru tidak selalu mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Terkadang guru meminta siswa membaca LKS atau buku paket sebanyak 3-5 kali


(23)

kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal. Ketika siswa sudah membaca sampai 3 kali guru memanggil siswa kemudian memberi pertanyaan. Selain meminta siswa membaca buku, terkadang guru juga menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Guru akan memberi soal terlebih dahulu kepada siswa dan meminta siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Selanjutnya guru akan meminta siswa untuk menjelaskan penyelesaiannya yang dikerjakan siswa secara lisan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP Kanisius Sleman, ada beberapa permasalahan yang dihadapi guru. Salah satunya, peneliti melihat sebagian besar siswa menghafalkan materi atau rumus karena guru akan memanggil siswa secara acak untuk ditanya. Hasilnya, meskipun siswa sudah membaca dan menghafal, beberapa siswa masih terlihat bingung dan ragu-ragu ketika menjawab pertanyaan guru. Ketika siswa mulai bingung, mereka akan membuka kembali LKS yang mereka baca. Selain itu peneliti juga melihat beberapa siswa menguap pada jam pertama sekitar ke-10, menit ke-13, dan menit ke-18. Ketika semua siswa sedang membaca LKS, ada juga siswa yang sibuk bermain tangan meskipun pandangannya terlihat mengarah kepada LKS.Selain itu ada juga siswa yang sibuk bermain rambut pada menit ke-21.

Permasalahan lain yang terjadi adalah ketika siswa diberi pekerjaan rumah, ada beberapa siswa yang kemungkinan belum mengerjakan pekerjaan rumahnya. Untuk mengatasinya, siswa tersebut menyalin jawaban milik temannya tetapi tidak meminta agar temannya menjelaskan


(24)

penyelesaiannya. Akibatnya ketika siswa tersebut ditanya oleh guru mengenai penyelesaian masalahnya, siswa tersebut menjadi bingung dan melakukan kesalahan dalam membacakan penyelesaian seperti akar pangkat tiga tetapi siswa tersebut hanya mengatakan akar. Setelah ditanyai oleh guru, siswa tersebut mengaku menyalin jawaban temannya tetapi ternyata siswa yang jawabannya disalin itu juga menyalin jawaban dari teman lain lagi.

Sementara di kelas lain yaitu kelas VIII A, pada awal pembelajaran yaitu pada menit ke-10 sampai menit ke-15 beberapa siswa terlihat aktif dengan bertanya kepada guru. Namun ketika guru sedang menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, beberapa siswa yaitu pada menit ke-15 terlihat mengobrol bersama temannya. Selain mengobrol, beberapa siswa juga terlihat menguap pada menit ke-33. Ketika guru memberi waktu kepada siswa untuk menyelesaikan masalah, ada juga siswa terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan soal karena ia sibuk menggambar di buku tulisnya dan tidak mencoba untuk berdiskusi bersama temannya.

Setelah melihat permasalahan yang terdapat di kelas VIII SMP Kanisius Sleman, peneliti berpikir bahwa permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009: 37). Karena dibagi ke dalam


(25)

kelompok kecil, pembelajaran kooperatif akan menyebabkan siswa saling ketergantungan dalam hal positif seperti mencari sumber belajar atau memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif juga memiliki unsur tatap muka yang diwujudkan dalam bentuk diskusi. Kegiatan diskusi ini dapat berguna untuk membentuk hubungan antar siswa agar siswa saling menghargai perbedaan, mengisi kekurangan, dan memanfaatkan kelebihan masing-masing untuk kepentingan kelompok.

Jenis model pembelajaran kooperatif yang diipilih oleh peneliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Alasan utama peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah peneliti tidak melihat adanya kompetisi selama peneliti melakukan observasi. Dalam pelaksanaannya, guru akan membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa dan setiap anggota diberi nomor 1-5. Selanjutnya guru akan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Ketika guru sudah mengajukan pertanyaan, siswa akan berpikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap penyelesaian masalah dan memastikan setiap anggota mengetahui jawaban itu. Selanjutnya guru akan memanggil suatu nomor dan siswa yag nomornya sesuai harus mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Abdul Majid, 2013: 192). Dengan cara berdiskusi dan memanggil siswa untuk menjawab pertanyaan, peneliti berpikir bahwa siswa akan berpartisipasi dalam kelompok dengan memberikan pendapatnya. Siswa juga akan terdorong untuk aktif dan lebih termotivasi karena berdiskusi


(26)

dalam kelompok dan diharuskan untuk menjelaskan penyelesaian masalah. Dengan menjelaskan penyelesaian masalah ini, peneliti juga berpikir bahwa guru akan mengetahui tingkat kemampuan siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang tekah dipaparkan, peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran di SMP Kanisius Sleman. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Siswa lebih sering menghafal daripada mencoba memahami materi. 3. Siswa terlihat kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 4. Motivasi belajar siswa terlihat kurang karena beberapa siswa menguap. 5. Beberapa siswa mengobrol ketika guru sedang menjelaskan.

6. Ada siswa yang sibuk menggambar ketika guru memberikan latihan soal.

7. Beberapa siswa sibuk bermain pulpen ketika guru memberi waktu untuk mengerjakan soal.

C. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang dan identifkasi masalah yang terjadi di SMP Kanisius Sleman, peneliti membuat pembatasan masalah mengenai masalah yang akan diteliti agar penelitian menjadi lebih fokus pada kelas VIII B. Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti adalah keaktifan serta motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.


(27)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah yang terjadi di SMP Kanisius Sleman, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah hubungan antara motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?

2. Bagaimanakah hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang dipaparkan pada latar belakang dan identifikasi masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).

2. Mendeskripsikan hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016.


(28)

F. Definisi Istilah 1. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan (Hilgard dalam Nasution, 1984: 39).

2. Mengajar

Mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru (Herman Hudoyo, 1980: 18).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22) 4. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala, 2014: 61).


(29)

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 samapi 5 orang. (Slavin dalam Tanuredjo, 2011:56)

6. Numbered Heads Together (NHT)

NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tertentu. Dalam NHT guru menggunakan 4 struktur yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab. (Abdul Majid, 2013: 192)

7. Motivasi

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc Donald dalam Oemar Hamalik (2007: 173).

8. Keaktifan

Keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dimyanti dan Mudjiyono, 2006).


(30)

G. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai latihan dalam membuat membuat karya ilmiah.Selain itu peneliti juga memperoleh pengalaman dalam menerapkan suatu metode pembelajaran yang nantinya dapat berguna sebagai bekal untuk menjadi seorang guru. 2. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah sebagai masukan dalam penggunaan model pembelajaran matematika.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini bermanfaat bagi universitas sebagai khasanah pengetahuan yang dapat digunakan pembaca untuk menambah pengetahuan berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika.


(31)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia pendidikan. Bahkan setiap kegiatan dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal tidak pernah lepas dari kegiatan belajar. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar, beberapa ahli psikologi mendefiniskan pengertian dari belajar.

Menurut Hilgard dalam Nasution (1982: 39) belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.

Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2013: 1-2) belajar dapat didefiniskan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman yang diperoleh berdasarkan interaksi antara guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Gagne juga


(32)

menekankan belajar sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan atau instruksi yang berupa perintah, arahan, atau bimbingan.

Menurut Eveline Siregar (2010: 1) belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat. Seseorang yang telah belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang bersifat kognitif, psikomotor, maupun afektif.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dalam hal belajar ini perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan yang diperoleh berdasarkan melalui suatu latihan yang merupakan pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya yang berlangsung pada diri individu seumur hidup.

2. Ciri-Ciri Belajar

Belajar menunjuk pada proses yang mengakibatkan tingkah laku seseorang. Menurut Djamarah (2011: 15-16) ada beberapa ciri-ciri belajar yaitu:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Dalam proses belajar, seorang individu dapat menyadari perubahan-perubahan dalam dirinya, misalnya perubahan pengetahuan yang diperoleh dari latihan, perubahan kecakapan, maupun perubahan kebiasaan.


(33)

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang merupakan akibat dari belajar akan berlangsung terus menerus dan tidak statis. Artinya perubahan itu akan menyebabkan perubahan lain yang dapat berguna untuk proses belajar selanjutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan dalam belajar selalu bertambah dan dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik. Semakin banyak usaha belajar dilakukan maka akan semakin banyak pula perubahan yang diperoleh.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Dalam proses belajar, perubahan yang terjadi bersifat tetap. Jika perubahan itu hanya bersifat sementara saja maka perubahan itu tidak dapat digolongkan sebagai belajar.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan belajar dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan.Hal ini mengakibatkan perubahan dalam belajar merupakan perubahan yang diarahkan pada perubahan tingkah laku yang ditetapkan.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Maksud dari perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku adalah perubahan yang terjadi dalam belajar terjadi secara


(34)

menyeluruh baik perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Berdasarkan uraian ciri-ciri belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri seseorang yang telah belajar adalah mengalami perubahan positif yang terarah dan permanen yang mencakup seluruh aspek tingkah laku.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Pelaksanaan kegiatan belajar memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Sumadi Suryabrata (1984: 253-258) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut.

a. Faktor-Faktor Non-Sosial Dalam Belajar

Faktor-faktor non-sosial dalam belajar meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, alat-alat yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran, maupun letak sekolah.

b. Faktor-Faktor Sosial Dalam Belajar

Faktor sosial adalah faktor manusia baik manusia yang hadir maupun manusia yang kehadirannya dapat disimpulkan. Manusia yang kehadirannya dapat disimpulkan merupakan manusia yang hadir langsung ketika proses belajar, misalnya ketika suatu kelas sedang menghadapi ujian kemudian ada beberapa orang yang bercakap-cakap di sekitar kelas. Sementara kehadiran yang dapat disimpulkan merupakan kehadiran yang bersifat tidak langsung


(35)

misalnya suara nyanyian yang didengarkan lewat radio maupun tape recorder.

c. Faktor-Faktor Fisiologis Dalam Belajar

Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya merupakan keadaan jasmani seseorang. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh nutrisi dengan kadar yang cukup sehingga dapat mengatasi masalah seperti siswa yang lesu, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Selain itu ada juga penyakit kronis yang mengganggu belajar seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk, dan sebagainya.

(2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu

Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu berkaitan dengan panca indera. Hal ini disebabkan karena dalam proses belajar untuk mengenal dunia sekitar, seserorang membutuhkan alat indera. Ketika salah satu indera kurang berfungsi, maka proses belajar di kelas akan terganggu. d. Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar

Faktor-faktor psikologis dalam belajar merupakan hal yang mendorong aktivitas belajar, yang merupakan alasan dilakukannya perbuatan itu. Suatu pendorong yang pada


(36)

umumnya mempunyai pengaruh besar dalam kegiatan belajar adalah cita-cita.

Sementara menurut Purwanto dalam M. Thobroni (2015: 28-30) faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar dibedakan menjadi dua golongan.

1) Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang meliputi:

a) Faktor kematangan atau pertumbuhan

Faktor kematangan merupakan faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan organ-organ tubuh, usia, dan pertumbuhan mental.

b) Faktor kecerdasan atau intelegensi

Kecerdasan yang dimaksud merupakan kecakapan dalam mempelajari mata pelajaran. Sebagai contoh, seorang anak berusia empat belas tahun telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi pada kenyataannya tidak semua anak pandai dalam ilmu pasti.

c) Faktor latihan dan ulangan

Semakin sering seorang anak berlatih dan mengulang makan akan semakin banyak pengetahuan yang dikuasainya. Sering berlatih juga dapat menimbulkan minat sehingga perhatian dan hasrat untuk belajar akan semakin besar.


(37)

d) Faktor motivasi

Motivasi merupakan faktor yang mendiring seseorang untuk melakukan sesuatu. ketika seseorang mengetahui pentingnya hasil yang akan dicapai dapalam kegiatan belajar, maka ia akan berusaha untuk mempelajari.

e) Faktor pribadi

Sifat pribadi yang dimaksud dapat berupa sifat keras hati, halus perasaannya, berkemauan keras, atau tekun. Selain itu terdapat pula faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.

2) Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individu yang meliputi: a) faktor keluarga

keluarga memiliki peran dalam proses belajar karena keluarga berperan dalam memenuhi ketersediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar. selain itu keluarga yang memiliki cita-cita yang tinggi akan mendorong anaknya untuk lebih rajin belajar.

b) faktor guru dan cara mengajarnya

sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik dapat menentukan hasil belajar yang akan dicapai.


(38)

c) faktor alat yang digunakan dalam belajar-mengajar

alat belajar digunakan untuk mempermudah anak-anak dalam mempelajari suatu materi. Oleh karena itu sekolah yang memiliki peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar dapat mempercepat anak-anak dalam belajar. d) faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia

faktor lingkungan yang dimaksud dapat berupa jarak rumah yang jauh dengan sekolah atau pengaruh lingkungan lingkungan buruk. Sementara kesempatan yang tersedia dapat berua intelegensi, sekolah, dan fasilitas belajar.

e) faktor motivasi sosial

Motivasi sosial merupakan motivasi yang berasal dari orang lain, misalnya orang tua yang mendorong anaknya utnuk rajin belajar. selain orang tua, motivasi juga dapat berasal dari tetangga, sanak saudara, teman-teman sekolah, atau teman sepermainan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri seseorang serta dari luar diri seseorang. Faktor dalam diri meliputi faktor fisik, psikologis, dan kecerdasan sementara faktor dari luar meliputi fasilitas, lingkungan, dan dorongan dari orang lain.


(39)

B. Mengajar

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam membantu siswa untuk memahami suatu materi pembelajaran. Menurut Burton dalam Syaiful Sagala (2014: 61) mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Menurut Aunurrahman (2012:34) mengajar diartikan sebagai suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar. Situasi yang diciptakan dapat berupa transfer pengetahuan dari guru atau dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru.

Mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih guru hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menalar, dan bahkan menebak dan mendebat (Herman Hudoyo, 1980: 18).

Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu interaksi antara guru dan siswa untuk menciptakan aktivitas belajar berupa stimulus, bimbingan, atau arahan sehingga siswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(40)

C. Hasil Belajar

Menurut K. Ibrahim dalam Ahmad Susanto (2013: 5) hasil belajar dapat dairtikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut pemikian Gagne dalam Agus Suprijono (2009: 5-6) hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan dalam merepresentasikan konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif seperti penggunaan konsep dan pemecahan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dan koordinasi.

5. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Sementara Agus Suprijono (2009: 7) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan. Maksud dari secara keseluruhan adalah hasil belajar yang berupa kemampuan kognitif, motorik, dan sikap dilihat sebagai satu kesatuan.


(41)

Kingsley dalam Sudjana (1990: 22) membagi hasil belajar siswa menjadi tiga macam yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sementara Gagne dalam Sudjana (1990: 22) membagi hasil belajar menjadi 3 macam yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Pembagian jenis hasil belajar menurut Kingsley dan Gagne pada umumnya sama namun Gagne memperluas jenis pengetahuan dan pengertian menjadi infromasi verbal, keterampilan intelektual dan strategi kognitif.

Bloom dalam Nana Sudjana (1990: 22-23) menggolongkan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah belajar kognitif merupakan ranah belajar yang berkenaan dengan kemampuan intelektual. Bloom membagi hasil belajar ranah koginitif menjadi enam aspek yang dikenal dengan nama taksonomi Bloom. Enam aspek itu antara lain:

a. Pengetahuan

Istilah pengetahuan berasal dari terjemahan kata knowledge. Dalam aspek hasil belajar yang dikemukan oleh Bloom, pengetahuan yang dimaksud oleh merupakan pengetahuan hafalan seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal undang-undang, nama tokoh, dan nama kota. Selain itu ada pula pengetahuan faktual yaitu pengetahuan yang


(42)

berkaitan dengan fakta misalnya guru memberikan pernyataan seperti “guru sedang menulis”.

b. Pemahaman

Pemahaman dalam taksonomi Bloom dibedakan menjadi tiga kategori yaitu tingkat terendah, tingkat kedua, dan tingkat ketiga. Pemahaman pada tingkat terendah merupakan pemahaman terjemahan yang menerjemahkan ke dalam arti sebenarnya misalnya menerjemahkan kata dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa inggris. Pemahaman tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan beberapa bagian yang diketahui kemudian membedakan yang pokok dan tidak pokok. Contoh pemahaman tingkat dua adalah menyusun kalimat dalam bahasa inggris. Pemahaman tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu kemampuan untuk melihat dibalik yang tertulis dan membuat ramalan tentang konsekuensi.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus (Sudjana, 1990: 25). Abstraksi yang dimaksud dapat berupa ide atau teori. Contohnya adalah memecahkan masalah matematika dengan menggunakan rumus.


(43)

d. Analisis

Analisis merupakan usaha untuk memilah suatu integritas unsur-unsur sehingga susunannya menjadi jelas. Kemampuan analisis perlu dikembangkan sehingga seseorang dapat mengaplikasikannya pada suatu situasi sehingga menjadi lebih kreatif.

e. Sintesis

Sistesis merupakan penyatuan unsur-unsur untuk membentuk bagian secara menyeluruh. Berpikir secara sintesis adalah berpikir divergen (Sudjana, 1990: 28). Berpikir divergen berarti berpikir dengan jawaban yang belum dapat dipastikan sehingga jawaban yang diperoleh tidak hanya berorientasi pada satu jawaban saja.

f. Evaluasi.

Evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu. Pemberian evaluasi ini dapat dilihat dari beberapa segi misalnya tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, maupun metode. Selain melihat dari beberapa segi, dalam pelaksanaan evaluasi juga harus dibuat kriteria tertentu. 2. Ranah Afektif

Ranah afektif merupakan ranah yang berkenaan dengan nilai dan sikap. Nilai yang dimaksud merupakan nilai sosial sementara sikap merupakan sikap siswa sdalam mengikuti proses pembelajaran. Ranah


(44)

afektif hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu (Sudjana, 1990: 30) :

a. Reciving/attending

Reciving merupakan kepekaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa. Rangsangan yang diterima dapat berupa masalah, situasi, atau gejala. Misalnya ketika guru memberi situasi dengan memanggil nama siswa.

b. Responding

Responding merupakan reaksi yang diberikan ketika seseorang diberi rangsangan dari luar. Misalnya seorang siswa menjawab panggilan dari guru.

c. Valuing

Valuing merupakan penilaian dan kepercayaan terhadap rangsangan yang diberikan. Kesediaan menerima nilai dan latar belakang juga termasuk dalam evaluasi dari valuing. Misalnya ketika seorang siswa mempertimbangkan untuk menjawab soal ketika guru memberi pertanyaan.

d. Organisasi

Organisasi merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan antar nilai, pemantapan, dan prioritasnya.


(45)

e. Karakteristik

Karakteristik merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar ranah psikomotor merupakan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Terdapat enam tingkatan keterampilan yaitu gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampun di bidang fisik, gerakan-gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresi dan interpretatif (Sudjana, 1990: 30-31).

Sementara Gagne (Kurniawan, 2015: 14-15) mengajukan lima kategori hasil belajar yang ingin dibentuk dari proses pembelajaran yaitu:

1. Keterampilan intelektual

Keterampilan kognitif merupakan pengetahuan mengenai cara melakukan sesuatu.

2. Strategi kognitif

Strategi kognitif merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan perilaku belajar diri sendiri dalam mengingat dan berpikir. Contohnya belajar dengan orientasi tujuan yang ditetapkan.


(46)

3. Informasi verbal

Informasi verbal adalah hasil pengetahuan tentang sesuatu yang bisa disebut pengetahuan verbal. Hasil pengetahuan dalam informasi verbal berupa hafalan, istilah, atau fakta.

4. Keterampilan gerak

Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan menggunakan tangan-kaki dan lata tubuh lainnya.

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil perubahan perilaku baik berupa kognitif, motorik, maupun sikap yang diuji dengan menggunakan suatu tes.

D. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Menurut Corey (1986) dalam Syaiful Sagala (2014: 61) pembelajaran adalah adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

Berdasarkan tujuannya, pembelajaran dimaksudkan utnuk terciptanya suasana sehingga siswa belajar. Oleh karena itu pembelajaran terdapat keterkaitan antara belajar dan pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa harus dijadikan titik tolak dalam merancang pembelajaran. (Ali Imron, 1996: 43)


(47)

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja diciptakan sehingga tercipta suasan belajar dan menghasilkan respon dalam siatuasi tertentu.

E. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009: 37).

Menurut Khoe Yao Tung (2015: 248) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang memberikan peran terstruktur ke para murid dengan menekankan strategi mengajar yang memberikan interaksi pada diri murid-muridnya. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud dapat terjadi apabila dilakukan dalam kelompok kecil sehingga murid dapat saling membantu dalam belajar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Ngalimun (2014: 161) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut Ngalimun, sintaks dari pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan laporan.


(48)

Menurut Johnson and Johnson (dalam Isjoni dan Ismail, 2008: 152) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Di dalam kelompok-kelompok yang telah dibentuk, siswa dapat belajar dan bekerja sama sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar.

Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling membantu dalam memecahkan suatu permasalahan.Selanjutnya siswa dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan membuat laporan.

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2009: 40-42) terdapat elemen-elemen pembelajaran yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Saling ketergantungan positif yang diharapkan dari pembelajaran kooperatif antara lain saling ketergantungan dalam mencapai tujuan, menyelesaikan tugas, mencari sumber, saling ketergantungan peran, serta saling ketergantungan hadiah. Dengan adanya sifat saling ketergantungan, guru akan mendorong siswa sehingga mereka akan bekerjasama.


(49)

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka dalam pembelajaran kooperatif adalah interaksi bersama guru serta teman sebaya.Tujuan dari interaksi ini adalah agar siswa dapat belajar dari sesamanya yang mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.

c. Akuntabilitas individual

Penilaian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi dan dilakukan secara individual. Selanjutnya hasil penelitian disampaikan kepada kelompok untuk mengetahui mengetahui anggota yang memerlukan bantuan. Dengan demikian nilai yang diperoleh oleh kelompok merupakan nilai berdasarkan rata-rata hasil belajar setiap anggota kelompok.Penilaian inilah yang disebut dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan menjalin hubungan yang dimaksud merupakan keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sopan, mengkritik ide, mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan sebagainya. Ketika siswa tidak mampu menjalin hubungan antar pribadi, siswa akan memperoleh teguran dari guru dan temannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya interaksi tatap muka yang menghasilkan sifat saling ketergantungan sehingga siswa dapat menjalin keterampilan hubungan antar pribadi.


(50)

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaannya, terdapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Donni Juni Priansa (2015: 253)

Langkah Penjelasan

Fase – 1 Pre-test

Guru menyiapkan seperangkat alat tes sesuai dengan materi yang akan disampaikan Fase 2

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik

Fase 3

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Fase 4

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan bagaimana caranya membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 5

Membimbing kelompok

kerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Fase 6

Pos-test

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikannya Fase 7

Tindak lanjut

Guru mencari cara untuk I menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok dengan memberikan rekomendasi sesuai hasil yang diperoleh

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif a. Kelebihan

Menurut Sugiyanto (2010:43-44) ada banyak pembelajaran kooperatif seperti:


(51)

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterangan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa

dewasa.

7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia. 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi

dari berbagai perspektif.

10)Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11)Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

b. Kelemahan

Menurut Johnson and Johson dalam Nurhadi (2004: 64) kelemahan pembelajaran kooperatif antara lain:


(52)

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, sementara proses pembelajaran kooperatif memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.

2) Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas.

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang.

5. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Jenis-jenis pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai berikut. (Johnson and Johnson dalam Miftahul Huda, 2012: 87-88)

a. Kelompok pembelajaran kooperatif (formal cooperative learning group)

Pada pembelajaran kooperatif ini siswa bekerja untuk satu atau beberapa sesi pertemuan. Kelompok pada pembelajaran kooperatif formal dibuat berdasarkan prosedur-prosedur seperti keputusan-keputusan pra-instruksional, perancangan tugas dan struktur koopertif, pengawasan kelompok-kelompok kooperatif, evaluasi pembelajaran, dan pemrosesan kelompok.


(53)

b. Kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning group)

Pada pembelajaran kooperatif informal siswa bekerja hanya untuk satu kali pertemuan saja. Kelompok dibentuk untuk memfokuskan perhatian siswa pada materi yang dipelajari, menciptakan setting dan mood yang kondusif untuk belajar, memastikan siswa memproses materi yang sudah diajarkan dan menjadi kegiatan penutup di akhir pelajaran.

c. Kelompok besar kooperatif (cooperative base group)

Kelompok besar kooperatif merupakan kelompok kooperatif dalam jangka panjang dengan keanggotaan stabil. Tujuan utamanya adalah saling memberi dukungan, dorongan, dan bantuan antar sesama anggota agar saling bisa berkembang secara akademik, kognitif, dan sosial.

d. Gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning group)

Jenis pembelajaran koopertif ini adalah gabungan dari tiga jenis kelompok kooperatif yang dibuat untuk mengefektifkan dan memaksimalkan pembelajaran siswa untu satu materi pembelajaran atau tugas akademik tertentu.


(54)

6. Tipe -Tipe Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2013: 114-153) tipe pembelajaran kooperatif dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Metode Students Teams Learning

Metode ini menekankan pentingnya tujuan dan kesuksesan kelompok yang dapat dicapai hanya jika semua anggota kelompok benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan. Metode Students Teams Learning meliputi:

1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Pada tipe ini siswa mempelajari materi bersama teman sekolompoknya kemudian mereka akan diuji secara invidual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota akan menjadi skor yang diperoleh kelompok.

2) Teams Games Tournament (TGT)

TGT pada umumnya mirip dengan STAD. Pada tipe ini siswa mempelajari materi bersama teman sekelompoknya kemudian mereka akan diuji secara individual melalui game akademik.

3) Jigsaw II

Pada jigsaw II setiap kelompok disajikan informasi yang sama kemudian masing-masing kelompok menunjuk satu anggota yang dianggap ahli


(55)

untuk bergabung dengan kelompok yang lain yang disebut sebagai kelompok ahli. Selanjutnya kelompok ahli akan berdiskusi kemudian satu orang dari setiap kelompok akan kembali ke kelompok masing-masing untuk membagikan informasi kepada teman-teman sekelompoknya.

b. Metode Supported Cooperative Learning

Metode supported cooperative learning meliputi: 1) Learning Together (LT) - Circle of Learning (CL)

Dalam LT/CL siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing kelompok diminta untuk menghasilkan satu produk kelompok.

2) Jigsaw

Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa ditempatkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang. Selanjutnya setiap kelompok diberi materi dan masing-masing anggota kelompok diberi informasi yang membahas topik ajaran mereka saat ini dengan setiap kelompok mempelajari informasi yang berbeda. Kemudian setiap anggota kelompok bergabung bersama anggota-anggota dari kelompok lain untuk mempelajari informasi yang sama kemudian kembali


(56)

ke kelompok sebelumnya untuk menjelaskan informasi yang mereka diskusikan.

3) Jigsaw III

Jigsaw III merupakan pembelajaran kooperti yang khusus diterapkan pada kelas bilingual dengan kelompok yang terdiri dari siswa yang mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa nasional, siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa inggris tetapi terlibat dalam pembelajaran dengan bahasa inggris, dan siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa inggris namun mahir berbahasa inggris.

4) Cooperative Learning Structures (CLS)

Model ini berisi struktur-struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini sebenarnya lebih mirip denga pola pengelolaan kelas pembelajaran koopertif sebagi metode tersendiri. 5) Group Investigation (GI)

Dalam model ini siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi.

6) Complex Instruction (CI)

Fokus utama pembelajaran kooperatif ini adalah mengembangkan kepercayaan pada semua


(57)

kemampuan yang dimiliki siswa. Mereka ditempatkan ke dalam kelompok kooperatif dan guru memberikan keleluasaan pada mereka untuk menentukan proyek yang mereka kerjakan.

7) Team Accelerated Instruction (TAI)

Dalam model ini siswa dikelompokkan berdasaran kemampuannya yang beragam. Kemudian masing-masing kelompok ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. 8) Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC)

CIRC merupakan model yang dirancang untuk mengakomodasi level kemampuan siswa yang beragam baik melalui pengelompokan yang homogen maupu yang heterogen.

9) Structured Dyadic Methods (SDM)

SDM merupakan pembelajaran koopertif dengan kelompok yang terdiri dari 2 orang dengan satu siswa bertindak sebagai guru dan sisa bertindak sebagai siswa.


(58)

c. Metode-Metode Informal

Metode-metode informal meliputi: 1) Spontaneous Group Discussion (SGD)

Pada SGD siswa diminta untuk berdiskusi berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu. Selanjutnya guru akan memanggil kelompok satu per satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 2) Numbered Heads Together (NHT)

Pada NHT guru akan meminta siswa untuk duduk berkelompok dan masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Selanjutnya guru akan memanggil suatu nomor dan siswa yang nomornya sesuai harus mempresentasikan hasil diskusinya. 3) Team Product (TP)

Pada TP setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu. Namun guru memberikan peran atau tugas yang berbeda-beda pada masing-masing anggota untuk menciptakan satu produk kelompok.

4) Cooperative Review (CR)

Pada CR siswa ditempatkan ke dalam kelompok kecil untuk saling mengajukan


(59)

pertanyaan yang mencerminkan poin-poin utama dati materi pelajaran.

5) Think Pair Share (TPS)

Pada TPS siswa diminta berpikir sendiri-sendiri dahulu mengenai jawaban pertanyaan kemudian siswa mendiskusikan bersama pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang mewakili jawaban mereka berdua.

6) Discussion Group (DG) – Group Project (GP) DG/GP dirancang untuk mengerjakan tugas pembelajaran atau proyek tertentu, misalnya membuat laporan. Pada model ini guru memastikan bahwa setiap anggota mendapat tugas mengerjakan masing-masing bagian dari laporan tersebut.

F. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagen dalam (Abdul Majid, 2013: 192). Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dibagi menjadi empat langkah yaitu:

1. Penomoran

Pada langkah ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberikan kartu bernomor sesuai jumlah orang dalam kelompok.


(60)

Dalam pelaksanaannya, peneliti membagi siswa ke dalam lima kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dalam setiap kelompok. Selanjutnya peneliti membuat 21 kartu bernomor yang terdiri dari nomor 1 sampai dengan nomor 4.

2. Mengajukan pertanyaan

Pada langkah ini guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa dapat bervariasi. Pemberian pertanyaan yang dilakukan oleh peneliti dimuat dalam LKS.

3. Berpikir bersama

Setelah guru mengajukan pertanyaan, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan anggota dalam tim mengetahui jawaban tersebut.

4. Menjawab

Pada langkah ini guru menunjuk suatu kelompok kemuian memanggil suatu nomor tertentu. Siswa yang nomornya sesuai harus mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.


(61)

Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) menurut Donni Juni Priansa (2015: 261)

Kelebihan Kekurangan

a. Setiap peserta didik menjadi siap semua

Kemungkinan nomor yang dipanggil dapat dipanggil lagi oleh guru.

b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. c. Peserta didik yang pandai

dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.

d. Tidak ada peserta didik

yang mendominasi

kelompok. G. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. (Hamzah B. Uno, 2007: 3)

Motivasi diartikan sebagai segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (S. Nasution, 1982: 76). Segala daya yang dimaksud dapat berupa faktor –faktor untuk yang menjadi dorongan dalam melakukan sesuatu.


(62)

Mc. Donald (Syaiful Bahri Djamarah: 2011, 148) mengatakan motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi yang dimaksud merupakan suatu aktivitas fisik. ketika seseorang mempuanyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka ia akan melakukan segala upaya untuk mencapainya.

Banyak teori motivasi didasarkan dari asas kebutuhan, salah satunya teori kebutuhan Maslow. Terdapat lima tinkatan dalam teori kebutuhan Maslow yaitu: (Hamzah B. Uno, 2007:40-42)

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang harus dipuaskan untuk tetap hidup seperti makanan, perumahan, pakaian, udara, dan sebagainya.

b. Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan rasa aman yang dimaksud merupakan rasa aman dari setiap ancaman fisik atau kehidupan sehingga merasa terjamin.

c. Kebutuhan akan Cinta Kasih atau Kebutuhan Sosial

Kebutuhan cinta dan kasih sayang yang dimaksud dapat berupa hubungan antar pribadi yang mendalam serta kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial. Sebagai contoh, seseorang bekerja untuk memelihara gaya


(63)

hidup dasar, namun di sisi lain pekerjaan juga dinilai sebagai dasar hubungan kemitraan sosial yang ditimbulkannya. d. Kebutuhan akan Penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan yang dimaksud merupakan pengakuan dari orang lain. Sebagai contoh, dalam pekerjaan, seseorang diakui memiliki pekerjaan yang bermandaat, menyediakan sesuatu untuk dicapai, serta pengakuan umum dan pengormatan.

e. Kebutuhan Aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebuthan untuk mencapai secara penuh potensinya.

Teori kebutuhan Maslow dapat digambarkan secara hierarkis seperti berikut.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dalam pribadi seseorang untuk

Cinta Kasih Penghargaan Aktulisasi

diri

Perasaan Aman


(64)

melakukan perubahan perilaku dan ditandai yang ditandai dengan keinginan untuk mencapai tujuan.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi (Hamzah B. Uno, 2008: 23). Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan perubahan perilaku, sementara belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Sehingga hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkat laku yang pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Menurut Agus Suprijono (2009: 163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar , arah, kegigihan, dan perilaku. Motivasi belajar juga berkaitan erat dengan tujuan belajar sehingga mempunyai fungsi untuk mendorong, menentukan arah, dan menentukan kegiatam-kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Motivasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi dikatakan intrinsik apabila tujuannya sesuai dengan situsi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai ilmu-ilmu yang terkandung dalam pelajaran itu. Sementara motivasi dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. ia akan belajar apabila karena keinginan yang hendak


(65)

dicapainya seperti nilai, gelar, atau kehormatan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 149-151).

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan baik secara internal maupun eksternal yang memberi semangat, arah, kegigihan, dan perilaku dalam belajar.

H. Keaktifan Belajar

Keaktifan berasal dari kata aktif yang diartikan sebagai bekerja atau berusaha. Karena mendapat awalan ke- dan akhiran -an maka keaktifan diartikan sebagai kegiatan atau kesibukan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1983: 38-39 )

Keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiyono, 2006). Pendapat lain dikemukakan oleh Sriyono (1992: 75) yang mengatakan keaktifan adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Sagala (2006: 158) menggolongkan keaktifan meliputi:

1. Keaktifan indera yang meliputi pedengaran, penglihatan, perabaan, dan lain-lain.


(66)

2. Keaktifan akal, yaitu aktif dalam memecah masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan.

3. Keakifan ingatan yaitu menerima bahan pengajaran dari guru dan dan menyimpannya di otak sehingga pada suatu saat dapat digunakan kembali.

4. Keaktifan emosi yaitu perilaku siswa yang senantiasa mencintai pelajarannya.

Menurut Paul D. Dienrich dalam Sardiman (1986: 99-100) aktivitas belajar dapat diklasifikasikan dalam 8 kelompok yaitu:

1. Visual activities yang meliputi melihat gambar-gambar, mengamati, ekperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain yang bekerja.

2. Oral activities yang meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, mengemukakan pendapat, memberi saran, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening activities yang meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio. 4. Writing activities yang meliputi menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.


(67)

5. Drawing activities yang meliputi membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6. Motor activities yang meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.

7. Mental activities yang meliputi merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Emotional activities yang meliputi minat, membedakan, berani, dan tenang.

I. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dionesia Desi Wiratna Santi menunjukkan bahwa skor rata-rata motivasi belajar siswa meningkat sebesar 5,624%. Skor hasil belajar siswa juga meningkat 15,625%. Selain itu juga terdapat hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa dengan korelasi sebesar 0,3927. Penelitian lain yang dilakukan oleh Regina Ditya Ardhiana menunjukkan bahwa siswa menjadi cukup aktif setelah pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini terlihat dari keaktifan sedang yang mencapai 42,86%, persentase tinggi sebesar 28,57% dan persentase rendah sebesar 28,57%. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Puji Astuti juga menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat keaktifan sangat tinggi mencapai 21,11%, tingkat keaktifan tinggi mencapai 52,69%, keaktifan sedang mencapai 25,17%, dan keaktifan rendah mencapai 1,04%. Hasil belajar siswa juga dapat dikatakan meningkat karena pada pre test


(68)

siswa yang memenuhi KKM sebanyak 50%, pada kuis sebanyak 70% dan pada post test sebanyak 62%.

J. Materi Pembelajaran Standar Kompetensi

Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar:

1. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas serta bagian-bagiannya.

2. Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas.

3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, dan prisma.

Dalam penelitian ini ini kompetensi dasar diambil dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar (1), (2), dan (3) namun peneliti hanya mengambil materi prisma. Sementara pada kompetensi dasar (3) peneliti hanya mengambil materi luas permukaan prisma.

1. Pengertian Prisma

Diberikan dua bidang yang sejajar yaitu A1 dan A2 dengan daerah poligon R yang terletak pada bidang A1 dan garis transfersal t yang menembus bidang A1 dan bidang A2. Yang dimaksud dengan prisma adalah himpunan semua ruas garis yang sejajar dengan suatu garis t dengan ruas garis ̅̅̅̅ dimana P R dan Q A2 (Travers dkk, 1987: 480)


(69)

a. Unsur-unsur prisma tegak

Perhatikan gambar prisma di bawah ini!

Gambar di atas menunjukkan prisma teagk segitiga ABC.DEF Unsur-unsur yang terdapat pada prisma di atas menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 225) antara lain:

1) Titik A, titik B, titik C, titik D, titik E, dan titik F disebut titik sudut.

2) merupakan bidang atas. 3) merupakan bidang alas.

4) Bidang ACFD, bidang BCFE, dan bidang ABED adalah sisi tegak.

5) ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅ adalah rusuk-rusuk tegak.

Berdasarkan identifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur prisma menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 201) meliputi:

1) Bidang yaitu daerah yang membatasi suatu bangun ruang. 2) Rusuk yaitu perpotongan dua buah daerah pada prisma. 3) Titik sudut yaitu perpotongan antara tiga rusuk atau lebih.


(70)

Berdasarkan banyaknya, hubungan antara titik sudut, rusuk, dan sisi dapat dirumuskan dengan:

S + T = R + 2 Keterangan :

S = banyak sisi T = banyak titik sudut R = banyak rusuk

(Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, 2008: 202) 2. Bagian-Bagian Prisma

Selain unsur-unsur prisma, dikenal pula bagian-bagian dari prisma. Bagian-bagian dari prisma menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 227-228) meliputi:

a. Diagonal Alas

Diagonal Alas merupakan ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak bersebelahan pada bidang alas. b. Bidang Diagonal

Bidang diagonal adalah bidang yang memuat diagonal bidang alas dan diagonal bidang atas dengan keduanya sejajajar. c. Diagonal Ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan titik sudut pada bidang alas titik sudut pada bidang atas yang tidak terletak pada sisi tegak yang sama.


(71)

Menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 228) banyak diagonal alas, bidang diagonal, dan diagonal ruang pada prisma segi-n dapat ditentukan dengan rumus:

Banyak diagonal alas prisma segi-n = Banyak bidang diagonal prisma segi-n = Banyak diagonal ruang segi-n = 3. Jaring-Jaring Prisma

Perhatikan kedua gambar di bawah ini. Gambar yang terletak di sebelah kiri merupakan prisma tegak segitiga dengan alas segitiga siku-siku. Sedangkan gambar yang terletak kanan merupakan jaring-jaring dari prisma tegak segitiga dengan alas segitiga siku-siku.

4. Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan prisma didefinisikan sebagai jumlah luas seluruh sisi prisma tersebut. (Marsigit, 2009: 181)

Perhatikan gambar di bawah ini


(72)

Luas permukaan prisma

= luas DEF + luas ABC + luas BADE + luas ACFD + luas BCFE

= luas DEF) + ( = luas DEF) + (

= luas DEF) + (keliling ABC × tinggi) = luas alas) + (keliling alas) × tinggi

Pada gambar di samping, gambar (a)

merupakan prisma tegak segitiga dan gambar (b) merupakan jaring-jaring dari prisma tegak segitiga.

Luas permukaan prisma diperoleh dengan menjumlahkan luas bidang-bidang pada permukaannya, yaitu:

Gambar 2.4 (a) Prisma (b) Jaring-Jaring Prisma


(73)

K. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan yang permanen dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar baik faktor yang berasal dari dalam diri ataupun faktor yang berasal dari luar diri. Faktor dari dalam diri dapat berupa faktor kecerdasan, emosional seperti motivasi , dan sikap seperti keaktifan.

Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam hal belajar, motivasi belajar merupakan suatu dorongan bagi siswa untuk belajar. Pada umumnya siswa memiliki motivasi belajar yang besar maka siswa akan tertarik untuk belajar dan sebaliknya siswa yang kurang memiliki belajar tidak akan merasa tertarik untuk belajar. Adapun selain motivasi, juga dibutuhkan keaktifan belajar yang dapat meningkatkan keberhasilan dalam belajar seperti keaktifan belajar. Siswa yang aktif dalam mencari tahu seperti rajin bertanya, menyimak, atau mendebat diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih sehingga tingkat keberhasilan belajarnya akan semakin tinggi.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah pembelajaran kooperatif yang diharpakan dapat mendorong siswa untuk aktif dan siap menjawab karena guru akan memanggil suatu nomor dan mengharuskan siswa yang nomornya sesuai untuk mencoba menjawab pertanyaan. Karena siswa akan dipanggil secara acak oleh guru, siswa diharapkan akan termotivasi untuk berdiskusi dan


(74)

menyelesaiakan permasalahan yang diberikan sehingga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dalam kelompok, siswa juga diharapkan terdorong untuk aktif dalam berdiskusi sehingga ketika siswa itu dipanggil untuk menjawab pertanyaan, ia dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.

Hasil Belajar Motivasi


(75)

55 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan kejadian dalam bentuk uraian kualitatif dan menganalisis data yang berbentuk angka secara kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Data motivasi akan diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada siswa, sementara keaktifan akan dilihat dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh tiga orang observer.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Penelitian dilakukan pada semester genap yaitu pada bulan April-Juni 2016. Penelitian diawali dengan kegiatan observasi yang dilakukan pada bulan April 2016 kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data pada bulan Juni 2016.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Kanisius Sleman yang beralamat di jalan Bhayangkara No. 17 dan didirikan pada tahun 1953. Total siswa


(76)

yang dimiliki SMP Kanisius Sleman adalah 108 siswa dengan kelas VII sebanyak 2 kelas, kelas VIII sebanyak 2 kelas, dan kelas IX sebanyak 1 kelas.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Kanisius Sleman kelas VIII tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 42 yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP Kanisius Sleman kelas VIII B tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

D. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pokok bahasan prisma.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sebagai pengajar yang mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi belajar, dan keaktifan siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika. Motivasi


(1)

(2)

(3)

(4)

194

1.

FOTO-FOTO PENELITIAN

2.

SURAT IJIN PENELITIAN


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe roundtable terhadap hasil belajar Matematika siswa jenjang analisis dan sintesis

3 31 178

Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS

2 6 151

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185

Perbandingan aktivitas dan hasil belajar siswa antara model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Stad pada pokok bahasan usaha dan energi di SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89