Terjemahan Putra kedua Sang Pandu, kamu Raden Arya Wrekudara watak kelakuannya
angkuh tetapi kukuh. Tidak pernah membuat atau memulai dalam suatu perkara. Jauh dari itu, di saat sudah terbentur pada pendapat, kukuh tidak ragu-
ragu dan tidak ada rasa enggan Dhandanggula, 11: 5-7. o nora nana kang dèn paran ati nora suka lan ora sungkawa iya apa
satibané karsaning Maha Luhur sakaratêg nora sak sêrik wus ngêculakén cipta rêsik tan suménut sagalugut nora nana kang kinarsan apa sêdya
marang bêcik wus nora pisan Dhandanggula, 25: 5-10.
Terjemahan Tidak ada yang dimaksudkan hati, tidak suka dan tidak sedih. Seturut yang apa
menjadi keinginan Yang Maha Luhur. Berniat untuk tidak membuat sakit hati. Sudah melepaskan keinginan, bersih tidak ada yang mengikuti.
Sedikitpun tidak ada yang diinginkan, apa lagi menyalahi terhadap kebaikan. Sudah tidak sekali-kali Dhandanggula, 25: 5-10.
Kutipan di atas mengajarkan bahwa manusia harus memiliki sikap mencintai
perdamaian. Dalam kutipan tersebut sikap cinta damai ditunjukkan dengan tindakan manusia yang tidak mau membuat perkara dengan orang lain. Pertentangan dan
pertengkaran sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Menyikapi hal tersebut, hendaknya manusia dapat mengendalikan diri dan memilih menyesaikan
pertentangan dan pertengkaran yang terjadi dengan jalam perdamaian. Seseorang yang selalu mengedepankan rasa cinta damai akan mendapatkan ketenteraman dalam
hidup dan memilki banyak teman.
k. Bijaksana
Bijaksana adalah sikap cerdas dan cermat seseorang dalam mengambil keputusan, sehingga dirinya dapat melakukan tindakan terbaik untuk menyelesaikan
masalah dan kesulitan yang sedang dihadapinya. Manusia yang bijaksana akan lebih tenang dalam menghadapi suatu masalah, sehingga dirinya dapat dengan mudah dan
tepat dalam menentukan solusi guna menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Sikap orang yang bijaksana dalam Serat Ambek Sanga ditujukan dalam kutipan berikut ini.
o amung ngudi dadining pambudi kawaspadan lêpasing grahita wicaksana sasanané sidi paningal têrus ing wiwéka pangati-yati limpating pasang cipta
wruh ing iya dudu mung nistha madya utama tuman têmên kasujananing nayadi mring sêmu nora samar Dhandanggula, 36: 4-10.
Terjemahan hanya mencari apa yang menjadi pikiran, kewaspadaan memikirkan sesuatu di
dalam hati. Nasihatnya bijaksana, berhati-hati dan selalu mengingat. Kepandaiannya, bersedia supaya dapat mengerti, mengerti terhadap yang
semestinya dan yang bukan semestinya. hanya nista, sedang, dan baik. Terbiasa jujur kecurigaanya pada seseorang bermuka manis. kepada kepura-puraan tidak
samar Dhandanggula, 36: 4-10. Kutipan di atas menujukkan tentang suatu nasehat yang bijaksana. Dalam
memberikan suatu nasehat seseorang hendaknya dapat bersikap bijaksana, sehingga nasehat yang diberikan dapat diterima dan menjadi solusi yang tepat bagi orang yang
meminta nasehat. Selain harus bijaksana dalam memberi nasehat seseorang juga harus dapat berpikir dengan bijaksana. Sikap bijaksana seseorang dalam berpikir
dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
o panunggul Sri Kurupati abéla Sewu Nagara para Ratu gêdhé-gêdhé Nata Krêsna nora kéwran marang karti sampéka wignya pasang byuha anung
têgêsé agawé gêlar Asmaradana, 32 : 4-8.
Terjemahan
Penengah Sri Kurupati dibela Sewu Nagara, para ratu besar-besar. Raja Kresna tidak disulitkan oleh muslihat dengan bijaksana menyusun taktik
maksudnya untuk membongkarnya Asmaradana, 32 : 4-8. Kutipan di atas mengajarkan bahwa manusia agar selalu berpikir dengan
bijaksana. Manusia hendaknya dapat selalu berpikir dengan bijaksana, kerena dengan berpikir bijaksana seseorang akan dapat lebih tepat dalam mengambil suatu keputusan
dan dapat melakukan tindakan terbaik untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan
yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, sikap bijaksana hendaknya dimiliki oleh setiap orang, sehingga segala pikiran dan tindakan yang dilakukannya dapat
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. l.
Mengendalikan Diri
Setiap manusia memiliki hawa nafsu di dalam dirinya. Hawa nafsu dapat mempengaruhi manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela, seperti
sombong, riyak, takabur, dan lain-lain. Oleh karena itu, manusia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya agar terhindar perbuatan-perbuatan yang tercela.
Dalam Serat Ambek Sanga terdapat kutipan yang berisi tentang perbuatan manusia yang berkaitan dengan sikap mengendalikan diri. Adapun kutipan tersebut tersebut
adalah sebagai berikut. o norapa é sajroné wus nitis têtês tumurun mring ngarcapada nglêstari ing
pakaryanné marma Sang ngantuk wahyu katitisan Sang Wisnumurti ing watak kalakuan myang pambêkan jumbuh aji kaotés montra Sang Arjuna
angumbar karsa mratani yèn Krêsna rada cêgah Dhandanggula, 35: 7-10.
Terjemahan Tidakpun tetap saja di dalamnya sudah menjelma, menetes turun ke dalam dunia,
lestari dalam pekerjaanya. Kamu Sang penerima wahyu. Penjelmaan Sang Wisnu Murti, di dalam tingkah laku terhadap perbuatan sesuai. Ilmu kesaktian
bercampur mantra, Sang Arjuna dengan rata mengumbar keinginan, kalau Kresna agak membatasi Dhandanggula, 35: 7-10.
Kutipan di atas berisi tentang ajaran moral bahwa manusia harus dapat
mengendalikan diri. Dalam kutipan tersebut diceritakan Arjuna yang menggunakan kesaktiannya untuk memenuhi keinginannya, tetapi sebaliknya Kresna lebih memilih
untuk menahan diri. Keinginan manusia muncul karena pengaruh dari hawa nafsu. Orang yang dapat mendalikan diri akan dapat mengendalikan hawa nafsunya,
sehingga tidak mudah terjatuh pada perbuatan-perbuatan tercela. Dalam hidupnya,
manusia harus dapat mengendalikan diri, dan selalu waspada terhadap keinginan- keinginan yang kita miliki agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.
m. Waspada