1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nenek moyang masyarakat Jawa telah memiliki peradaban yang tinggi. Hal itu tampak dari berbagai unsur budaya masyarakat yang dimiliki, antara lain sistem
ekonomi, sistem politik, sistem sosial, agama, bahasa, sastra, dan kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang dimiliki masyarakat Jawa tersebut diwariskan secara
turun-temurun kepada anak cucunya melalui berbagai media, salah satunya adalah melalui media tulis berupa naskah.
Naskah merupakan hasil budaya masa lampau dalam bentuk tulisan tangan yang memuat unsur kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan Baroroh-Baried, 1985: 1.
Naskah merupakan semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan Djamaris, 2002: 3. Berdasarkan paparan tersebut
naskah ialah hasil budaya masyarakat masa lampau dalam bentuk tulisan tangan yang memuat unsur kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan yang ditulis pada bahan tulis
kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Naskah Jawa ialah karya tulis peninggalan nenek moyang masyarakat Jawa pada kertas yang memuat unsur-unsur kebahasaan,
kesastraan, dan kebudayaan. Jumlah naskah Jawa, sampai saat ini, tidak terbilang banyaknya, isi dan
macamnya pun beraneka ragam Darusuprapta, 1985: 1. Berdasarkan bentuknya, naskah Jawa ditulis ke dalam tiga bentuk, yaitu prosa, puisi, dan drama. Berdasarkan
isinya, naskah Jawa dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu 1 sejarah, 2 silsilah, 3 hukum dan peraturan, 4 wayang, 5 sastra wayang, 6 sastra, 7
piwulang dan suluk, 8 agama Islam, 9 primbon dan pawukon, 10 bahasa, 11
musik, 12 tari-tarian, 13 adat istiadat, dan 14 lain-lain Behrend, 1990: X-XII. Hal itu menunjukkan bahwa naskah Jawa merupakan warisan budaya masa lampau
yang menyimpan berbagai informasi penting di dalamnya. Serat Ambek Sanga merupakan salah satu naskah Jawa yang tergolong dalam
jenis naskah piwulang. Serat Ambek Sanga berisi nilai-nilai pendidikan moral, yaitu tentang perwatakan. Nilai-nilai pendidikan moral dalam naskah tersebut disampaikan
melalui sembilan tokoh wayang, yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Kresna, Duryudana, Resi Druna, dan Sangkuni. Melalui tokoh-tokoh tersebut
diceritakan tentang watak dan perilaku yang baik dan buruk. Watak dan perilaku dari beberapa tokoh wayang yang diceritakan tersebut dapat dijadikan sebagai contoh
pembelajaran tentang bertingkah laku yang baik dan benar agar tercipta kesejahteraan dan keselamatan dalam kehidupan bermasyarakat.
Informasi yang terkandung dalam naskah Serat Ambek Sanga perlu diungkapkan agar dapat dimanfaatkan sebagai referensi pendidikan moral. Pengungkapan
informasi yang terkandung dalam naskah Serat Ambek Sanga dilakukan dengan menggunakan bantuan ilmu filologi. Filologi merupakan ilmu dengan objek kerja
berupa naskah dan teks hasil karya masa lampau, baik naskah dan teks yang asli maupun salinannya serta hal-hal yang berhubungan dengan objek kerjanya.
Filologi berdasarkan cara pandangnya dibedakan menjadi dua aliran, yaitu aliran filologi tradisional dan aliran filologi modern. Aliran filologi tradisional memandang
variasi sebagai bentuk korup, kerjanya bertujuan menemukan bentuk mula teks atau yang paling mendekati bentuk mula teks. Aliran filologi modern memandang variasi
sebagai bentuk kreasi, kerjanya bertujuan menemukan makna kreasi yang muncul dalam bentuk variasi Mulyani, 2009a: 6. Penelitian dilakukan dengan mengacu pada
tujuan aliran filologi modern, yaitu untuk mengungkapan naskah dan isinya dengan langkah kerja sebagai berikut 1 inventarisasi naskah, 2 deskripsi naskah,
3 transliterasi teks, 4 suntingan teks, dan 5 terjemahan teks. Inventarisasi naskah terhadap Serat Ambek Sanga dilakukan dengan
menggunakan bantuan beberapa katalog serta pengamatan langsung. Inventarisasi naskah dilakukan untuk mengetahui jumlah naskah yang sejenis serta lokasi
keberadaannya. Katalog yang digunakan untuk membantu proses inventarisasi naskah dalam penelitian ini adalah Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Museum
Sonobudoyo Yogyakarta. Jilid I Behrend, 1990, Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara. Jilid 2 Lindsay, 1994, Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara. Jilid 4
Behrend, 1998, Katalog Naskah-Naskah Perpustakaan Pura Pakualaman Saktimulya, 2005, dan Descriptive Catalogue of Javanese Manuscript and Printed
Books in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta Girardet, 1983. Berdasarkan katalog-katalog tersebut ditemukan empat eksemplar naskah yang
berjudul Serat Ambek Sanga, yaitu Serat Ambek Sanga dengan nomor koleksi 180 h yang disimpan di Perpustakaan Sanapustaka Kraton Surakarta, serta Serat Ambek
Sanga dengan nomor koleksi PB C. 102a, PB C. 102b, dan PB A. 87 yang disimpan di Museum Sanabudaya Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini hanya
menggunakan satu eksemplar naskah, yaitu naskah Serat Ambek Sanga dengan nomor koleksi PB A. 87.
Berdasarkan pertimbangan dari hasil pengamatan langsung terhadap empat naskah tersebut, naskah Serat Ambek Sanga dengan nomor koleksi PB A. 87 dipilih
sebagai sumber data penelitian karena kondisi fisik dan kondisi nonfisiknya yang paling baik bila dibandingkan ketiga naskah lainnya. Kondisi tiga naskah Serat
Ambek Sanga dengan nomor koleksi PB C. 102a, PB C. 102b, dan 180 h kondisinya fisik dan nonfisiknya tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai sumber data
penelitian. Kondisi fisik tiga naskah tersebut telah mengalami kerusakan yang
mempengaruhi kondisi nonfisik naskah, yaitu isinya. Kerusakan kertas pada tiga naskah Serat Ambek Sanga bernomor koleksi PB C. 102a, PB C. 102b, dan 180 h
mengakibatkan isi naskah tersebut menjadi tidak lengkap. Hal itu disebakan adanya kerusakan pada naskah dan isinya, sehingga ketiga naskah tersebut tidak dijadikan
sebagai sumber data penelitian. Pemilihan naskah Serat Ambek Sanga sebagai sumber data penelitian dalam
penelitian ini didasari oleh beberapa hal. Pertama, naskah tersebut belum pernah diteliti. Kedua, naskah tersebut ditulis dalam bentuk tembang macapat. Bentuk
penyampaian cerita pada naskah Serat Ambek Sanga dalam bentuk tembang merupakan wujud usaha pengarang untuk melestarikan seni tembang macapat.
Namun hanya sebagian kecil masyarakat yang dapat menikmati dan memahami cerita Jawa berbentuk tembang macapat karena menggunakan bahasa kias dan arkais.
Serat Ambek Sanga sebagai warisan budaya yang memuat tentang salah satu kesenian masyarakat Jawa, yaitu seni tembang macapat. Naskah tersebut perlu
dilestarikan melalui jalan penelitian agar kesenian dan budaya masyarakat Jawa yang terkandung dalam naskah tersebut tidak hilang dan tetap terjaga. Ketiga, naskah
tersebut ditulis dengan menggunakan huruf dan bahasa Jawa. Huruf dan bahasa Jawa yang digunakan dalam penulisan teks Serat Ambek Sanga masih dipakai pada zaman
sekarang. Walaupun teks tersebut ditulis menggunakan huruf dan bahasa Jawa yang
masih dipakai saat ini, tetapi sebagian masyarakat Jawa sebagai masyarakat pengguna bahasa tersebut kesulitan untuk membaca dan memahaminya.
Oleh karena itu, perlu diadakan pengkajian terhadap naskah tersebut sebagai usaha untuk mengungkapkan isi naskah. Melalui pengungkapan isi naskah tersebut
masyarakat akan lebih mudah dalam membaca dan memahami isi teks Serat Ambek Sanga. Keempat, naskah tersebut berisi tentang nilai-nilai ajaran moral yang penting
untuk diungkapkan melalui penelitian agar dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat umum serta dapat dijadikan sebagai referensi pendidikan moral.
B. Identifikasi Masalah