Tembang Macapat dalam Naskah Jawa

terjemahan bebas dalam penelitian ini digunakan untuk membantu menemukan arti dan makna kata-kata yang tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Ketiga macam metode terjemahan itu digunakan untuk mengubah bahasa dalam teks Serat Ambek Sanga yang ditulis pada tahun 1810 M, yakni bahasa Jawa Baru ke dalam bahasa Indonesia secara kontekstual. Terjemahan pada teks Serat Ambek Sanga bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam membaca dan memahami isi teks secara keseluruhan. Selain itu, hasil terjemahan teks juga dapat dijadikan sebagai dasar proses penelitian selanjutnya, yaitu untuk menemukan kandungan nilai-nilai pendidikan moral dalam teks Serat Ambek Sanga.

B. Tembang Macapat dalam Naskah Jawa

Serat Ambek Sanga merupakan salah satu hasil karya tulis masa lampau yang ditulis dalam bentuk tembang macapat. Tembang macapat merupakan puisi Jawa tradisional yang setiap jenisnya diikat oleh aturan tertentu metrum. Menurut Padmosoekotjo 1986: 13 ada tiga aturan dalam tembang macapat, yaitu guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Guru gatra adalah aturan jumlah gatra baris tembang pada tiap pada bait. Guru wilangan adalah aturan jumlah suku kata pada tiap gatra baris dalam suatu tembang. Guru lagu adalah aturan bunyi atau suara vokal pada tiap akhir gatra baris. Berikut ini adalah metrum dari 11 tembang macapat sesuai dengan guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu-nya menurut Hardjowirogo 1980: 17-20 disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 1. Metrum Tembang Macapat No. Guru Gatra Pupuh I II III IV V VI VII VIII IX X GW GL GW GL GW GL GW GL GW GL GW GL GW GL GW GL GW GL GW GL 1. Dhandhanggula 10-i 10-a 8-e 7-u 9-i 7-a 6-u 8-a 12-i 7-a Tabel lanjutan No. Guru Gatra Pupuh I II III IV V VI VII VIII IX X 2. Sinom 8-a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a 3. Asmarandana 8-i 8-a 8-eo 8-a 7-a 8-u 8-a 4. Kinanthi 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i 5. Pangkur 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i 6. Gambuh 7-u 10-u 12-i 8-u 8-o 7. Durma 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 8-o 8. Mijil 10-i 6-o 10-e 10-i 6-i 6-u 9. Maskumambang 12-i 6-a 8-i 8-a 10. Megatruh 12-u 8-i 8-u 8-i 8-o 11. Pocung 12-u 6-a 8-i 12-a Keterangan tabel 1: 1. I, II, III, dst : Jumlah Gatra atau baris 2. GW : Guru Wilangan 3. GL : Guru Lagu Tabel di atas berisi aturan guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu dalam tembang macapat. Kolom nomor pada tabel di atas berisi urutan nomor dari sebelas pupuh tembang macapat. Kolom pupuh berisi sebelas tembang macapat. Kolom guru gatra menunjukkan jumlah gatrabaris pada masing-masing tembang macapat. Kolom Guru Wilangan-Guru Lagu menunjukkan jumlah suku kata serta bunyi atau suara vokal pada tiap akhir baris dari masing-masing tembang macapat. Aturan GW-GL pada pupuh dhandhanggula sampai pada kolom gatra yang berisi angka romawi X. Hal tersebut berarti aturan gatraguru gatra pada pupuh dhandhanggula berjumlah sepuluh gatra. Kolom guru gatra I GW-GL berisi 10-i artinya gatra tersebut memiliki guru wilangan sebanyak sepuluh suku kata dan memiliki guru lagu dengan akhiran vokal i. Kolom guru gatra I GW-GL berisi 10-a artinya gatra tersebut memiliki guru wilangan sebanyak sepuluh suku kata dan memiliki guru lagu dengan akhiran vokal a. Teks Serat Ambek Sanga digubah dalam bentuk tembang macapat, terdiri atas tiga pupuh. Pupuh tersebut adalah sinom 37 pada, dhandhanggula 39 pada, dan asmarandana 34 pada.

C. Aksara Jawa dalam Naskah Jawa