o kêncêng nglêmpêng nora minggri-minggri nirwikara nirbaya nirpringga têtêg sabarang karsané tan nganggo sigan-sigun ala-bêcik bêcik tumuli
éwuh-pakéwuh tanpa bênêré linajur ngukuhi kêcaping kata kétang wuwus yèn wus wêdhar dèn rungkêbi tan ana kinêringana Dhandanggula, 13: 3.
Terjemahan
Kukuh lurus tidak ragu-ragu. Tabah, berani, dan tanpa rintangan. Kukuh apa yang menjadi keinginannya. Baik-buruk, baik segera. Tanpa rasa enggan,
benarnya sejalan menguati ucapan kata. Walaupun hanya berkata kalau sudah terurai dipegang teguh. tidak ada dihormantinya Dhandanggula, 13: 3.
Kutipan-kutipan di atas mengajarkan bahwa manusia hendaknya memiliki sikap
teguh pendirian untuk memperjuangkan apa yang di yakini dan diinginkannya. Memperjuangkan keinginan yang diyakini tidaklah mudah. Dalam memperjuangkan
apa yang diinginkannya manusia harus memiliki pendirian yang teguh, sehingga apa yang sudah menjadi niat dirinya tidak akan tergoyahkan. Selain itu, dengan memiki
pendirian teguh seseorang juga tidak akan mudah merasa putus asa dalam berjuang.
j. Mencintai Perdamaian
Perdamaian akan menjadikan suasana hidup lebih tentram dan harmonis. Seseorang yang mencintai perdamaian adalah orang yang selalu menghindari
pertentangan dan pertengkaran. Pertentangan dan pertengkaran hanya akan mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya
seseorang harus memiliki rasa cinta damai agar tidak terjadi pertentangan dan petengkaran. Sikap mencintai perdamaian yang terdapat dalam Serat Ambek Sanga
ditujukkan dalam kutipan berikut ini. o déné panênggak Sang Pandhu Siwi sira Radèn Arya Wrêkudhara ing
wêwatêk pambêkané angkuh ananging kukuh nora tau akarya wiwit mucuki ing prakara adoh saking iku ing samongsa wus katatab ing pamanggih
panggah nora wigah-wigih tan ana winêgahan Dhandanggula, 11: 5-7.
Terjemahan Putra kedua Sang Pandu, kamu Raden Arya Wrekudara watak kelakuannya
angkuh tetapi kukuh. Tidak pernah membuat atau memulai dalam suatu perkara. Jauh dari itu, di saat sudah terbentur pada pendapat, kukuh tidak ragu-
ragu dan tidak ada rasa enggan Dhandanggula, 11: 5-7. o nora nana kang dèn paran ati nora suka lan ora sungkawa iya apa
satibané karsaning Maha Luhur sakaratêg nora sak sêrik wus ngêculakén cipta rêsik tan suménut sagalugut nora nana kang kinarsan apa sêdya
marang bêcik wus nora pisan Dhandanggula, 25: 5-10.
Terjemahan Tidak ada yang dimaksudkan hati, tidak suka dan tidak sedih. Seturut yang apa
menjadi keinginan Yang Maha Luhur. Berniat untuk tidak membuat sakit hati. Sudah melepaskan keinginan, bersih tidak ada yang mengikuti.
Sedikitpun tidak ada yang diinginkan, apa lagi menyalahi terhadap kebaikan. Sudah tidak sekali-kali Dhandanggula, 25: 5-10.
Kutipan di atas mengajarkan bahwa manusia harus memiliki sikap mencintai
perdamaian. Dalam kutipan tersebut sikap cinta damai ditunjukkan dengan tindakan manusia yang tidak mau membuat perkara dengan orang lain. Pertentangan dan
pertengkaran sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Menyikapi hal tersebut, hendaknya manusia dapat mengendalikan diri dan memilih menyesaikan
pertentangan dan pertengkaran yang terjadi dengan jalam perdamaian. Seseorang yang selalu mengedepankan rasa cinta damai akan mendapatkan ketenteraman dalam
hidup dan memilki banyak teman.
k. Bijaksana