Menjaga Perasaan Orang Lain

pangangkah aywa kêndhat ing sarananipun nepungakên kabêcikan mring ngaliyan kang widada ing basuki lan noring jiwa raga Dhandhanggula: 5: 5- 9. Terjemahan Genap lima watak yang dicerikan, yang dituwakan Sri Darma Kusuma. Merasa saya ini tidak beruntung. Kamu harus berbelas kasih. Berbuat baik terhadap sesama. Niat jangan sampai terhenti dalam upayanya memperkenalkan kebaikan terhadap orang lain yang kekal dalam keselamatan dan bukan dalam jiwa raganya saja Dhandhanggula: 5: 5-9. Kutipan di atas mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk selalu mengajak orang lain dalam melakukan kebaikan. Seseorang harus tekun dalam mengajak melakukan kebaikan, dengan didasari ketekukan ajakan melakukan kebaikan akan dapat membuahkan hasil dan dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

e. Menjaga Perasaan Orang Lain

Hati merupakan bagian paling sensitif dari manusia. Jika hati atau perasaan seseorang terluka terkadang akan sulit untuk disembuhkan. Tanpa disadari perkataan dan perbuatan kita sering kali melukai hati perasaan orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kita harus selalu berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Dalam serat Ambek Sanga terdapat bererapa kutipan yang berisikan tentang tindakan- tindakan manusia yang berhubungan dengan menjaga perasaan orang lain. Adapun kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut. o sakramané tan karya saksêrik sira maring sakèhing tumitah wahyaning piwuwus sarèh sarèh sarékaning hyun sêmu mênêng tan mardulèni sasolah bawaning lyan pan agung panjurung kang katampik nora nana mung kang lêbu tan watak ngaruh-aruhi amot mêngku ing driya Dhandhanggula: 7: 1-2 Terjemahan Tingkah lakunya tidak pernah membuat sakit hati. Kamu terhadap banyaknya makhluk. Perkataannya ducapkan perlahan-lahan dengan penuh kesabaran, sabar membuat maksud. Pura-pura diam tidak memperdulikan tingkah laku orang lain. Agar senantiasa disetujui, yang ditolak tidak ada. Hanya yang diterima bukan sifat yang suka mencela, yang termuat dan menguasai di dalam hati Dhandhanggula: 7: 1-2. o yèn ngandika tansah anginggihi nora pisan anyulayanana marang sasama-samané sarênaning tumuwuh panyiptané mring Suksma Jati kang murwa ing bawana bisaa sawujud ing ling ngajênêng kawula panganggêpé wus mati sajroning urip kamulyaning kahanan Dhandanggula, 8: 1-3. Terjemahan Kalau berbicara selalu mengiyakan, tidak sekalipun berselisih terhadap sesama manusia, supaya berbuah apa yang diperbuat terhadap Yang Rabbani yang mencipta alam semesta dapatlah terwujud. Di dalam pikiran. Anggapnya nama saya sudah mati di dalam hidup, di dalam keadaan yang mulia Dhandanggula, 8: 1-3. o yèn ngandika karya sukèng ati lawan ora mathênthêng miyagah kadya pangangguran bahé manis winoran cucut tumarêcêp sabda tarincing angandhar tan nglêmpara wosé tan kalimput limputing budi kumêpyar lamun nyêdhak gawé kêkênthêlan pikir pan ora amisésa Dhandanggula, 38: 1-2. Terjemahan Kalau berbicara membuat senang hati dengan tidak bersikeras menolak. Seperti pengangguran geraknya. Kata-kata manis tercampur runcingnya mulut. Seperti tertusuk-tusuk perkataan yang runcing. Menguraikan tidak tersebar maksudnya tidak tertutup. Tertutupnya pikiran pecah, jika mendekat membuat kental pikiran akan tidak menguasai Dhandanggula, 38: 1-2. Kutipan-kutipan tembang di atas mengajarkan kita untuk selalu menjaga perasaan orang lain. Dalam kutipan-kutipan tembang di atas kita diajarkan supaya dapat menjaga tingkah laku, tidak berselisih dalam perkataan, dan selalu berbicara dengan lembut kepada orang lain. Nilai-nilai ajaran moral yang terkandung dalam kutipan tembang tersebut dapat dijadikan sebagai cotoh bagaimana seharusnya seseorang bersikap dalam menjaga perasaan orang lain. Setiap orang harus dapat menjaga perasan orang lain agar tercipata suasana hidup yang rukun dan harmonis.

f. Hidup Rukun dengan Orang Lain