Mendalami Cerita Kitab Suci Peneguhan

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti | 25 Setelah manusia itu bangun tidur, Tuhan membawa kepadanya perempuan itu. Melihat perempuan yang cantik itu, berkatalah manusia: “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

2. Mendalami Cerita Kitab Suci

Guru mengajak anak-anak untuk berdialog mendalami isipesan cerita Kitab Suci, dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: a. Sebutkan tokoh-tokoh di dalam cerita Kitab Suci tadi b. Bagaimana caranya Tuhan menciptakan perempuan pertama? c. Apakah yang dikatakan oleh manusia pertama itu terhadap perempuan? d. Apa arti kata-kata tersebut? e. Apa arti kata perempuan? f. Mengapa perempuan tidak diciptakan dari tulang kepala atau tulang kaki, tetapi dari tulang rusuk?

3. Peneguhan

Guru dapat memberi peneguhan, misalnya sebagai berikut: Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki berasal dari sumber yang sama, sehingga keduanya sederajat. Perempuan merupakan pendamping laki-laki, sederajat untuk dihormati dan disayangi sebagai teman. Oleh sebab itu, perempuan tidak diciptakan dari tulang kepala untuk menguasai laki-laki, dan juga tidak diciptakan dari tulang kaki supaya diinjak- injak oleh laki-laki. Sebagai teman, laki-laki dan perempuan dapat saling menghargai, menghormati, dan dapat saling membantu dalam suka dan duka. Antara laki-laki dan perempuan, selain terdapat banyak persamaan terdapat pula perbedaan yang menarik. Laki-laki dan perempuan memiliki kekhasannya masing-masing. Selain perbedaan jasmani terdapat pula perbedaan kemampuan, pembawaan, dan sifat-sifat. Perbedaan itu tidak menyebabkan laki-laki dan perempuan saling bertolak belakang, tetapi justru saling mengisi dan melengkapi. Oleh sebab itu, antara laki-laki dan perempuan hendaknya saling menghormati dan mencintai. Berdasarkan kebudayaan, istilah perempuan menegaskan keluhuran peran sebagai “yang empunya” kehidupan. Hal ini terkait dengan kedudukan perempuan sebagai ibu yang mampu melahirkan. Semua orang yang ada di muka bumi tentu T ID A K U N T U K D IG A N D A K A N 26 | Buku Guru Kelas V SD dilahirkan dari ibu atau perempuan. Sebagai perbandingan, istilah wanita lebih menempatkan peran kedua atau lebih rendah dari laki-laki. Istilah wanita sering diartikan sebagai “wani ditata” atau yang harus ditata dan diatur. Untuk Diingat Ketika dipertemukan dengan wanita, manusia yang pertama itu berkata: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamakan perempuan sebab ia diambil dari laki-laki.” Langkah Ketiga: Refleksi dan Membangun Sikap Hormat antara Perempuan dan Laki-laki Guru mengajak siswa untuk semakin menyadari diri sebagai laki-laki atau perempuan, yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk membangun niat dan menentukan sikap, untuk dapat bekerja sama dengan lawan jenis, misalnya dengan melengkapi bagan berikut: Peran yang bisa kulakukan untuk lawan jenis Peran yang bisa kuperoleh dari lawan jenis Berdasarkan proses tersebut di atas, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan tanggapan secara lisan, di dalam kelompok kecil atau di depan kelas. Siswa lain dapat melengkapi dan memberikan tanggapan seperlunya. T ID A K U N T U K D IG A N D A K A N Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti | 27 Penutup 1. Evaluasi Guru dapat memberikan evaluasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut: a. Sebutkan hal-hal yang dapat kamu lakukan sebagai laki-laki atau perempuan b. Coba ceritakan pengalaman kamu bekerja sama sebagai laki-laki dan perempuan di kelas atau sekolah c. Jelaskan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sederajat d. Bagaimana cara kamu mewujudkan sikap saling menghormati antara laki- laki dan perempuan di dalam dan luar kelas?

2. Doa