Doa Pengantar dan apersepsi Membaca dan Mendengarkan Cerita

74 | Buku Guru Kelas V SD Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

1. Doa

Guru mengajak siswa untuk membuka pelajaran dengan doa: Allah, Bapa kami yang Mahakasih, hari ini kami akan mendalami kejatuhan kerajaan Israel. Terangilah akal budi kami agar kami dapat memetik hikmahnya untuk hidup kami, sekarang, selalu, dan sepanjang hidup kami. Amin.

2. Pengantar dan apersepsi

• Sebelum memasuki langkah pertama, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan laporan serta evaluasi secukupnya atas aksi peduli lingkungan yang telah mereka lakukan sebagai tindak lanjut pelajaran sebelumnya. • Guru dapat memberi pengantar serta apersepsi untuk menjembatani pelajaran sebelumnya dengan pelajaran yang akan dibahas. Langkah Pertama: Keserakahan sebagai Salah Satu Penyebab Runtuhnya Suatu Bangsa

1. Membaca dan Mendengarkan Cerita

Guru mengajak siswa untuk membaca atau mendengarkan cerita berikut ini. Tujuh Buli-Buli Emas Seorang tukang cukur sedang berjalan di bawah sebatang pohon yang angker, ketika ia mendengar suara yang berkata: ‘Inginkah engkau mempunyai emas sebanyak tujuh buli-buli?’ Tukang cukur itu melihat kiri kanan dan tidak tampak seorang pun. Tetapi nafsu lobanya timbul, maka dengan tak sabar ia menjawab lantang: ‘Ya, aku ingin’ ‘Kalau begitu, pulanglah segera ke rumah,’ kata suara itu. ‘Engkau akan menemukannya di sana.’ Si tukang cukur cepat-cepat berlari pulang. Sungguh, ada tujuh buli-buli penuh emas, kecuali satu yang hanya berisi setengah saja. Si tukang cukur tak bisa melepaskan pikiran, bahwa satu buli-buli hanya berisi setengah saja. Ia ingin sekali untuk segera mengisinya sampai penuh. Sebab jika tidak, ia tidak akan bahagia. T ID A K U N T U K D IG A N D A K A N Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti | 75 Seluruh perhiasan milik anggota keluarganya disuruhnya dilebur menjadi uang emas dan dimasukkannya dalam buli-buli yang berisi setengah itu. Tetapi buli-buli itu tetap berisi setengah seperti semula. Ini menjengkelkan Ia menabung, menghemat, dan berpuasa sampai ia sendiri dan seluruh keluarganya kelaparan. Namun demikian, sia-sia belaka. Biarpun begitu banyak emas telah dimasukkannya ke dalam, buli-buli itu tetap berisi setengah saja. Pada suatu hari ia minta kenaikan gaji kepada raja. Upahnya dilipatduakan. Sekali lagi ia berjuang untuk mengisi buli-buli itu. Bahkan ia sampai mengemis. Namun buli-buli itu tetap menelan setiap mata uang emas yang dimasukkan dan tetap berisi setengah. Raja mulai memperhatikan, betapa tukang cukur itu tampak kurus dan menderita. ‘Kau punya masalah apa?’ tanya sang raja. ‘Kau dulu begitu puas dan bahagia waktu gajimu kecil saja. Sekarang gajimu sudah lipat dua, namun kau begitu muram dan lesu. Barangkali kau menyimpan tujuh buli-buli emas itu?’ Tukang cukur terheran-heran. ‘Siapakah yang menceritakan hal itu kepada Paduka, ya Tuanku Raja?’ Raja tertawa seraya berkata: ‘Tindak-tandukmu jelas menampakkan gejala- gejala yang terdapat pada semua orang yang ditawari tujuh buli-buli emas oleh setan. Ia pernah menawarkannya juga kepadaku. Aku bertanya, apakah uang itu boleh dipergunakan atau semata-mata untuk disimpan. Namun ia terus menghilang tanpa berkata apa-apa. Uang itu tidak bisa digunakan, tetapi hanya memaksa orang supaya mau menyimpannya. Lekas kembalikanlah uang itu pada setan. Pastilah engkau akan bahagia kembali’ Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994

2. Menggali Tanggapan, Kesan, dan Pertanyaan dari Siswa