Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 untung-untungan. Akan tetapi, proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, bukan menjejelkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghafal data dan fakta. Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. 9 Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas sumber daya manusia di dalamnya. Perkembangan kualitas sumber daya manusia dapat jelas dari pekembangan dan kualitas sebuah pendidikan. Oleh karena itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan produktif diperlukan sistem pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses belajar mengajar di kelas. Dalam pendidikan, pastinya ada seorang pendidik yang disebut dengan guru. Sebagai perencanaan pengajaran, guru hendaknya memiliki pengetahuan yang 9 Wina Sanjaya, op. Cit., hal. 2-3 6 cukup dalam merancang kegiatan belajar-mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan ajar, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran terbaru yang sedang marak diterapkan oleh kalangan guru-guru kreatif. Menurut Syaiful Bahri Djamarah: “Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir ”. 10 Salah satu masalah yang memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran adalah metode dan teknik pembelajaran learning method and techniques. Pada awalnya metode dan teknik pembelajaran ini kurang mendapatkan perhatian, karena orang berpandangan bahwa pembelajaran itu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya praktis, jadi tidak diperlukan pengetahuan yang ada sangkut pautnya dengan pembelajaran. Orang merasa sudah mampu untuk mengajar dan menjadikan pendidik atau fasilitator kalau sudah menguasai materi yang akan disampaikan. Fasilitator perlu mempelajari pengetahuan yang ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, khususnya metode dan teknik pembelajaran yang berguna untuk “bagaimana memproses” terjadinya interaksi belajar-mengajar antara guru dengan murid. 11 Kondisi di sekolah atau di kelas memuat suatu suasana yang alamiah, yang amat memungkinkan terlatihnya keterampilan kerjasama tersebut, sebab sekolah atau kelas umumnya menampung siswa yang beragam latar belakang dan kemampuannya, dan memang dapat disiapkan untuk hidup dalam masyarakat orang dewasa yang harus memiliki tanggung jawab. Di sekolah, siswa perlu diberikan kesempatan dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa memiliki pengetahuan dan mampu menyelesaikan masalah dengan keterampilan bekerja sama yang mereka miliki setelah dilatih. 12 10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013, h. 46 11 Sudiono, dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2006, cet.1, h. 117 12 Isjoni, dkk, op. Cit., h. 64 7 Penggunaan model pembelajaran dapat berhasil, apabila dilihat dari sudut input, proses, dan output pembelajaran. Pada sisi input dapat bersumber dari siswa, guru, sumber belajar, materi pelajaran, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar serta perencanaan pembelajaran yang siap dan terencana sesuai dengan tuntutan kurikulum dan silabus. Pada sisi proses, menyangkut kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya guru atau siswa, gaya mengajar, cara belajar, dan implementasi metode pembelajaran. Pada sisi output dapat bersumber dari hasil belajar siswa, daya ingat siswa, sikap negatif siswa, dan motivasi yang rendah untuk dikembangkan bagi proses pendewasaan, penggayaan ketrampilan, dan penguatan ilmu pengetahuan. 13 Pembelajaran semacam ini dapat pula dipahami sebagai sebuah model pembelajaran yang efektif. Artinya, pembelajaran didasarkan atas kesesuaian antara yang direncanakan guru dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Memang tidak gampang mewujudkan pembelajaran yang berhasil dan efektif. Hal ini selain membutuhkan kesungguhan guru dalam mengembangkan model- model pembelajarannya, sesuai dengan kriteria atau daya tangkap siswa-siswinya. Guru juga dituntut untuk memiliki kreativitas dan kecerdasan yang tinggi untuk mengkreasikan sumber-sumber pembelajaran yang ada dan memanfaatkannya secara tepat. Guru yang terbiasa mengajar dengan hal yang biasa-biasa saja ataupun bersifat pasif dengan keadaan, akan mengalami kesulitan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan. Akibatnya, akan sangat jauh dari keberhasilan dalam rangka mencapai tujuan institusi dan pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru mau tidak mau harus senantiasa menyegarkan profesi keguruannya dengan berusaha memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Pada kenyataannya, guru yang sesungguhnya itulah dapat mencerdaskan peserta didik dan mencerdaskan bangsanya melalui 13 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, cet. 6, h. 88 8 penekunan pekerjaan sebagai guru yang teruji atau dapat terlihat dari penyampaian pembelajaran di dalam kelas. Banyak orang dapat mengajar di kelas, tetapi belum tentu ia mampu menciptakan suasana dinamis dalam kelas dengan metode dan model-model pembelajaran yang berlangsung. Suasana seadanya ini, hanyalah terkesan seorang guru melepaskan atau mengugurkan kewajibannya mengajar, tetapi jauh dari semangat untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berhasil. 14 Demikian pula, metode dan model-model pembelajaran yang lebih terkesan guru menguasai siswa, dimana siswa sepenuhnya dikuasai guru dan selalu mengharuskan siswa harus begini dan begitu. Maka dengan perkembangnya dan beragamnya model pembelajaran saat ini, cara seperti itu harus ditinggalkan. Tidak satupun metode dan model pembelajaran dapat dikatakan berhasil atau sesuai. Semuanya tergantung kepada person atau orang yang menjalankannya, yaitu guru yang secara langsung berhadapan dengan pembelajaran. Sebaik apapun metode dan model pembelajaran yang dipilih, tanpa dukungan guru yang memahami dan mampu menempatkannya dalam pembelajaran hanya berjalan seadanya, tanpa memberikan keberhasilan, dan keefektifan. Pada hakikatnya, guru yang mengajar secara monoton tidak mengetahui atau tidak memiliki berbagai variasi metode, teknik, pendekatan, dan konsep dalam kegiatan belajar mengajar sehingga semuanya yang digunakan selalu sama atau tidak pernah berubah. Maka, tak heran jika guru yang mengajar secara monoton sangat membosankan bagi muridnya. Kecenderungan terhadap segala sesuatu yang baru itulah yang perlu dipahami oleh guru. Guru yang mengajar dengan selalu menggunakan metode konvensional akan membosankan murid. Ketika murid bosan, ini akan berefek terhadap motivasi belajar murid. Apalagi jika guru tidak melakukan inovasi pembaharuan atau perubahan, prestasi belajar murid pun kemungkinan semakin menurun. Oleh karena itu, guru tidak hanya perlu menguasai materi yang akan diajarkan. Ia juga harus menguasai berbagai metode pembelajaran yang akan 14 Mukhtar dan Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang Berhasil, Jakarta: CV Sasama Mitra Suksesa, 2003, cet. 3, h. 3 9 diterapkan di kelas. Selain itu, harus mengetahui perbedaan daya tangkap belajar muridnya. Semua ini menjadi syarat utama baginya agar mengajar tidak monoton. Guru yang tidak pernah mengembangkan pengetahuannya, keahlian dan eksplorasi mengenai hal-hal baru dapat dipastikan akan mengajar secara monoton. Di sinilah profesionalitas seorang guru mendapat tantangan. Tantangan paling utama adalah membuat inovasi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar sehingga lebih hidup dan bermakna, serta menyenangkan bagi murid. 15 Apabila pendidik menginginkan agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses belajar mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara bervariasi, sebab masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga dalam penggunaannya pendidik harus menyesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kemampuan peserta didik. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman-pengalaman belajar. Bahkan dengan pembelajaran kooperatif terdapat suatu permainan dan kompetisi yang dapat meningkatkan aktivitas, minat, dan motivasi siswa. Karena proses pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental, maka siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran yang disajikan. 16 Menurut pendapat Anita Lie yang tertulis dalam bukunya Tukiran Taniredja, mengatakan: “Bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Namun, ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif ”. 17 15 Masykur Arif Rahman, Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, Yogyakarta: DIVA Press, 2011, cet. 1, h. 54-55 16 Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007, h. 6 17 Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, Bandung: Alfabeta, 2013, h.56 10 Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemajuan belajar, sikap siswa yang lebih positif, meningkatkan rasa sosial dan individual, menambah motivasi, dan percaya diri serta menambah rasa senang karena siswa berdiskusi sesama teman dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division dalam proses belajar-mengajar di kelas pada mata pelajaran Fiqih, akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar secara aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Student Teams Achievement Division adalah model pembelajaran dengan siswa dikelompokkan secara heterogen, yang kemudian siswa yang pandai menjelaskan materi kepada anggota lain sampai kelompok kecil tersebut mengerti apa maksud dari materi yang sedang dipelajari bersama. 18 Penelitian Tindakan Kelas PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara: 1 merencanakan, 2 melaksanakan, 3 merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. PTK termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Dalam PTK guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif yang bersifat pengembangan mengharuskan guru mampu melakukan PTK di kelasnya. 18 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011, hal. 64 11 Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman penelitian, temuan penelitian tradisional terkadang sangat sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan atau petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru. 19 Berdasarkan uraian di atas, apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division pada mata pelajaran Fiqih?. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih” Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menemukan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kesadaran guru melibatkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas karena guru masih menggunakan metode yang bersifat konvensional yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas yang harus dibatasi. 2. Pembelajaran cenderung terlihat sangat membosankan dan tidak kreatif karena kurang divariasikan dengan metode yang lain. 3. Belum diketahui tingkat hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division. 19 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Indeks, 2012, cet. 5, h. 9-11 12

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah serta tidak menyimpang dari judul penelitian, maka peneliti membatasi permasalahan pada: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Student Teams Achievement Division yang diterapkan pada kelas VIII-3 semester ganjil di MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur tahun ajaran 20142015. 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh yang masih rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh kelas VIII-3 MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur? ”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk: “Untuk mengkaji terdapat atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division ”.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian: “Menambah wawasan baru dalam membahas masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Fiqih melalui model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division, dan memberikan informasi atau alternatif dalam meningkatkan mutu proses belajar-mengajar di kelas, serta dapat menyelesaikan masalah secara teoritis ”. 13

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerapan berarti proses, cara, pemasangkan, mempraktikan. 1 Penerapan merupakan sesuatu yang telah direncanakan atas hasil pembelajaran. 2 Penerapan disebut pula implementasi yang berarti pelaksanaan, penggunaan, pemakaian, pemasangan, aplikasi, dan kemampuan dalam penggunaan praktis. Penerapan dan implementasi merupakan suatu proses penggunaan ide, konsep, kebajikan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap. 3 Menurut definisi di atas, maka penulis simpulkan bahwa penerapan merupakan suatu implementasi yang digunakan dalam suatu bidang tertentu. Dalam kasus ini, penerapan yang dimaksud yaitu penggunaan atau aplikasi suatu kegiatan yang dapat memberikan perubahan yang positif, terutama perubahan pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, dan nilai seseorang.

B. Macam-macam Istilah dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran ada istilah strategi, metode, pendekatan, model, dan teknik pembelajaran. Dari kelima istilah tersebut pastinya memiliki perbedaan pengertian. Berikut adalah definisi dari masing-masing istilah Menurut Wina Sanjaya: 1. “Strategi Pembelajaran, merupakan rencana tindakan rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber dayakekuatan dalam pembelajaran yang berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal. 1180 2 Sudiono, dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2006, cet.1, hal. 25 3 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010,cet.12, h. 93 14 tindakan. Diartikan pula sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ”. Definisi di atas, menurut hemat penulis bahwa Strategi berbeda dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melakukan strategi. 2. “Metode Pembelajaran, adalah upaya mengimplementasikan atau menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Bisa saja dalam satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode ”. 4 Menurut pandangan penulis, bahwa metode adalah upaya yang dilakukan untuk menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan belajar- mengajar di dalam kelas, agar tujuan yang telah di rencanakan atau disusun tercapai. Dalam artian bahwa metode merupakan penerapan dari strategi yang telah disusun. 3. “Pendekatan pembelajaran, sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Pendekatan ialah istilah lain dalam strategi pembelajaran ”. 5 Definisi diatas, menurut hemat penulis bahwa pendekatan adalah suatu sudut pandang seorang guru dalam melihat proses belajar-mengajar. Dapat dikatakan pula bahwa pendekatan yaitu interaksi antara guru dan siswa, atau pemahaman guru atas perbedaan latar belakang siswa- siswinya. 4. “Teknik Pembelajaran, suatu kegiatan yang benar-benar berlangsung dalam kelas, dengan kata lain semua aktivitas yang berlangsung dalam kelas untuk mencapai sasaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode yang digunakan saat proses pembelajaran. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran berjalan efektif dan efesien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses pembelajaran dengan metode yang digunakan, sebaiknya memerhatikan kondisi dan situasi lingkungan kelas bahkan sekolah ”. 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, Cet. 9, h. 126 5 Ibid, h.127 15 Menurut pandangan penulis, bahwa teknik merupakan penerapan dari metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar, dengan disesuaikan kondisi kelas, lingkungan, dan sarana serta prasarana sekolah. 6 5. “Model Pembelajaran, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional dikelas. Dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru dikelas. Model pembelajaran sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Hal ini mengacu pada gaya mengajar guru yang terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas ”. 7 Definisi diatas menurut hemat penulis, bahwa model pembelajaran yaitu suatu kesatuan dari strategi, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran. Model ini dapat dikatakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran dari awal-akhir yang telah dirancang oleh guru tersebut.

C. Pengertian Student Teams Achievement Division

Student Teams Achievement Division adalah model pembelajaran dengan siswa dikelompokkan secara heterogen, yang kemudian siswa yang pandai dapat menjelaskan materi kepada anggota lain sampai kelompok kecil tersebut mengerti apa maksud dari materi yang sedang dipelajari bersama. 8 Student Teams Achievement Division salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur, yang mana anggotanya terdiri dari dua sampai empat siswa dengan struktur kelompok yang heterogen. 9 Student Teams Achievement Division, menurut hemat penulis yaitu salah satu model pembelajaran kooperatif yang lebih di utamakan pada hasil akhir dari keberhasilan setiap kelompoknya. Student Teams Achievement Division 6 Ibid, h.127 7 Ibid, h.127 8 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011, hal. 64 9 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teoris dan Praktik PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, cet. 10, h. 54-55

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) guna meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.

0 2 302

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI akuntansi SMK Sanjaya Pakem.

1 1 237