Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5
untung-untungan. Akan tetapi, proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh
mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses
belajar yang terjadi pada diri anak. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak
didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik, bukan menjejelkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghafal data dan fakta.
Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan.
9
Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas sumber
daya manusia di dalamnya. Perkembangan kualitas sumber daya manusia dapat jelas dari pekembangan dan kualitas sebuah pendidikan. Oleh karena itu, untuk
menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan produktif diperlukan sistem pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan perkembangan dan
perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses belajar mengajar di kelas.
Dalam pendidikan, pastinya ada seorang pendidik yang disebut dengan guru. Sebagai perencanaan pengajaran, guru hendaknya memiliki pengetahuan yang
9
Wina Sanjaya, op. Cit., hal. 2-3
6
cukup dalam merancang kegiatan belajar-mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan ajar, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan lain
sebagainya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan
menggunakan metode pembelajaran terbaru yang sedang marak diterapkan oleh kalangan guru-guru kreatif. Menurut Syaiful Bahri Djamarah:
“Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir ”.
10
Salah satu masalah yang memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran adalah metode dan teknik pembelajaran learning method and techniques. Pada
awalnya metode dan teknik pembelajaran ini kurang mendapatkan perhatian, karena orang berpandangan bahwa pembelajaran itu merupakan suatu kegiatan
yang sifatnya praktis, jadi tidak diperlukan pengetahuan yang ada sangkut pautnya dengan pembelajaran. Orang merasa sudah mampu untuk mengajar dan
menjadikan pendidik atau fasilitator kalau sudah menguasai materi yang akan disampaikan. Fasilitator perlu mempelajari pengetahuan yang ada kaitannya
dengan kegiatan pembelajaran, khususnya metode dan teknik pembelajaran yang berguna untuk “bagaimana memproses” terjadinya interaksi belajar-mengajar
antara guru dengan murid.
11
Kondisi di sekolah atau di kelas memuat suatu suasana yang alamiah, yang amat memungkinkan terlatihnya keterampilan kerjasama tersebut, sebab sekolah
atau kelas umumnya menampung siswa yang beragam latar belakang dan kemampuannya, dan memang dapat disiapkan untuk hidup dalam masyarakat
orang dewasa yang harus memiliki tanggung jawab. Di sekolah, siswa perlu diberikan kesempatan dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa memiliki
pengetahuan dan mampu menyelesaikan masalah dengan keterampilan bekerja sama yang mereka miliki setelah dilatih.
12
10
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013, h. 46
11
Sudiono, dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2006, cet.1, h. 117
12
Isjoni, dkk, op. Cit., h. 64
7
Penggunaan model pembelajaran dapat berhasil, apabila dilihat dari sudut input, proses, dan output pembelajaran. Pada sisi input dapat bersumber dari
siswa, guru, sumber belajar, materi pelajaran, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar serta perencanaan pembelajaran yang siap dan terencana sesuai dengan
tuntutan kurikulum dan silabus. Pada sisi proses, menyangkut kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya
guru atau siswa, gaya mengajar, cara belajar, dan implementasi metode pembelajaran. Pada sisi output dapat bersumber dari hasil belajar siswa, daya
ingat siswa, sikap negatif siswa, dan motivasi yang rendah untuk dikembangkan bagi proses pendewasaan, penggayaan ketrampilan, dan penguatan ilmu
pengetahuan.
13
Pembelajaran semacam ini dapat pula dipahami sebagai sebuah model pembelajaran yang efektif. Artinya, pembelajaran didasarkan atas kesesuaian
antara yang direncanakan guru dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Memang tidak gampang mewujudkan pembelajaran yang berhasil dan efektif.
Hal ini selain membutuhkan kesungguhan guru dalam mengembangkan model- model pembelajarannya, sesuai dengan kriteria atau daya tangkap siswa-siswinya.
Guru juga dituntut untuk memiliki kreativitas dan kecerdasan yang tinggi untuk mengkreasikan sumber-sumber pembelajaran yang ada dan memanfaatkannya
secara tepat. Guru yang terbiasa mengajar dengan hal yang biasa-biasa saja ataupun
bersifat pasif dengan keadaan, akan mengalami kesulitan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan. Akibatnya, akan sangat
jauh dari keberhasilan dalam rangka mencapai tujuan institusi dan pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru mau tidak mau harus senantiasa menyegarkan
profesi keguruannya dengan berusaha memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Pada kenyataannya, guru yang sesungguhnya
itulah dapat mencerdaskan peserta didik dan mencerdaskan bangsanya melalui
13
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, cet. 6, h. 88
8
penekunan pekerjaan sebagai guru yang teruji atau dapat terlihat dari penyampaian pembelajaran di dalam kelas.
Banyak orang dapat mengajar di kelas, tetapi belum tentu ia mampu menciptakan suasana dinamis dalam kelas dengan metode dan model-model
pembelajaran yang berlangsung. Suasana seadanya ini, hanyalah terkesan seorang guru melepaskan atau mengugurkan kewajibannya mengajar, tetapi jauh dari
semangat untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berhasil.
14
Demikian pula, metode dan model-model pembelajaran yang lebih terkesan guru menguasai siswa, dimana siswa sepenuhnya dikuasai guru dan selalu
mengharuskan siswa harus begini dan begitu. Maka dengan perkembangnya dan beragamnya model pembelajaran saat ini, cara seperti itu harus ditinggalkan.
Tidak satupun metode dan model pembelajaran dapat dikatakan berhasil atau sesuai. Semuanya tergantung kepada person atau orang yang menjalankannya,
yaitu guru yang secara langsung berhadapan dengan pembelajaran. Sebaik apapun metode dan model pembelajaran yang dipilih, tanpa dukungan guru yang
memahami dan mampu menempatkannya dalam pembelajaran hanya berjalan seadanya, tanpa memberikan keberhasilan, dan keefektifan.
Pada hakikatnya, guru yang mengajar secara monoton tidak mengetahui atau tidak memiliki berbagai variasi metode, teknik, pendekatan, dan konsep dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga semuanya yang digunakan selalu sama atau tidak pernah berubah. Maka, tak heran jika guru yang mengajar secara monoton
sangat membosankan bagi muridnya. Kecenderungan terhadap segala sesuatu yang baru itulah yang perlu dipahami
oleh guru. Guru yang mengajar dengan selalu menggunakan metode konvensional akan membosankan murid. Ketika murid bosan, ini akan berefek terhadap
motivasi belajar murid. Apalagi jika guru tidak melakukan inovasi pembaharuan atau perubahan, prestasi belajar murid pun kemungkinan semakin menurun.
Oleh karena itu, guru tidak hanya perlu menguasai materi yang akan diajarkan. Ia juga harus menguasai berbagai metode pembelajaran yang akan
14
Mukhtar dan Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang Berhasil, Jakarta: CV Sasama Mitra Suksesa, 2003, cet. 3, h. 3
9
diterapkan di kelas. Selain itu, harus mengetahui perbedaan daya tangkap belajar muridnya. Semua ini menjadi syarat utama baginya agar mengajar tidak monoton.
Guru yang tidak pernah mengembangkan pengetahuannya, keahlian dan eksplorasi mengenai hal-hal baru dapat dipastikan akan mengajar secara monoton.
Di sinilah profesionalitas seorang guru mendapat tantangan. Tantangan paling utama adalah membuat inovasi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga lebih hidup dan bermakna, serta menyenangkan bagi murid.
15
Apabila pendidik menginginkan agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus
menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses belajar mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara
bervariasi, sebab masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga dalam penggunaannya pendidik harus menyesuaikan dengan materi
yang diajarkan dan kemampuan peserta didik. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman-pengalaman belajar. Bahkan dengan pembelajaran kooperatif
terdapat suatu permainan dan kompetisi yang dapat meningkatkan aktivitas, minat, dan motivasi siswa. Karena proses pembelajaran yang terjadi melibatkan
siswa baik secara fisik maupun mental, maka siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran yang disajikan.
16
Menurut pendapat Anita Lie yang tertulis dalam bukunya Tukiran Taniredja, mengatakan: “Bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok. Namun, ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif
”.
17
15
Masykur Arif Rahman, Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, Yogyakarta: DIVA Press, 2011, cet. 1, h. 54-55
16
Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007, h. 6
17
Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, Bandung: Alfabeta, 2013, h.56
10
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemajuan belajar, sikap siswa
yang lebih positif, meningkatkan rasa sosial dan individual, menambah motivasi, dan percaya diri serta menambah rasa senang karena siswa berdiskusi sesama
teman dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division dalam proses belajar-mengajar di kelas pada mata pelajaran Fiqih, akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar secara aktif sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Student Teams Achievement Division adalah model pembelajaran dengan
siswa dikelompokkan secara heterogen, yang kemudian siswa yang pandai menjelaskan materi kepada anggota lain sampai kelompok kecil tersebut mengerti
apa maksud dari materi yang sedang dipelajari bersama.
18
Penelitian Tindakan Kelas PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara: 1 merencanakan, 2 melaksanakan, 3
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
PTK termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif.
Dalam PTK guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Guru merupakan orang yang paling
akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan
inovatif yang bersifat pengembangan mengharuskan guru mampu melakukan PTK di kelasnya.
18
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011, hal. 64
11
Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah
penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman penelitian, temuan penelitian tradisional terkadang sangat sukar diterapkan untuk
memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan atau petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru.
19
Berdasarkan uraian di atas, apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division pada mata pelajaran Fiqih?. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dengan judul:
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Fiqih” Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur.