Gambaran Kandungan Silika Dioksida SiO

Tabel 5.6. Hasil Pengujian kadar SiO 2 pada Material Batu Kapur dari Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 No. Sampel Batu Kapur Parameter Hasil Satuan 1. Sebelum di bakar SiO 2 3,46 2. Setelah di bakar I SiO 2 1,03 3. Setelah di bakar II SiO 2 0,60 Sumber : PT. CCIC , 2013 Dalam standar Occupational Safety and Health Administration OSHA dalam Material Safety Data Sheet MSDS Calcium Carbonate, Solid bahwa ambang batas dari Silika tidak boleh lebih dari 2. Berdasarkan hasil pengujian SiO 2 dari batu kapur yang sebelum dibakar diperoleh sebesar 3,46, batu kapur setelah di bakar I sebesar 1,03 dan batu kapur setelah di bakar II sebesar 0,60. Maka dapat di simpulkan jenis batu kapur yang memiliki bahaya kesehatan secara kronis atau pun akut dari adanya paparan kandungan silika yang berlebih adalah berasal dari batu kapur sebelum dibakar. Sedangkan pada batu kapur yang telah mengalami pembakaran kadarnya menurun sampai 1, dan dapat di simpulkan bahwa batu yang telah mengalami pembakaran masih berada pada nilai ambang batas yang ditetapkan. Adapun hasil pengujian ada pada lampiran 7. Silika bebas SiO 2 yang terdapat pada debu dari bahan material yang mengandung SiO 2 dapat terhirup sehingga menyebabkan penyakit silicosis yang termasuk dalam golongan pneumoconiosis. Penyakit silicosis ini sering ditemui pada pekerja-pekerja diperusahaan yang menghasilkan batu-batuan yang mengandung silica bebas di dalamnya. Masa inkubasi silicosisi adalah 2-4 tahun, dan sangat tergantung dengan banyakn ya debu dan kadar yang terhirup Suma’mur, 199 . Karakteristik penyakit silicosis ini ditandai dengan batuk, produksi sputum berlebih, sesak nafas dyspnea ketika bekerja, mula-mula ringan kemudian bertambah berat, pengembangan paru-paru sedikit terganggu. Tingkat yang lebih parah dari silicosis dapat menimbulkan gejala demam, penurunan berat badan yang drastis, menumbuhkan bakteri yang mungkin terjadi seperti TBC, atau pada tingkat yang lebih parah lagi gejala klinis dapat terlihat hypertrofi jantung kanan menjadi tanda-tanda kegagalan jantung kanan dan pada akhirnya menyebabkan kematian karena komplikasi penyakit. Untuk mengetahui gejala yang lebih spesifik perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks oleh sinar-X Brenntag Canada Inc., 2007.

5.3. Analisis Bivariat

Analisis uji bivariat pada variabel yang berskala rasio dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan uji non-parametrik one sampel K-S, hasilnya semua variabel memiliki nilai Kolmogorov Smirnov-Z p value 0,05 yang artinya variabel berdistribusi normal. Selanjutnya untuk uji hipotesis pada variabel umur, masa kerja, konsumsi merokok dilakukan uji T Independen sedangkan pada variabel status gizi dilakukan uji chi square. Dibawah ini adalah hasil uji statistik variabel independen yaitu umur, masa kerja, status gizi, kadar PM 10 ambien, suhu dan kelembaban terhadap variabel independed yaitu gangguan fungsi paru pada pekerja pengolahan batu kapur di Desa Tamansari Kab. Karawang. Tabel 5.7. Distribusi Rata-rata dan Analisis Hubungan antara Karakteristik Lingkungan PM10 Ambien, Suhu dan Kelembaban dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Batu Kapur Desa Tamansari Tahun 2013 No. Variabel Independen Variabel Dependen N P value Mean SD 1. Kadar PM10 Ambien Ada Gangguan Tidak Ada Gangguan 7 33 0,783 514 µgm 3 572 µgm 3 591,682 490,958 2. Suhu Ada Gangguan Tidak Ada Gangguan 7 33 0,963 32 o C 32 o C 2,288 2,457 3. Kelembaban Ada Gangguan Tidak Ada Gangguan 7 33 0,854 79,8 80,3 7,267 6,878 Berdasarkan hasil uji T-independen pada varibabel faktor lingkungan terhadap gangguan fungsi paru yaitu nilai p value kadar ambien PM10 adalah sebesar 0,783, variabel suhu sebesar 0,963 dan kelembaban sebesar 0,854, maka dapat disimpulkan semua nilai p value 0,05 yang berarti secara statistik tidak memiliki hubungan kemaknaan.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 19 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERENGOLAHAN BATU KAPUR

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERRachman Efendi

0 14 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Batu Bata Di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Tahun 2015.

0 5 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INFORMAL PENGOLAHAN KAPUK UD.TUYAMAN DESA SIDOMUKTI WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013.

0 4 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung | Anes | JIKMU 8490 16812 1 SM

0 0 8

View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT KASUR (STUDI KASUS DI DESA BANJARKERTA KARANGANYAR PURBALINGGA)

0 0 5

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL DI LIGU SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 10