Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

d. Frekuensi status gizi pekerja pada kelompok gizi kurus 13 orang 29,55, gizi normal 24 orang 54,5 dan gizi lebih atau gemuk 3 orang 6,8. 3. Gambaran faktor karakteristik lingkungan PM 10 ambien, suhu dan kelembaban pada pekerja pengolahan batu kapur di Desa Tamansari adalah sebagai berikut : a. Rata-rata kadar PM10 berdasarkan aktivitas pengolahan yaitu pada aktivitas penghancuran adalah 177 µgm3, pembakaran 1 adalah 1.437 µgm3, pembakaran 2 adalah 419 µgm3, pembongkaran 419 µgm3 dan pengepakan hasil adalah 177 µgm3, dapat dirata-ratakan total kadar PM10 di area pengolahan batu kapur adalah 524 µgm3 yang melebihi NAB kadar PM10 ambien berdasarkan PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. b. Rata-rata suhu di lingkungan pengolahan batu kapur berdasarkan aktivitasnya yaitu penghancuran adalah 33 ฀C, pembakaran 1 adalah 35 ฀C, pembakaran 2 adalah 36 ฀C, pembongkaran ฀C dan pengepakan hasil adalah 33 ฀C, dapat dirata-ratakan total suhu di area pengolahan batu kapur adalah 2, ฀C yang melebihi NAB faktor fisik yaitu pada 18-30 ฀C di lingkungan keja berdasarkan Kepmenkes No. 405 Tahun 2002. c. Rata-rata kelembaban di lingkungan pengolahan batu kapur berdasarkan aktivitasnya yaitu penghancuran adalah 78, pembakaran 1 adalah 71, pembakaran 2 adalah 74, pembongkaran 87 dan pengepakan hasil adalah 78, dapat dirata- ratakan kelembaban di area pengolahan batu kapur adalah 80,3 yang tidak melebihi NAB faktor fisik yaitu pada 65-95 berdasarkan Kepmenkes No. 405 Tahun 2002. 4. Gambaran kadar kandungan SiO 2 pada material batu kapur di desa Tamansari adalah : a. Sebanyak 3,46 SiO 2 pada batu kapur yang belum dibakar. b. Sebanyak 1,03 SiO 2 pada batu kapur yang setelah dibakar I. c. Sebanyak 0,60 SiO 2 pada batu kapur yang belum dibakar II. 5. Berdasarkan hasil uji statistik bivarit faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pengolahan batu kapur di Desa Tamansari tahun 2013 adalah sebagai berikut : a. Ada hubungan antara faktor usia dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value 0,032. b. Tidak ada hubungan antara faktor masa kerja dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value 0,932. c. Tidak ada hubungan antara faktor konsumsi rokok dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value 0,287. d. Tidak ada hubungan antara faktor status gizi dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value 0,842. e. Tidak ada hubungan antara faktor kadar PM10 ambien dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value 0,783. f. Tidak ada hubungan antara faktor suhu dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value 0,963. g. Tidak ada hubungan antara faktor kelembaban dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value 0,854.

7.2. Saran

7.2.1. Saran Bagi Pekerja

1. Sebaiknya pekerja yang sudah memiliki risiko terkena gangguan fungsi paru yaitu pada kelompok 40 tahun dapat menjaga pola aktivitas kerja yaitu dengan melakukan aktivitas kerja sesuai jam kerja harian yaitu maksimal 8 jam hari, sadar akan penggunaan pelindung diri yaitu pemakaian masker saat bekerja dan memilih bagian pekerjaan yang tidak memiliki risiko tinggi yaitu sebaiknya tidak pada bagian penghancuran atau pembakaran. 2. Sebaiknya pekerja memperhatikan asupan makan sehari-hari, mengingat aktivitas pengolahan batu kapur ini banyak membutuhkan energi karen aktivitas fisik yang harus dikerjakan, seperti memecah batu dan pembakaran pada suhu yang tinggi. 3. Sebaiknya pekerja yang memiliki kebiasaan konsumsi merokok 10 batanghari mulai mengurangi, yaitu dengan mengganti pengeluaran rokok dengan mengkonsumsi makanan yang lebih lebih bergizi untuk memenuhi kebutuhan kalori, karena perilaku ini akan menurunkan risiko terkena gangguan par dan penyakit kronis lainnya seperti stroke, hipertensi dan serangan jantung, dimana pada kelompok usia yang masih produktif dapat meningkatkan angka harapan hidupnya.

7.2.2. Saran Bagi Pemilik

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 19 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERENGOLAHAN BATU KAPUR

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERRachman Efendi

0 14 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Batu Bata Di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Tahun 2015.

0 5 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INFORMAL PENGOLAHAN KAPUK UD.TUYAMAN DESA SIDOMUKTI WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013.

0 4 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung | Anes | JIKMU 8490 16812 1 SM

0 0 8

View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT KASUR (STUDI KASUS DI DESA BANJARKERTA KARANGANYAR PURBALINGGA)

0 0 5

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL DI LIGU SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 10