Hubungan Antara Kelembaban terhadap Gangguan Fungsi Paru

relatif 80. Sebagian besar spesies jamur tidak bisa tumbuh kecuali kelembaban relatif melebihi 60. Hasil pengukuran dan analisis pada kelembaban di lingkungan aktivitas pengolahan batu kapur, rata-rata kelembaban mencapai 80,3 dengan kelembaban minimal sebesar 71 dan kelembaban maksimal 87. Dalam Kepmenkes No. 405 Tahun 2009 tentang NAB Faktor Fisik dan Kimia di Tempat Kerja, kelembaban di lingkungan pengolahan batu kapur masih di antara batas ambang batas yaitu 65- 95. Kemudian, dari hasil analisis uji statistik t-test independent, nilai Pvalue yang didapatkan dari hasil analisis antara kelembaban dengan gangguan fungsi paru adalah sebesar 0,854. Hal ini berarti pada alpha 5 tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban lingkungan dengan gangguan fungsi paru. Dalam artikel Healthcare Inc. 2005 kelembaban yang tinggi juga merupakan penyebab meningkatnya keluhan sesak napas. Ada beberapa kemungkinan penjelasan untuk fenomena ini. Pertama, karena kelembaban udara meningkat maka densitas atau massa jenis udara meningkat, maka udara tidak banyak terjadi aliran di udara sehingga meningkatnya saluran nafas dan mengakibatkan meningkatnya kerja pernapasan yang menyebabkan sesak napas. Penjelasan lain bahwa ketika kelembaban meningkat, maka jumlah alregan udara ikut meningkat, seperti debu, jamur bahkan tungau meningkat pada kelembaban yang tinggi. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kondisi kelembaban berdasarkan hasil pengukuran di lingkungan pengolahan batu kapur pada dua titik sampel didapatkan rata-rata sebesar 80,3 dengan kelembaban minimal 71 dan kelembaban maksimal 87, maka kadar kelembaban masih berada pada kadar kelembaban relatif normal, sehingga kelembaban di lingkungan pengolahan batu kapur tidak menjadi faktor yang berhubungan langsung terhadap gangguan fungsi paru pada pekerja, karena saat penelitian dilakukan pada bulan April, dimana keberadaan cuaca tidak dalam curah hujan yang tinggi. Namun, ketika kondisi kelembaban meningkat yaitu pada saat curah hujan sedang tinggi maka hal ini perlu diwaspadai turbulensi udara yang sedikit sehingga kondisi udara, debu dan asap di sekitar pengolahan batu kapur akan meningkat, kondisi seperti ini menjadi faktor pemicu gangguan pernafasan seperti sesak nafas dan terjadinya reaksi hipereaktivitas dari bahan alergan yang meningkat pada pekerja yang memiliki riwayat penyakit asma dan gangguan pernafasan lainnya. 135

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Gambaran pekerja pengolahan batu kapur di Desa Tamansari Kab. Karawang tahun 2013, didapatkan dari 40 responden penelitian yang mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 7 orang 17,5 dengan kategori restriksi ringan dan sedang sedangkan 33 orang 82,5 tidak ada gangguan fungsi paru dengan kapasitas total paru ≥ 80. 2. Gambaran faktor karakteristik individu usia, masa kerja, konsumsi merokok dan status gizi pada pekerja pengolahan batu kapur di Desa Tamansari adalah sebagai berikut : a. Rata-rata usia pekerja adalah 37 tahun dengan standar deviasi 10,14, usia minimum 19 tahun dan usia maksimum 59 tahun. b. Rata-rata masa kerja adalah 10 tahun dengan standar deviasi 9,03, masa kerja minimum 0 tahun dan masa kerja maksimum 46 tahun. c. Rata-rata konsumsi merokok pekerja adalah 13 batanghari dengan standar deviasi 6,23 , konsumsi rokok minimum 1 batanghari dan maksimum 24 batanghari. d. Frekuensi status gizi pekerja pada kelompok gizi kurus 13 orang 29,55, gizi normal 24 orang 54,5 dan gizi lebih atau gemuk 3 orang 6,8. 3. Gambaran faktor karakteristik lingkungan PM 10 ambien, suhu dan kelembaban pada pekerja pengolahan batu kapur di Desa Tamansari adalah sebagai berikut : a. Rata-rata kadar PM10 berdasarkan aktivitas pengolahan yaitu pada aktivitas penghancuran adalah 177 µgm3, pembakaran 1 adalah 1.437 µgm3, pembakaran 2 adalah 419 µgm3, pembongkaran 419 µgm3 dan pengepakan hasil adalah 177 µgm3, dapat dirata-ratakan total kadar PM10 di area pengolahan batu kapur adalah 524 µgm3 yang melebihi NAB kadar PM10 ambien berdasarkan PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. b. Rata-rata suhu di lingkungan pengolahan batu kapur berdasarkan aktivitasnya yaitu penghancuran adalah 33 ฀C, pembakaran 1 adalah 35 ฀C, pembakaran 2 adalah 36 ฀C, pembongkaran ฀C dan pengepakan hasil adalah 33 ฀C, dapat dirata-ratakan total suhu di area pengolahan batu kapur adalah 2, ฀C yang melebihi NAB faktor fisik yaitu pada 18-30 ฀C di lingkungan keja berdasarkan Kepmenkes No. 405 Tahun 2002.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 19 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERENGOLAHAN BATU KAPUR

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERRachman Efendi

0 14 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Batu Bata Di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Tahun 2015.

0 5 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INFORMAL PENGOLAHAN KAPUK UD.TUYAMAN DESA SIDOMUKTI WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013.

0 4 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung | Anes | JIKMU 8490 16812 1 SM

0 0 8

View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT KASUR (STUDI KASUS DI DESA BANJARKERTA KARANGANYAR PURBALINGGA)

0 0 5

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL DI LIGU SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 10