Gambaran Kejadian Gangguan Fungsi Paru Pekerja Pengolahan Batu

5.2.2. Gambaran Faktor Karakteristik Individu Umur, Masa Kerja, Konsumsi Rokok dan Status Gizi pada Pekerja Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 Data jenis pekerjaan responden penelitian diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dengan wawancara terpimpin oleh peneliti. Distribusi jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.2. Dari 40 responden yang bekerja pada bagian penghancuran batu kapur sebanyak 3 orang 7,5, bagian pembakaran sebanyak 14 orang 35, bagian pembongkaran hasil pembakaran sebanyak 18 orang 45 dan bagian akhir yaitu pengepakkan hasil pembakaran dan pengayakan batu kapur yang sudah menjadi seperti tepung atau semen putih adalah sebanyak 5 orang 12,5. Tabel. 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan di Pengolahan Batu Kapur Desa Taman Sari Tahun 2013 Variabel Kategori Frekuensi Persentase Jenis Pekerjaan Penghancuran 3 7,5 Pembakaran 14 35 Pembongkaran 18 45 Pengepakan 5 12,5 Jumlah 40 100 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi paru terdiri dari faktor karakteristik individu pekerja yaitu umur, masa kerja, status gizi dan perilaku merokok. Adapun distribusi faktor-faktor karakteristik individu yang tidak dikategorikan adalah umur, masa kerja dan jumlah batang konsumsi rokok perhari dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Individu Umur, Masa Keja, Konsumsi Rokok dan Status Gizi pada Pekerja Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 No. Variabel Mean SD Min-Maks 1. Umur 37 10,14 19 tahun-59 tahun 2. Masa Kerja 10 9,03 0 tahun-46 tahun 3. Konsumsi rokok 13 6,23 1 batang-24 batang Variabel Kategori Frekuensi Persentase 4. Status Gizi Kurus 13 29,5 Normal 24 54,5 Gemuk 3 6,8 Total 40 100 Data karakteristik individu pada pekerja pengolahan batu kapur di Desa Tamansari yang tidak dikategorikan adalah umur, masa kerja dan konsumsi merokok. Umur diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden dengan menanyakan waktu kelahiran responden kemudian dicocokkan dengan KTP responden. Distribusi data dapat dilihat pada tabel 5.3. yang menggambarkan jumlah sampel responden berdasarkan umur individu dapat diketahui rata-rata usia responden adalah 37 tahun, usia pekerja termuda adalah 19 tahun dan usia pekerja sebagai responden tertua adalah 59 tahun. Sedangkan, data masa kerja diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dengan wawancara terpimpin. Satuan masa kerja dihitung dalam satuan tahun. Distribusi dapat dilihat pada tabel 5.3, menunjukan rata-rata masa kerja responden adalah 10 tahun, dengan standar deviasi 9,03. Masa kerja minimum adalah 0 tahun atau dari hasil wawancara baru 2 dua bulan dan masa kerja maksimum adalah 46 tahun. Selain itu, data konsumsi rokok perhari pada 40 responden yang diperoleh dari kuesioner dengan wawancara terpimpin. Satuan konsumsi rokok perhari dalam satuan batang. Distribusi dapat dilihat pada Tabel 5.3. Diperolehnya rata-rata jumlah konsumsi rokok per hari oleh responden sebanyak 13 batanghari, dengan standar deviasi 6,23 sedangkan jumlah minimum 1 batanghari dan jumlah maksimum konsumsi rokok 24 batanghari. Selanjutnya, data status gizi berdasarkan perhitungan IMT dari masing- masing berat badan dan tinggi badan pekerja sebagai indikator IMT. Berdasarkan hasil kategorisasi status gizi dalam 3 kelompok yaitu kurus jika IMT 18,5, normal jika IMT 18,5-25 dan gemuk jika IMT 25, didapatkan kelompok status gizi kurus 13 orang 29,5, normal sebanyak 24 orang 60, gemuk sebanyak 3 orang 6,8. Data tersaji dalam tabel 5.3. 5.2.3. Gambaran Faktor Lingkungan Udara Ambien di Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 Faktor lingkungan dari udara ambien yang diduga sebagai faktor pencetus gangguan fungsi paru pada pekerja pengolahan yang meliputi aktivitas penghancuran, pembakaran, pembongkaran dan pengepakan batu kapur. Dibawah ini adalah hasil pengukuran kualitas udara ambien berdasarkan jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 5.4. sebagai berikut : Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien PM 10, Suhu dan Kelembaban di Area Pengolahan Batu Kapur Desa Tamansari Tahun 2013 Aktivitas Pengolahan Batu Kapur Hasil Pengukuran Jumlah Responden PM10 µgm3 Suhu o C Kelembaban Kec. Angin ms Penghancuran 177 33 78 0,5-1,0 3 Pembakaran 1 1.437 35 71 0,9-1,9 9 Pembakaran 2 419 36 74 1,1-1,9 5 Pembongkaran 260 30 87 0,6-1,1 18 Pengepakan Hasil Finishing 177 33 78 0,5-0,9 5 Dari tabel diatas menunjukan distribusi kualitas udara ambien di lingkungan kerja pengolahan batu kapur, mulai dari kadar PM 10, suhu dan kelembaban. Data kadar PM 10 diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan alat EPAM SKC-5000, pengukuran dilakukan selama 1 jam pada dua lokasi pengolahan batu kapur, pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00, siang hari antara pukul 10.00-14.00 dan sore hari antara pukul 14.00-18.00. Waktu pengambilan sampel tersebut untuk mendapatkan data representatif pengukuran selama 24 jam yaitu sesuai standar pengukuran PM 10. Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat Wbgt Quest Digital berdasarkan aktivitas pengolahan batu kapur dengan jumlah total 40 responden. Distribusi frekuensi kadar debu PM 10, suhu dan kelembaban lingkungan kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.5. Distribusi Rata-rata Kadar Udara Ambien di Area Pengolahan Batu Kapur Desa Tamansari Tahun 2013 dan dibandingkan dengan NAB PP No.41 Tahun 1999 dan Kepmenkes No.405 Tahun 2002 No. Variabel Mean SD Min-Maks NAB Ket. 1. Kadar PM 10 524 µgm 3 502,14 177-1.437 µgm 3 150 µgm 3 NAB 2. Suhu 32,3 o C 2,40 30-36 o C 18-30 o C NAB 3. Kelembaban 80,3 6,86 71-87 65-95 NAB Tabel 5.5. menunjukan distribusi kualitas udara ambien di lingkungan kerja pengolahan batu kapur. Dari hasil pengukuran kualitas udara ambien debu didapatkan rata-rata kadar PM 10 dari seluruh 6 titik lokasi tempat pengukuran berdasarkan aktivitas kegiatannya adalah sebesar 524 µgm 3 dengan nilai standar deviasi 502,14 sedangkan kadar minimum 177 µgm 3 dan kadar maksimum 1.437µgm 3 . Sedangkan rata-rata suhu di lingkungan pengolahan batu kapur dari seluruh 6 titik lokasi pengukuran berdasarkan aktivitas kegiatannya adalah sebesar 32,3 o C dengan standar deviasi sebesar 2,40, sedangkan suhu minimum 30 o C dan suhu maksimum mencapai 36 o C. Kemudian, konsentrasi rata-rata kelembaban di lingkungan pengolahan batu kapur adalah 80,3 dengan standar deviasi 6,86, sedangkan konsentrasi minimum sebesar 71 dan konsentrasi maksimum sebesar 95.

5.2.4. Gambaran Kandungan Silika Dioksida SiO

2 dari Material Batu Kapur Calcium Carbonate di Desa Tamansari Pengujian kadar SiO 2, diperolah dari hasil pengujian laboratorium pertambangan dan kandungan mineral oleh PT. CCIC dengan standar ISO 11535- 2010 yang tertera pada Tabel 5.6. Pengujian pada tiga sampel batu kapur yaitu sampel pertama berupa batu kapur murnisebelum dilakukan pembakaran, sampel kedua adalah batu kapur setelah dilakukan pembakaran secara sempurna, dimana batu yang dibakar di dasar tungku. Jenis batu kapur ini, diolah menjadi tepung kapur yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku semen, yang pengujian di beri kode satu I. Kemudian sampel ketiga yaitu batu kapur yang sudah dibakar namun tidak sempurna karena pada saat diproses diletakan diatas tungku, batu kapur jenis ini tidak bisa dijadikan tepung kapur karena pembakarannya tidak sempurna yang dapat dijual sebagai bahan baku kaca, besi dan logam, diberi kode dua II. Tabel 5.6. Hasil Pengujian kadar SiO 2 pada Material Batu Kapur dari Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 No. Sampel Batu Kapur Parameter Hasil Satuan 1. Sebelum di bakar SiO 2 3,46 2. Setelah di bakar I SiO 2 1,03 3. Setelah di bakar II SiO 2 0,60 Sumber : PT. CCIC , 2013 Dalam standar Occupational Safety and Health Administration OSHA dalam Material Safety Data Sheet MSDS Calcium Carbonate, Solid bahwa ambang batas dari Silika tidak boleh lebih dari 2. Berdasarkan hasil pengujian SiO 2 dari batu kapur yang sebelum dibakar diperoleh sebesar 3,46, batu kapur setelah di bakar I sebesar 1,03 dan batu kapur setelah di bakar II sebesar 0,60. Maka dapat di simpulkan jenis batu kapur yang memiliki bahaya kesehatan secara kronis atau pun akut dari adanya paparan kandungan silika yang berlebih adalah berasal dari batu kapur sebelum dibakar. Sedangkan pada batu kapur yang telah mengalami pembakaran kadarnya menurun sampai 1, dan dapat di simpulkan bahwa batu yang telah mengalami pembakaran masih berada pada nilai ambang batas yang ditetapkan. Adapun hasil pengujian ada pada lampiran 7. Silika bebas SiO 2 yang terdapat pada debu dari bahan material yang mengandung SiO 2 dapat terhirup sehingga menyebabkan penyakit silicosis yang termasuk dalam golongan pneumoconiosis. Penyakit silicosis ini sering ditemui pada pekerja-pekerja diperusahaan yang menghasilkan batu-batuan yang mengandung

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 19 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERENGOLAHAN BATU KAPUR

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERRachman Efendi

0 14 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Batu Bata Di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Tahun 2015.

0 5 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INFORMAL PENGOLAHAN KAPUK UD.TUYAMAN DESA SIDOMUKTI WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013.

0 4 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung | Anes | JIKMU 8490 16812 1 SM

0 0 8

View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT KASUR (STUDI KASUS DI DESA BANJARKERTA KARANGANYAR PURBALINGGA)

0 0 5

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL DI LIGU SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 10