Kerangka Konsep Penelitian KERANGKA KONSEP

55

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini ingin mengetahui hubungan faktor lingkungan yaitu konsentrasi udara ambien akibat aktivitas pengolahan batu kapur yang menimbulkan pencemaran udara dan menjadi agent penyakit. Pencemaran udara yang berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Adapun bahan pencemar dari aktivitas tersebut salah satunya adalah partikel debu PM 10 . Debu yang berukuran 5-10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke dalam alveoli, meskipun memiliki kapasitas yang rendah, namun apabila jumlahnya sudah terakumulasi tinggi di udara dan terhirup secara terus menerus maka partikel debu akan tertimbun dalam paru untuk terdeposit didalam alveoli. Akibat PM 10 yang masuk dalam jaringan alveoli dapat menyebabkan reaksi gangguan fungsi paru yang akut dan kronik. Konsentrasi udara ambien dari PM 10 tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi sebagai analisis prediksi terhadap terjadinya gangguan fungsi paru. Faktor meteorologi tersebut antara lain suhu, kelembaban dan arah angin. Faktor risiko lainnya yang dapat menimbulkan gangguan fungsi paru adalah faktor individu pekerja host yang diteliti berdasarkan keberagaman karakteristik antara lain; umur, semakin bertambahnya umur, volume paru dan elatisitas paru akan semakin menurun, sehingga menyebabkan kapasitas vital paru menurun dan dapat mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang. Konsumsi merokok, efek dari ribuan zat kimia yang terkandung olah rokok memicu timbulnya keluhan saluran pernapasan dan gangguan ventilasi paru pada pekerja, karena saat merokok terjadi pembakaran tembakau yang mengeluarkan polutan partikel dan asap yang akan melumpuhkan silia sehingga pembersihan jalan napas terhambat, selain itu dapat menyebabkan iritasi dan sekresi mukus yang berlebih pada bronkus, keadaan seperti ini dan menimbulkan gangguan pernapasan. Masa kerja, semakin lama seseorang bekerja mempengaruhi jumlah expossure duration dari agent yaitu PM 10 yang terhirup dari udara bebas yang terakumulasi dalam paru-parunya, apabila masa kerja mencapai 70 tahun lebih akan menimbulkan efek karsinogenik dan non karsinogenik dalam waktu 30 tahun sesuai dengan standard expossure duration untuk orang dewasa yang dapat mempengaruhi fungsi paru. Status gizi, dapat mempengaruhi imunitas dan anti bodi seseorang sehingga mudah terserang infeksi, berkurangnya kemampuan tubuh melakukan detoksifikasi terhadap benda asing yaitu PM 10 dan mempengaruhi reaksi efek polutan dalam paru yang dapat menimbulkan gangguan paru. Suhu atau temperatur lingkungan mempengaruhi kadar konsentrasi bahan polutan di lingkungan kerja, saat suhu lingkungan tinggi akan terjadi peningkatan konsentrasi bahan polutan semakin meningkat. Keadaan tersebut juga akan tidak terjadi pertukaran udara, hal ini akan menimbulkan kondisi lingkungan kerja yang kritis dan berisiko bagi kesehatan respirasi pekerja. Kelembaban udara di lingkungan kerja akan mempengaruhi reaktifitas dari polutan pencemar yaitu debu terhadap tubuh. Kondisi yang tidak baik yaitu saat kelembaban relative rendah, hal ini akan berisiko juga jangkitnya bakteri yang berektif dengan bahan polutan yang dapat masuk ke saluran pernafasan yang mempengaruhi saluran mukus. Adapun variabel yang tidak diteliti dari faktor lingkungan adalah udara ambien SO 2 dan NO 2 , karena keterbatasan alat pengukuran dari laboratorium. Variabel yang tidak diteliti lainnya adalah jenis kelamin, karena hampir seluruh pekerja penambang dan pengolahan batu kapur adalah laki-laki, sehingga akan bersifat homogen. Kebiasaan menggunakan APD juga tidak diteliti karena saat studi pendahuluan pekerja tidak ada yang menggunakan APD seperti masker, sehingga jika diteliti tidak ada variasinya. Variabel aktifitas fisik olahraga juga tidak dimasukan, karena hasil observasi dan pengamatan rata-rata aktivitas pekerja yang mereka prioritaskan untuk bekerja dan beristirahat saja, hal ini kan terlihat ketidak beragaman data, serta variabel lama paparan tidak diteliti karena para pekerja rata-rata bertempat tinggal di sekitar lingkungan kerja dan cenderu berada disekitar lokasi keja selama 24 jam. Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kadar PM 10 Udara Ambien Status Gizi Umur Masa Keja Suhu Konsumsi Merokok Gangguan Fungsi Paru Kelembaban

3.2. Hipotesis

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 19 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERENGOLAHAN BATU KAPUR

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERRachman Efendi

0 14 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Batu Bata Di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Tahun 2015.

0 5 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INFORMAL PENGOLAHAN KAPUK UD.TUYAMAN DESA SIDOMUKTI WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013.

0 4 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung | Anes | JIKMU 8490 16812 1 SM

0 0 8

View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT KASUR (STUDI KASUS DI DESA BANJARKERTA KARANGANYAR PURBALINGGA)

0 0 5

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL DI LIGU SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 10