12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fungsi Paru
Fungsi paru yang utama dalam Yunus 2006 adalah proses respirasi yaitu pengambilan oksigen dari udara luar yang masuk ke dalam saluran napas
dan terus ke dalam darah. Oksigen digunakan untuk proses metabolisme dan karbondioksida yang terbentuk pada proses terebut dikeluarkan dari dalam
darah ke udara luar. Proses respirasi di bagi ke dalam tiga tahap, yaitu: a. Ventilasi yaitu proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta
keluarnya karbondioksida dari alveoli ke udara luar. b. Difusi yaitu proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah,
serta keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli. c. Perfusi yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru
untuk di alirkan ke seluruh tubuh. Depnakertrans 2005 dalam penelitian Rahman 2008, adapun
gangguankelainan fungi paru biasanya adalah : a. Gangguan fungsi paru Restriktif
b. Gangguan fungsi paru Obstruktif c. Gangguan fungsi paru campuran Obstruktif-Restriktif
Pada penyakit paru obstruktif tertentu misalnya asma dan emfisema, ekspirasi mengalami gangguan dan jumlah udara yang dapat dihembuskan
secara paksa oleh individu, terutama secara cepat akan berkurang.
2.2. Gangguan Fungsi Paru
Menurut Pearce. E 1986 dalam Yulaekah 2007 pada individu normal terjadi perubahan nilai fungsi paru secara fisiologis sesuai dengan
perkembangan umur dan pertumbuhan parunya lung growth. Mulai pada fase anak sampai kira
– kira umur 22 – 24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan
umur. Beberapa waktu nilai fungsi parumenetap stasioner kemudian menurun secara gradual pelan
– pelan, biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan, berikutnya nilai fungsi paru KVP = Kapasitas Vital Paksa dan FEV1 = Volume
Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama mengalami penurunan rerata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun umur individu.
Gangguan fungsi ventilasi paru merupakan jumlah udara yang masuk ke dalam paru akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru
yang utama dalam Lauralee 2001 adalah sebagai berikut:
1. Penyakit Paru Obstruktif Menahun.
Dalam Lauralee 2001 penyakit paru obstruktif menahun PPOM, chronic obstructive pulmonary disease, COPD adalah sekelompok penyakit
paru yang ditandai oleh peningkatan resistensi saluran pernafasan akibat penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyakit paru obstruktif
menahun mencakup tiga penyakit kronik jangka panjang yaitu asma, bronkhitis kronis dan emfisema. Pada asma, obstruksi saluran pernafasan
disebabkan oleh pertama, konstriksi berlebihan saluran pernafasan halus
karena spasme otot polos di dinding saluran pernafasan tersebut yang diindikasi oleh alergi; kedua, penyumpatan saluran pernafasan oleh sekresi
berlebihan mukus yang sangat kental; dan ketiga, penebalan dinding saluran pernapasan akibat peradangan dan edema yang diindikasi oleh histamine.
2. Emfisema
Menurut Lauralee 2001 emfisema didefinisikan sebagai salah satu pelebaran normal dari ruang-ruang udara paru disertai dengan destruksi dari
dindingnya. Beberapa ahli memperluas definisi ini memasukkan pelebaran ruang-ruang udara dengan atau tidak disertai destruksi dari dindingnya.
Emfisema ditandai oleh kolapsnya saluran pernapasan halus dan rusaknya dinding alveolus. Keadaan ireversibel ini dapat timbul melalui dua cara, yang
tersering, emfisema timbul akibat pengeluaran enzim-enzim destruktif, misalnya tripsin dari makrofag alveolus sebagai respons terhadap pajanan
berulang dari asap rokok atau bahan kimiawi iritan lainnya.
3. Penyakit Paru Restriktif
Penyakit paru interstisial merupakan istilah untuk semua penyakit terutama yang ditandai dengan jelas pada dinding alveolar, proses dimulai
dengan peradangan interstisial terutama yang mengenai septasepta, sel imunokompeten yang aktif kemudian terkumpul di dinding alveolar yang
menjadi penyabab kerusakan.
Akibat yang paling ditakutkan dari penyakit ini ialah penebalan fibrosis dinding alveolar, yang menimbulkan kerusakan menetap pada fungsi
pernapasan dan mengacaukan arsitektur paru. Bersamaan dengan itu pembuluh darah halus menyempit dan menyebabkan hipertensi pulmonalis, pelebaran
dinding alveolar dan kontraksi jaringan fibrosis dapat mengecilkan ukuran rongga udara dan paru menjadi berkurang kemampuannya, sehingga pertukaran
gas mengalami gangguan. Dengan demikian penyakit paru restriktif merupakan penyebab utama paru menjadi kaku dan mengurangi kapasitas vital dan
kapasitas paru.
4. Bronkitis Kronik
Bronkhitis kronik adalah peradangan kronik saluran pernapasan bagian bawah, yang umumnya dicetuskan oleh pajanan berulang dari asap rokok, udara
berpolusi atau alergan. Sebagai respons terhadap iritasi kronik, saluran pernapasan menyempit akibat penebalan edematosa kronik bagian dalam
saluran pernapasan, disertai produksi berlebih mukus yang kental. Walaupun pengidap sering batuk karena iritasi kronik, mukus penyumbat sering tidak
dapat dikeluarkan, terutama karena ekskalator mukus lumpuh oleh bahan iritan. Hal ini akan menyebabkan sering terjadi infeksi paru oleh bakteri, karena
mukus yang tertimbun merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
2.3. Epidemiologi Gangguan Fungsi Paru