Profil Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari

bahan bakar saat pembakaran. Oleh karena itu rata-rata pekerja pada bagian pembakaran bekerja selama 24 jam. Rata-rata dalam satu tungku proses produksi memerlukan tenaga kerja sekitar 7-8 orang yang bekerja bergantian mulai dari tahap penghancuran sampai pengepakkan tepung kapur memerlukan waktu kurang lebih selama empat hari. Namun, dikarenakan aktivitas pengolahan batu kapur ini masih bersifat illegal, maka jumlah pasti dari buruh tenaga yang ada di desa Tamansari ini tidak tercatat oleh petugas setempat maupun pemerintah daerah. Selain itu sifat kerja para buruh ini tidak memiliki sistem kontrak kerja dengn pemilik Lio, namun mereka cenderung untuk berpindah-pindah dari satu pemilik ke pemilik lain yang bersifat kerja borongan. Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dari responden penelitian sebanyak 40 pekerja, rata-rata asal daerah pekerja yang banyak terlibat dalam aktivitas pengolahan batu kapur adalah warga setempat yaitu dari Kab. Karawang sebanyak 30 orang 71,4 dan dari luar daerah Kab. Karawang sebanyak 10 orang 23,8. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Asal Daerah Pada tahapan proses, pengolahan batu kapur ini menggunakan metode pembakaran sederhana yang membutuhkan lubang atau tungku pembakaran, atap dan sedikit lahan sebagai tempat penyimpanan hasil pembakaran. Selain itu, saat proses pembakaran membutuhkan komponen material dan bahan bakar. Adapun material yang digunakan masih sangat sederhana yaitu seperti kapak sebagai penghancur, katrol sumur dan ember sebagai alat pengangkut hasil pembakaran dan scope. Bahan bakar yang digunakan saat proses pembakaran adalah limbah padat seperti limbah ban, kain dan karet yang dibeli oleh pemilik dari sentra-sentra limbah padat. Tidak ada kandungan bensin atau oli yang digunakan sebagai bahan bakar. Adapun tahapan proses produksi pengolahan batu kapur dimulai dengan : 1. Pemecahan batu kapur 2. Pengisian batu kapur ke dalam tungku 3. Pembakaran batu kapur dengan bahan bakar limbah padat karet, ban dan kain selama 48 jam 4. Pemadaman kapur dengan air 5. Pembongkaran hasil pembakaran 6. Pengayakan dan pengemasan ke dalam karung siap untuk dipasarkan. Permintaan hasil pengolahan batu kapur yang hasil akhirnya menjadi semen putih dan bongkahan batu kapur yang sudah dibakar cukup tinggi. Mulai dari dalam daerah sampai luar daerah Kab. Karawang seperti Bandung, Cilegon dan Banten yang akan diolah kembali menjadi bahan campuran pembuatan besi, baja, kaca dan material lainnya. Berdasarkan hasil wawancara salah satu pemilik Lio, usaha pengolahan batu kapur ini bersifat “borongan” atau berdasarkan pesanan dari pelaku usaha kapur lain. Biasanya dalam satu minggu bisa menghasilkan produksi 13 tonmiggu dengan harga jual per kilo gram hasil olahan batu kapur Rp 350,- kg.

5.2. Hasil Analisis Univariat

5.2.1. Gambaran Kejadian Gangguan Fungsi Paru Pekerja Pengolahan Batu

Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 Dalam penelitian ini gangguan fungsi paru diklasifikasi berdasarkan hasil pengukuran fungsi paru menggunakan spirometri dari Laboratorium Klinik Westrindo Jakarta. Kriteria yang digunakan untuk menentukan gangguan fungsi paru yaitu kategori normal ≥ 80 dan kategori tidak normal 80 dari Force Vital Capacity FVC yaitu kapasitas fungsi paru. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data gangguan fungsi paru dari 40 responden yang menunjukan adanya gangguan sebanyak 7 orang 17,5 dengan kategori restriksi ringan dan sedang sedangkan 33 orang 82,5 tidak ada gangguan fungsi paru dengan kapasitas vital paksa ≥ 80. Daftar kapasitas paru responden dan karakteristik individu ada pada lampiran 6. Hal ini tersajikan pada tabel distribusi gangguan fungsi paru pada tabel 5.1. dibawah ini : Tabel 5.1. Distribusi Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 Variabel Kategori Frekuensi Persentase Gangguan Fungsi Paru Ada Gangguan 7 17,5 Tidak Ada Gangguan 33 82,5 5.2.2. Gambaran Faktor Karakteristik Individu Umur, Masa Kerja, Konsumsi Rokok dan Status Gizi pada Pekerja Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Tahun 2013 Data jenis pekerjaan responden penelitian diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dengan wawancara terpimpin oleh peneliti. Distribusi jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.2. Dari 40 responden yang bekerja pada bagian penghancuran batu kapur sebanyak 3 orang 7,5, bagian pembakaran sebanyak 14 orang 35, bagian pembongkaran hasil pembakaran sebanyak 18 orang 45 dan bagian akhir yaitu pengepakkan hasil pembakaran dan pengayakan batu kapur yang sudah menjadi seperti tepung atau semen putih adalah sebanyak 5 orang 12,5. Tabel. 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan di Pengolahan Batu Kapur Desa Taman Sari Tahun 2013 Variabel Kategori Frekuensi Persentase Jenis Pekerjaan Penghancuran 3 7,5 Pembakaran 14 35 Pembongkaran 18 45 Pengepakan 5 12,5 Jumlah 40 100 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi paru terdiri dari faktor karakteristik individu pekerja yaitu umur, masa kerja, status gizi dan perilaku merokok. Adapun distribusi faktor-faktor karakteristik individu yang tidak

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 19 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERENGOLAHAN BATU KAPUR

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBERRachman Efendi

0 14 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di 5 Posyandu Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Karawang Tahun 2013

9 81 153

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Batu Bata Di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Tahun 2015.

0 5 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INFORMAL PENGOLAHAN KAPUK UD.TUYAMAN DESA SIDOMUKTI WELERI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013.

0 4 15

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung | Anes | JIKMU 8490 16812 1 SM

0 0 8

View of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT KASUR (STUDI KASUS DI DESA BANJARKERTA KARANGANYAR PURBALINGGA)

0 0 5

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL DI LIGU SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 10