2.3. Epidemiologi Gangguan Fungsi Paru
Menurut Simpson 1998 dalam Aviandari dkk 2008 penyakit saluran napas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan erat dengan lamanya
pajanan terhadap debu tertentu. Di negara yang sedang berkembang ditemukan masih banyak orang yang bekerja pada sector informal seperti pertanian dan
pertambangan non-formal, hal ini membuat problema akibat pajanan debu dilingkungan kerjanya.
Kemudian dalam Loekita dkk 2003 studi epidemiologi secara cross sectional menggambarkan tingginya gejala gangguan saluran napas diantara
pekerja yang terpajan langsung dengan debu dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpajan. Gangguan paru non-spesifik akibat iritasi diperkirakan juga
banyak berhubungan dengan para pekerja baik di pembakaran, karena intensitas pajanan debu berada disekitar area pabrik maka kemungkinan terjadi perbedaan
prevalensi dan tingkat keparahan penyakit saluran pernapasan. Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ tubuh lain dan berkisar
dari flu biasa dengan gejala-gejala serta gangguan yang relatif ringan sampai pneumonia berat.
Menurut Price 1995 pada tahun 1989, kira-kira 142.000 orang meninggal dunia karena kanker paru-paru menduduki peringkat pertama dari
urutan kematian akibat kanker baik pada pria maupun wanita di Amerika Serikat. Angka ini terus mencuat ketingkat yang membahayakan dan
prevalensinya saat ini kira-kira 25 kali lebih tinggi dibandingkan 25 tahun yang lalu. Insidens penyakit pernapasan kronik, terutama emfisema paru-paru dan
bronkitis kronis semakin meningkat dan sekarang merupakan penyebab utama gangguan serta cacat kronik pada pria dan penyakit jantung.
2.4. Pemeriksaan Kapasitas Fungsi Paru
Menurut Guyton 2001 dalam Yulaekah 2007 Kapasitas fungsi paru merupakan kesanggupan atau kemampuan paru untuk atau dalam menampung
udara di dalam. Kapasitas paru adalah suatu kombinasi peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau menyatakan dua atau lebih volume paru yaitu volume alun
nafas, volume cadangan ekspirasi dan volume residu. Adapun kapasitas paru dapat di bedakan sebagai berikut:
a. Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paruparu pada inspirasi sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang di dapat
tergantung dari beberapa hal yaitu kondisi paru, umur, sikap, dan bentuk seseorang.
b. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat di keluarkan setelah ekspirasi maksimal Syaifudin, 1997.
Menurut Lauralee 2001 Kapasitas paru dapat di bedakan empat yaitu: a. Kapasitas inspirasi
b. Kapasitas residu fungsional c. Kapasitas vital
d. Kapasitas paru total Dari klasifikasi atau penggolongan kapasitas paru di atas, maka yang
dapat digunakan untuk pengukuran kapasitas vital paru merupakan pengukuran kemampuan menghirup udara sekuat-kuatnya hingga menghembuskannya
dengan maksimal Lauralee 2001. Menurut Guyton 2001 dalam Yulaekah 2007 pengukuran kapasitas
vital paru yaitu jumlah terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru setelah inspirasi maksimum. Seringkali digunakan di klinik sebagai indeks fungsi paru.
Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernafasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain yang
berhubungan dengan gangguan fungsi paru
2.5. Sistem Pernafasan