Siklus I a Tahap Perencanaan

Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS Lembar Kerja Siswa yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok. Dan pada proses inilah, siswa diharapkan dapat lebih leluasa bertanya kepada teman dan guru sehingga dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik. Pada saat peneliti mengajukan pertanyan kepada subyek, serta menjawab pertanyaan pada LKS secara lisan, belum ada siswa yang berani maju ke depan. Sehingga peneliti menunjuk beberapa siswa untuk menjawabnya yakni S 10, S 11 , dan S 22 , mereka tampak ragu-ragu dan terbata-bata dalam menjawabnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terdapat kekurangan pada pembelajaran yang dilakukan, yaitu peneliti kurang memotivasi siswa pada saat awal pembelajaran dan kurangnya penjelasan tentang model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT yang sedang digunakan. Hal ini diasumsikan oleh peneliti dan observer sebagai penyebab siswa menjadi kurang memperhatikan pelajaran. 2 Pertemuan ke 2 - Senin, 22 Maret 2010 Pertemuan kedua berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan pertama ini ada 34 orang. Pada pertemuan kedua, materi yang disampaikan adalah sifat-sifat balok dan bagiannya. Saat ini siswa sudah lebih tertib untuk duduk berdasarkan kelompoknya dan pembelajaran matematika berlangsung lancar. Untuk menarik perhatian siswa saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti menggunakan media balok dengan ukuran dan warna yang bervariasi untuk memudahkan dalam proses pembelajaran. Saat memulai pembelajaran, siswa langsung duduk menempati posisi kelompoknya masing-masing. Kelompok 1 dan 4 yang tampak sangat nyaman dengan kelompoknya, dapat 59 mengikuti pembelajaran dengan lebih tertib. , S 1, S 3 dan S 14 bersemangat dalam menerima materi pelajaran, diketahui dari seringnya mereka bertanya kepada guru dan kelompoknya. Mereka juga tidak ragu menjawab pertanyaan guru secara lisan. Hal ini memotivasi teman sekelompoknya untuk juga aktif dan berkonsentrasi selama pembelajaran. Lain halnya dengan kelompok 5, S 20 yang kurang disiplin terkadang membuat temannya kurang berkonsentrasi dan lebih sering mengobrol sendiri. Sementara kelompok 7 masih kurang bekerja sama, terlihat dari anggota laki-laki, yakni S 26 , S 27 dan S 29 hanya berdiskusi dengan mereka sendiri dan anggota perempuan, yakni S25 dan S28 juga demikian. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok. Beberapa siswa mulai saling bertanya kepada teman dan guru, yakni S 3 , S 13 , S 17 ,dan S 23 sehingga dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor anggota 3 yang mengerjakan LKS di papan tulis, yakni S 3 , S 7 , S 11 , S 15 ,S 19 , S 23 , S 29 dan S 32 . Karena pada pertemuan kedua materi masih berupa definisi bangun ruang sisi datar, siswa belum banyak bertanya dengan teman sekelompoknya saat diminta untuk mengerjakan LKS di depan kelas. Namun beberapa siswa S 7 dan S 34 tampak kurang menyimak saat pemberian materi sehingga mereka tidak mampu menjawab LKS dan lebih memilih tidak mengumpulkan LKS. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terdapat kekurangan pada pembelajaran pada pertemuan kedua ini, yaitu peneliti kurang memberi pengertian siswa mengenai pentingnya pengerjaan LKS. Hal ini diasumsikan oleh peneliti dan observer sebagai penyebab siswa menjadi kurang bersemangat 60 dalam mengerjakan tugas LKS yang diberikan. 3 Pertemuan ke 3 - Selasa, 23 Maret 2010 Pertemuan ketiga berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini ada 32 orang dan siswa yang tidak hadir ada 2 orang. Yaitu S 22 dan S 27 karena sakit. Materi yang disampaikan adalah jaring-jaring kubus dan balok. . Pembelajaran matematika berlangsung lancar, namun masih ada kelompok siswa yang belum tertib dan belum bekerja sama dengan baik, yakni kelompok 5 dan 8. Peneliti menggunakan media jaring-jaring balok dan kubus dengan ukuran dan warna yang bervariasi untuk memudahkan dalam proses pembelajaran. Saat menjelaskan materi, peneliti membuat jaring-jaring kubus dan balok dengan benda yang siswa bawa dari rumah agar siswa mengetahui bahwa materi matematika ternyata dekat dengan kehidupannya sehari-hari. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang dilengkapi dengan kertas berpetak, kertas berwana merah dan perak untuk membedakan antara jaring-jaring kubus yang benar atau salah diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok.. Siswa tampak bersemangat untuk mengerjakannya hal ini tampak dari pernyataan S 9 “Wah, jarang-jarang nih pake kertas-kertas begini ” , S 14 “Wah, seru nih, Bu ” dan S 30 “ Warnanya lucu-lucu, Bu ”. Beberapa siswa S 6 , S 7 , S 9 , S 14 , S 19 , S 23 , dan S 30 mulai saling bertanya kepada teman dan guru sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor anggota 5 yakni S 29 dan S 34 mengerjakan LKS di depan kelas. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer bahwa 61 siswa mulai menyukai situasi pembelajaran karena menggunakan media yang melibatkan mereka. Hal ini diasumsikan oleh peneliti dan observer sebagai penyebab siswa menjadi bersemangat dalam mengerjakan tugas LKS yang diberikan. 4 Pertemuan ke 4 - Senin, 5 April 2010 Pertemuan keempat berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan keempat ini ada 32 orang dan siswa yang tidak hadir ada 2 orang. Yaitu S 27 karena sakit dan S 28 dikarenakan izin. Materi yang disampaikan adalah luas permukaan kubus dan balok. Peneliti menggunakan media kubus dan balok serta jaring- jaringnya ukuran dan warna yang bervariasi dan mengarahkan siswa untuk menyimpulkan bagian-bangiannya sehingga dapat dihitung luas permukaannya. Kelompok 3, 5 dan 8 pada pertemuan sebelumnya kurang bekerja sama, saat ini sudah mampu melakukan pembagian tugas dalam diskusi kelompok. S 18 di kelompok 5 mampu mengondisikan teman sekelompoknya sehingga selama pembelajaran lebih aktif bertanya dan cepat dalam mengerjakan tugas. Pada kelompok 3, S 9 dan S 12 terlibat aktif membimbing S 10 dan S 11 yang cenderung diam selama proses pembelajaran. Sedangkan S 30 dan S 33 di kelompok 8 aktif bertanya dan tidak ragu mengoreksi guru saat terjadi kesalahan dalam penyampaian materi. Gambar 2 menunjukkan munculnya indikator memandang lawan bicara saat mengajakdi ajak bicara yaitu S 15 terhadap S 16 . 62 Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok. Beberapa siswa S 1 , S 18 , S 30 , dan S 33 mulai saling bertanya kepada teman dan guru serta bersemangat dalam menyelesaikan LKS sehingga kondisi kelas lebih aktif dan kondusif. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor anggota 4 yakni S 4 , S 8 , S 12 , S 16 , S 20 , S 24 , dan S 33 mengerjakan LKS di papan tulis. Perwakilan kelompok 4 S 16 dan 5 S 20 dapat menyelesaikan dengan waktu lebih cepat dari kelompok yang lain. 5 Pertemuan ke 5 - Selasa, 6 April 2010 Pertemuan kelima berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan kelima ini ada 30 orang sedangkan S 9 , S 14 , S 33 dan S 34 tidak hadir dikarenakan mengikuti pertandingan futsal. Pada pertemuan kelima, materi yang disampaikan adalah volume kubus dan perubahannya jika panjang rusuknya berubah. Peneliti menggunakan media kubus Gb. 2. Siswa tampak bekerja sama dan bersemangat dalam mengerjakan LKS yang diberikan. 63 dengan ukuran dan warna yang bervariasi, kerangka kubus untuk mengarahkan siswa menyimpulkan pengertian volume pada bangun ruang kubus. Peneliti juga menggunakan kerangka kubus dan kubus-kubus dengan panjang rusuk 5 cm yang siswa buatan sendiri. Saat menjelaskan tentang volume, siswa diminta untuk memasukan kubus mereka ke dalam kerangka kubus yang diletakkan di depan kelas, sehingga siswa dapat memahami pengertian volume dan mempraktekkan cara mencari volume kubus. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, namun masih 2 kelompok yang belum bekerja sama dengan baik yakni kelompok 2 dan 6. Di kelompok 2, S 7 masih malas-malasan dalam diskusi kelompok dan S 8 cenderung pendiam sehingga S 5 dan S 6 hanya mendiskusikan materi pelajaran berdua saja. Sedangkan di kelompok 6, S 22 lebih sering bertanya kepada S 9 di kelompok 3 sehingga S 21 ,S 23 dan S 24 jarang melibatkan S 22 dalam diskusi kelompok. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok. Beberapa siswa S 2 , S 13 , S 15 , S 21 , dan S 24 saling bertanya kepada teman sekelompok dan kelompok lain untuk memastikan kebenaran jawabannya sehingga dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa perwakilan kelompoknya dengan nomor urut 2 yakni S 2 , S 6 , S 10 , S 18 , S 22 , S 26 dan S 31 mengerjakan LKS di papan tulis. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terdapat kekurangan pada pengajaran yang dilakukan, yaitu peneliti kurang optimal dalam membimbing siswa pada tiap kelompok selama proses pembelajaran. Hal ini diasumsikan oleh peneliti dan observer sebagai penyebab masih ada siswa yang hanya mengandalkan teman yang pintar di kelompoknya. Gambar 3 64 menunjukkan munculnya indikator mengekspresikan pendapat. 6 Pertemuan ke 6 - Kamis, 15 April 2010 Pertemuan keenam berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan keenam ada 33 orang, sedangkan S 34 tidak hadir tanpa keterangan. Materi yang disampaikan adalah volume balok dan perubahannya jika panjang rusuknya berubah. Media yang digunakan adalah kubus dan balok dengan ukuran dan warna yang bervariasi dan kerangka balok untuk mengarahkan siswa menyimpulkan pengertian volume balok dan perbedaannya dengan volume kubus. Peneliti menjelaskan volume balok menggunakan kubus-kubus siswa pada pertemuan sebelumnya yang dimasukan ke dalam kerangkan balok dengan menggabungkan dua buah kubus yang berwarna sama dan membandingkan perubahan panjang rusuknya dengan volume balok yang dihasilkan. S7, S9, S14, S17, S30 bersemangat selama pembelajaran, hal ini terlihat dari antusias mereka dalam membantu peneliti untuk menentukan volume balok dan perubahannya di depan kelas. Gambar 4 menunjukkan munculnya indikator bekerja sama secara kooperatif dalam kelompok. Gb. 3. Siswa dengan nomor urut 2 di kelompok 5, 6 dan 7 sedang menyelesaikan LKS di depan kelas. 65 Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok. Beberapa siswa sudah bekerja sama dengan teman sekelompoknya dan kelompok lain untuk memastikan kebenaran jawabannya sehingga dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik. Gambar 5 menunjukkan munculnya indikator mengarahkan atau memerintah orang lain, bekerja secara kooperatif dalam kelompok dan duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial serta berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit gangguan. Gb. 4. S 30 , S 31 , S 32 dan S 33 di kelompok 8 sedang membahas kembali hasil LKS di pertemuan 3 yang lalu. Gb. 5. Kelompok 1 dan kelompok 8 sedang bekerja sama dalam menyelesaikan LKS. 66 Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa perwakilan kelompoknya dengan nomor anggota 1 yakni S 1 , S 5 , S 9 , S 13 , S 17 , S 21 , S 25 dan S 30 . mengerjakan LKS di papan tulis. Berasarkan hasil koreksi bersama, seluruh kelompok mendapat nilai 100 kecuali kelompok 5, karena ada kesalahan dalam menjawab. Diharapkan dengan adanya variasi penilaian LKS setiap anggota akan merasa ikut bertanggungjawab atas nilai kelompoknya. Sehingga siswa yang cerdas dan yang nilainya sedang, merasa mampu untuk menyumbangkan nilai untuk kelompoknya. Hal ini untuk mengurangi sikap saling mengandalkan pada siswa yang pandai dan rasa minder oleh siswa yang kurang pandai. 7 Pertemuan ke 7 - Selasa, 2 April 2010 Pertemuan ketujuh berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan ketujuh ini ada 34 orang. Pada pertemuan ini, peneliti melaksanakan evaluasi individu mengenai materi yang sudah diberikan sebelumnya pada siklus 1. Siswa tidak duduk berkelompok, seluruh siswa menempati tempat duduknya seperti biasa yakni berpasangan. S 7, S 22 dan S 34 yang pada siklus I sering kurang berkonsentrasi, tampak gelisah saat mengerjakan soal dan terkadang menanyakan jawaban kepada temannya secara diam-diam. Adapun S 2 , S 10 , dan S 11 yang kurang aktif selama siklus I tampak kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan. Sedangkan S3, S12, S14, S20, dan S26 yang aktif selama pembelajaran, terlihat lancar dan percaya diri mengerjakan soal evalusi. Setelah jam pelajaran matematika berakhir, seluruh siswa mengumpulkan soal evaluasi dengan tepat waktu. 67 c Tahap Observasi dan Analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru mata pelajaran matematika observer melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT dan kepercayaan diri siswa selama proses pembelajaran. Penilaian terhadap kepercayaan diri siswa dilakukan melalui skala kepercayaan diri, lembar observasi kepercayaan diri siswa dan wawancara sebelum tindakan dan setelah siklus I, serta penilaian pendukungnya melalui tes evaluasi individu di akhir siklus I. Hasil skala kepercayaan diri siswa dijelaskan seperti berikut ini:

1. Skala Kepercayaan Diri

Hasil skala kepercayaan diri selama siklus I diperoleh dari skala kepercayaan diri yang diberikan pada siklus I. Hasil skala kepercayaan diri siswa pada siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Gb.6. Siswa tampak tertib menyelesaikan evaluasi individu di akhir siklus 1. Tabel III.4 Hasil Skala Kepercayaan Diri Tiap Siswa pada Siklus I Berdasarkan tabel III.4 terlihat bahwa skor skala kepercayaan diri tiap siswa pada siklus I ini menunjukkan terdapat 3 siswa dalam kategori rendah yaitu S 1 , S 7 dan S 25 . Sedangkan 31 siswa lainnya dalam kategori sedang yaitu S 2 , S 3 , S 5 , S 6 , S 8 , S 9 , S 10 , S 11 , S 12 , S 13 , S 14 , S 15 , S 16 , S 17 , S 18 , S 19 , S 20 , S 21 , S 22 , S 23 , S 24 , S 26 , S 27 , S 29 , S 30 , S 31 ,S 32 , S 33 , dan S 34 . No Subyek Skor Kategori No Subyek Skor Kategori 1 S1 90 Rendah 18 S18 114 Sedang 2 S 2 102 Sedang 19 S 219 114 Sedang 3 S 3 112 Sedang 20 S 20 118 Sedang 4 S 4 107 Sedang 21 S 21 119 Sedang 5 S 5 118 Sedang 22 S 22 `103 Sedang 6 S 6 130 Sedang 23 S 23 114 Sedang 7 S 7 80 Rendah 24 S 24 115 Sedang 8 S 8 108 Sedang 25 S 25 95 Rendah 9 S 9 106 Sedang 26 S 26 111 Sedang 10 S 10 110 Sedang 27 S 27 121 Sedang 11 S 11 110 Sedang 28 S 28 109 Sedang 12 S 12 120 Sedang 29 S 29 103 Sedang 13 S 13 121 Sedang 30 S 30 132 Sedang 14 S 14 135 Sedang 31 S 31 115 Sedang 15 S 15 105 Sedang 32 S 32 118 Sedang 16 S 16 123 Sedang 33 S 33 120 Sedang 17 S 17 111 Sedang 34 S 34 104 Sedang Tabel III.5 Pengkategorian Hasil Skala Kepercayaan Diri Siswa pada Siklus I Kategori Kepercayaan Diri Interval Skor Frekuensi Persentase Rendah 3 8,82 Sedang 31 91,1 Tinggi Berdasarkan tabel III.5 terlihat bahwa skala kepercayaan diri siswa pada siklus I ini menunjukkan masih terdapat siswa dengan kategori rendah dan belum ada siswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehingga belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang diharapkan.

2. Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa

Hasil observasi kepercayaan diri selama siklus I diperoleh dari lembar observasi kepercayaan diri yang diberikan pada siklus I. Hasil observasi kepercayaan diri siswa pada siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel III.6 berikut: 70 Tabel III.6 Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Tiap Siswa pada Siklus I Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa lembar observasi kepercayaan diri siswa pada siklus I ini menunjukkan skor munculnya indikator kepercayaan diri selama pembelajaran matematika masih rendah, dengan skor terendah 15 S 34 dan tertinggi 45 S 23 . No Subyek Sk or No Subyek Skor 1 S1 39 18 S18 35 2 S 2 32 19 S 219 26 3 S 3 34 20 S 20 30 4 S 4 35 21 S 21 35 5 S 5 27 22 S 22 21 6 S 6 38 23 S 23 45 7 S 7 36 24 S 24 28 8 S 8 39 25 S 25 27 9 S 9 26 26 S 26 34 10 S 10 35 27 S 27 20 11 S 11 40 28 S 28 27 12 S 12 37 29 S 29 27 13 S 13 34 30 S 30 34 14 S 14 40 31 S 31 36 15 S 15 38 32 S 32 29 16 S 16 42 33 S 33 35 17 S 17 35 34 S 34 15 71

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8