Cooperative Learning Tipe Numbered Head Togerher NHT

Gambar I.1 Langkah-langkah NHT Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan : a Siswa dikelompokkan dengan masing- masing 3-5 anggota dan setiap anggota kelompok diberi nomor. b Menginformasikan materi yang akan dibahas c Menyampaikan tujuan dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan d Memotivasi siswa dan memberikan apersepsi tentang materi sebelumnya. Langkah 1 : Penomoran Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan d Guru memanggil satu nomor dari kelompok secara acak, siswa yang dipanggil mengacungkan tangan, dan menjawab pertanyaan guru. e Siswa dengan nomor anggota yang sama dari setiap kelompok lain bergiliran menjawab pertanyaan guru. f Guru memberikan pujian kepada kelompok yang menjawab dengan benar. g Memberikan kesempatan kepada siswa mencatat jawaban yang benar. Langkah 3 : Berpikir Bersama Kegiatan Inti: a Mengajukan pertanyaan b Memikirkan pertanyaan yang diberikan oleh guru c Menyatukan pendapat dengan cara mengerjakan tugas dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya Langkah 4 : Menjawab Penutup : a Memberikan umpan balik b Membimbing siswa menyimpulkan materi c Memberikan PR 28 Numbered Head Together memiliki kelebihan-kelebihan, beberapa diantaranya adalah 43 : a. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi secara bersama-sama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. b. Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. c. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar untuk siswa dapat mencapai pada kesimpulan yang diharapkan. d. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Sebaliknya beberapa kekurangan metode Numbered Head Together, diantaranya adalah: a. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. b. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai. c. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda -beda serta membutuhkan waktu khusus. Pada umumnya guru jarang menerapkan sistem kerja kelompok, karena beberapa alasan. Salah satunya karena penilaian dianggap kurang adil. Siswa yang tekun dan pandai merasa dirugikan karena temannya yang kurang mampu dan berusaha hanya mengikuti hasil pemikiran mereka. Sedangkan siswa yang kurang mampu, merasa seperti benalu. Fenomena di atas tidak terjadi dalam NHT. Hal ini dikarenakan setiap siswa berkesempatan untuk menyumbangkan nilai kepada 43 Suwarno, Pembelajaran Kooperatif Jenis Numbered Heads Together, Tersedia online: http:www.pdfqueen.comhtml, 30 Desember 2010, pk 12.30 WIB 29 kelompoknya, sehingga dengan adanya ketergantungan positif interdependency di dalam kelompok dapat mengarahkan siswa yang berkemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mereka mungkin tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik kelompok, membuat siswa yang lebih lemah sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru untuk menjawab atau menjelaskan hasil diskusi mereka di depan kelas. Melalui Cooperative Learning tipe NHT siswa diarahkan untuk lebih produktif selama proses pembelajaran melalui saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat dan berbicara dengan penuh perhitungan. Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dalam mempersiapkan diri untuk menyelesaikan LKS yang akan dipresentasikan. Di saat perwakilan kelompok menjawab dengan benar maka nilai optimal akan diberikan kepada seluruh anggota kelompok. Sebaliknya saat perwakilan kelompok, kurang tepat dalam menjawab maka nilai yang diberikan juga berkurang. Hal ini membuat anggota kelompoknya harus memastikan perwakilan kelompoknya memahami jawaban dan menjawab dengan benar untuk mencapai nilai optimal secara kelompok. Dan untuk siswa yang mewakili kelompoknya nilai individualnya didapat saat ia mampu menjelaskan jawaban di depan teman-temannya. Ini berarti setiap siswa, pandai ataupun lamban, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa lamban tidak akan merasa minder terhadap teman-teman mereka karena dapat memberikan sumbangan. Selain itu, mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka dan menumbuhkan kepercayaan dirinya. Pada penelitian ini, materi matematika yang diajarkan menggunakan Numbered Head Togerher NHT adalah Bangun Ruang Sisi Datar yang meliputi Kubus, Balok, Prisma dan Limas. Dengan Cooperative Learning tipe Numbered Head Togerher NHT ini, siswa dilatih untuk mengerjakan soal-soal dalam LKS dan mengungkapkan 30 jawabannya sehingga dapat membiasakan siswa untuk menggunakan rumus-rumus tersebut. Pembelajaran dengan tipe Numbered Head Togerher NHT sangat memungkinkan untuk diterapkan pada setiap materi, sehingga pada materi Bangun Ruang Sisi Datar tersebut, NHT akan dapat diterapkan. D. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan kepercayan diri dalam belajar matematika dengan Cooperative Learning tipe NHT, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan di antaranya : 1. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning dengan Teknik Kepala Bernomor Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Sebuah eksperimen di Mts Nurul Haq Balaraja”, Ubaidillah, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika jenjang pendidikan S1, 2009 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran koperatif dengan Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa. Hal ini didasarkan pada nilai t hitung sebesar 2,88 dan t tabel sebesar 2,02 pada taraf signifikansi = 0,05 untuk dk 78. Karena t hitung t tabel , 2,88 2,02 maka pengaruh sangat signifikan. Dengan demikian terdapat pengaruh metode NHT terhadap hasil belajar Fisika siswa. ✝ ✝ 2. “Hubungan Antara Pola Komunikasi Dalam Keluarga Dengan Kepercayaan Diri Siswa-Siswi SMP Negeri 11 Bekasi”, Fadli Hermansyah, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah 44 Ubaidillah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning dengan Teknik Kepala Bernomor Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Sebuah Eksperimen di MTs Nurul Haq Balaraja. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,2009 31 Jakarta, Fakultas Psikologi jenjang pendidikan S1, 2009 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola komunikasi dalam keluarga dengan kepercayaan diri siswa-siswi SMP 11 Bekasi. Hal ini didasarkan pada harga r hitung r tabel atau 0,490 0,235 pada taraf signifikansi 1 . Dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi dalam keluarga dengan kepercayaan diri siswa- siswi SMP 11 Bekasi. ✝ ✞

E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang berperan dalam keberhasilan proses pembelajaran adalah kepercayaan diri peserta didik. Kepercayaan diri yang tinggi dalam belajar dapat memudahkan perserta didik untuk memahami materi pembelajaran sekaligus meningkatkan prestasi belajar. Sampai saat ini di kalangan perserta didik masih beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga mengakibatkan munculnya ketidakpercayaan diri siswa dalam mempelajarinya. Matematika merupakan suatu ilmu yang memerlukan pola pemikiran dan penalaran membuat proses pembelajarannya harus mampu diorganisir agar mudah dalam memahami konsep-konsep yang ada. Kepercayaan diri yang merupakan keyakinan yang ada pada diri seseorang sangat berpotensi besar mendukung siswa dalam memahami pembelajaran matematika. Cooperative Learning diasumsikan dapat membantu para siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam belajar matematika. Pada pelaksanaannya Cooperative Learning menekankan siswa untuk menyadari perlunya belajar berpikir dan memecahkan masalah serta saling memberitahukan pengertian dan pemahaman kepada siswa yang membutuhkannya. Salah satu metode Cooperative Learning yang dapat 45 Fadli Hermansyah, Hubungan Antara Pola Komunikasi Dalam Keluarga Dengan Kepercayaan Diri Siswa-Siswi SMP 11 Bekasi, Jakarta:UIN Syarif Hidayatulla,2009 32 meningkatkan kepercayaan diri dalam pembelajaran matematika adalah tipe Numbered Head Together NHT. Dalam pendekatan Numbered Head Together NHT siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab dalam mempelajari materi pelajaran, diskusi bersama, saling membagi ide-ide, mempertimbangkan jawaban yang tepat, menstimulasi keterlibatan, tampil di depan kelas, menyampaikan pendapatnya tentang jawaban dari pertanyaan guru, dan mendengarkan secara cermat pendapat orang lain serta membuka diri terhadap bermacam pendapat. Maka siswa akan lebih percaya diri untuk belajar dan meyakini kemampuannya dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan pokok pemikiran tersebut peneliti mengajukan hipotesis tidakan sebagai berikut: “Metode Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika”. 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kota Tangerang Selatan yang beralamat di Jln. Pamulang Permai 2, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Tangerang 15124, pada Februari sampai dengan Mei 2010.

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas PTK atau classroom action research. Metode tindakan kelas ini menekankan pada suatu kajian yang benar dari situasi alami di kelas. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama deskripsi peningkatan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga pengungkapan makna dan proses pembelajaran sebagai usaha meningkatkan kepercayaan diri melalui Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT dapat terlaksana dengan optimal. Mampu tidaknya siswa dalam pembelajaran dapat tergantung pada tindakan guru. Tindakan guru apabila dicatat kemudian direfleksikan kembali permasalahannya, dapat dikatakan sebagai peneliti tindakan kelas. Sebab, peneliti tindakan kelas menurut Kemmis adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. 46 Adapun McNiff mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatan prestasi belajar, 46 Penelitian Tindakan Kelas.http:id.wikipedia.orgwikiPenelitian-tindakan-kelas. Senin,31 Januari 2011, pk 10:59 WIB 2 Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara.2006, 34 pengembangan keahllian mengajar, dan sebagainya. 47 PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu :

1. Perencanaan Planning

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas lembar kerja siswa, lembar observasi, skala kepercayaan diri siswa dan lembar wawancara.

2. Tindakan Acting

Tahap ke-2 dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas.

3. Pengamatan Observation

Tahap ke-3, yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat peneliti dengan menggunakan lembar observasi dan skala kepercayaan diri.

4. Refleksi Reflecting

Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan, sebagai berikut : h.102 35

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8