Tabel III.17 Peningkatan Hasil Skala Kepercayaan Diri Siswa pada
Siklus I dan II Berdasarkan Pengkategorian Kepercayaan Diri
Kategori Kepercayaan Diri Banyak Siswa
Persentase
Rendah menjadi Sedang 3
8,82 Rendah menjadi Tinggi
Sedang menjadi Tinggi 6
17,6
Tabel III.17 menunjukkan bahwa adanya peningkatan kepercayaan diri siswa dari kategori rendah menjadi sedang sebanyak 3 siswa, yaitu S
1
, S
7
, dan S
25
. Siswa pada kategori sedang menjadi tinggi sebanyak 6 siswa yaitu S
12
, S
13
, S
14
, S
18
, S
27
dan S
30
. Sedangkan tidak ada siswa yang pada kategori rendah meningkat menjadi tinggi.
Tabel III.18 Persentase Hasil Skala Kepercayaan Diri Siswa
pada Siklus I dan II
Kategori Kepercayaan Diri
Siklus I Siklus II
Perubahan
Rendah 8,82
-8,82
Sedang 91,1
82,4
-8,7
Tinggi
17,6
+17,6
Tabel III.17 menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus II telah dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui Cooperative Learning tipe NHT
dalam pembelajaran matematika. Ini terbukti dengan tidak adanya siswa yang berada pada kategori rendah, dimana pada siklus I ada siswa dalam kategori rendah sebesar
8,82 atau 3 siswa. Siswa yang berada pada kategori sedang sebesar 82,4 atau 28 siswa, dimana pada siklus I siswa dalam kategori sedang sebesar 91,1 atau 31
siswa. Siswa dalam kategori tinggi sebesar 17,6 atau 6 siswa, dimana pada siklus I tidak ada siswa yang berada dalam kategori tinggi.
2. Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa
Lembar observasi terdiri dari lembar observasi guru peneliti pada proses pembelajaran untuk menilai kualitas guru peneliti dalam pelaksanaan Cooperative
Learning tipe NHT dan lembar observasi kepercayaan diri siswa untuk mengetahui persentase kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika di setiap
pertemuan pada siklus I dan II. Hasil observasi kepercayaan diri siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel III.19 Hasil Lembar Observasi Siswa pada Siklus I dan II
No Subyek
Skor No
Subyek Skor
Siklus I Siklus II
Siklus I Siklus II
1 S1
39 55
18 S18
35 44
2 S 2
32 54
19 S 219
26 52
3 S 3
34 55
20 S 20
30 50
4 S 4
35 51
21 S 21
35 55
5 S 5
27 49
22 S 22
21 49
6 S 6
38 52
23 S 23
45 57
7 S 7
36 53
24 S 24
28 53
8 S 8
39 54
25 S 25
27 51
9 S 9
26 53
26 S 26
34 51
10 S 10
35 53
27 S 27
20 43
11 S 11
40 44
28 S 28
27 54
12 S 12
37 55
29 S 29
27 52
13 S 13
34 53
30 S 30
34 52
14 S 14
40 53
31 S 31
36 55
15 S 15
38 50
32 S 32
29 53
16 S 16
42 54
33 S 33
35 49
17 S 17
35 51
34 S 34
15 50
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus II telah meningkatkan kepercayaan diri seluruh siswa selama pembelajaran matematika
dengan Cooperative Learning tipe NHT. Tabel III.20
Hasil Lembar Observasi Siswa pada Siklus I dan II
No Aspek yang diamati
Siklus I Siklus II
Peningkatan 1
Mengarahkan atau mengatur pembagian tugas
45,1
82,8 37,7
2
Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi.
55,8
96,1 40,3
3
Mengekspresikan pendapat. 48,5
81,4 32,9
4
Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial.
95,1
99,5 4,4
5
Bekerja secara kooperatif dalam kelompok.
66,6
95,1 28,5
6
Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara.
44,6
94,6 50
7
Menjaga kontak
mata selama
perbincangan berlangsung 39,7
95,1 55,4
8
Memulai kontak yang ramah dengan orang lain.
46,5
95,1 48,6
9
Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain
38,2
84,8 46,6
10
Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan.
25,9
47 21,1
Rata-rata 50,6
86,9 36,3
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa rata-rata persentase kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan 36,3. Data pada tabel IV.11 menunjukkan bahwa
tindakan yang dilakukan pada siklus II telah meningkatkan sebagian besar indikator kepercayaan diri yang masih rendah pada siklus I, yaitu mengarahkan atau mengatur
pembagian tugas, mengekspresikan pendapat, memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara, menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung,
memulai kontak yang ramah dengan orang lain, dan menjaga jarak yang sesuai antara
diri sendiri dengan orang lain serta berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan. Peningkatan yang tertinggi yaitu pada indikator menjaga kontak mata
selama perbincangan berlangsung.
3. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir
pembelajaran yaitu berupa soal latihan pada LKS Lembar Kerja Siswa. Adapun nilai hasil evaluasi di akhir siklus I dan II dilihat pada tabel berikut:
Tabel III.21 Hasil Nilai Tes I Siswa pada Akhir Siklus I dan II
No Subyek
Nilai No Subyek
Nilai Siklus I
Siklus II Siklus I
Siklus II 1
S1 80
88 18
S18 85
100 2
S 2 80
80 19
S 219 75
95 3
S 3 95
93 20
S 20 95
95 4
S 4 80
100 21
S 21 70
95 5
S 5 85
90 22
S 22 50
85 6
S 6 85
100 23
S 23 95
95 7
S 7 70
75 24
S 24 90
95 8
S 8 75
100 25
S 25 90
95 9
S 9 75
95 26
S 26 95
95 10
S 10 65
85 27
S 27 80
100 11
S 11 70
80 28
S 28 80
85 12
S 12 90
100 29
S 29 80
74 13
S 13 80
85 30
S 30 80
90 14
S 14 75
100 31
S 31 85
95 15
S 15 85
95 32
S 32 85
100 16
S 16 80
95 33
S 33 85
95 17
S 17 80
95 34
S 34 65
74
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus II telah meningkatkan hasil belajar 85,3 siswa selama pembelajaran matematika
dengan Cooperative Learning tipe NHT. Tabel III.21
Hasil Nilai Tes Siswa pada Akhir Siklus I dan II
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,53 poin. Pada siklus I dengan rata-rata
nilai 80,44 masih ada 6 orang siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, yakni S
7
, S
10
, S
11
, S
21
, S
22
dan S
34
. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 91,97 dengan nilai terendah 74, tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM.
4. Pedoman Wawancara
Penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru dan siswa. Wawancara dilakukan sebelum dan setelah tindakan siklus I dan
II. Pada wawancara yang dilakukan pada guru sebelum tindakan penelitian
pendahuluan diperoleh informasi bahwa siswa jarang sekali bertanya tentang materi pelajaran dan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa sehingga pembelajaran
menjadi monoton. Sebagian siswa menyukai pelajaran matematika karena dianggap penting untuk kelulusan sekolah, sedangkan yang lain menyatakan kurang menyukai
karena sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa pada siklus I diperoleh
informasi bahwa Cooperative Learning tipe NHT yang telah diterapkan cukup baik. Namun untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa maka media yang digunakan
Statistik Siklus I
Siklus II Peningkatan
Nilai minimum 50
74 24
Nilai maksimum 95
100 5
Rata-rata 80,44
91,97 11.53