meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang dimiliki harus dikembangkan dan
dimanfaatkan agar bermanfaat.
31
Sebenarnya akar masalah siswa yang tidak percaya diri dalam belajar terletak pada kurang mampunya dalam mengikuti proses belajar
sehingga dibutuhkan bimbingan agar tercipta interaksi positif dalam suatu pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi belajar yang bervariasi
akan mendorong siswa untuk dapat memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga semakin mudah dalam menerima materi pembelajaran di kelas.
Dalam kaitan dengan proses pembelajaran, prestasi belajar yang diperoleh siswa dapat memperbaiki tingkat kepercayaan diri.
32
Kepercayaan diri siswa meningkat menjadi lebih tinggi karena mereka telah mencapai tujuan penting dari tugas-tugasnya. Penekanan dari
pentingnya prestasi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa berhubungan kualitas diri yang merupakan keyakinan individu bahwa
dirinya dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan sesuatu. Secara konseptual, kepercayaan diri dalam belajar matematika
adalah keyakinan seseorang dalam belajar matematika yang ditunjukkan adanya keyakinan yang kuat dalam merespon materi pelajaran matematika.
C. Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together NHT 1. Model Cooperative Learning
Teori belajar umumnya merupakan penjelasan mengenai teori pembelajaran atau proses penginformasian di dalam diri siswa.
Berdasarkan teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Gagne’ menyatakan hasil belajar terbagi
dalam lima kelompok, yaitu intelektual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude.
33
31
Percaya Diri Dalam Psikologi, loc.cit.
32
John Santrock,op.cit, h.339
33
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta:Prestasi Pustaka,2007, h. 12
20
Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem belajar kelompok yang terstruktur.
34
Sejalan dengan pendapat
sebelumnya, Goldon
Allport mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mampu memberi
peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain atas tugas bersama dan
saling menghargai.
35
Model Cooperative Learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu prestasi akademis, toleransi dan
penerimaan terhadap keanekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial.
36
Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan tanya-
jawab.
37
Sehingga hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi unsur utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa dalam pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja
sama pada suatu tugas bersama dan diharuskan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Tujuan dibentuknya kelompok-kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara
aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
34
Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas, Jakarta:Grasindo, 2002, h.17
35
Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: UNESA, 2001, Cet ke-2, h.9
36
Richard I. Arens. Learning to Teach, Jilid Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 5.
37
Trianto,op.cit, h 45
21