Kelebihan pada pembelajaran siklus I Siklus II a Tahap perencanaan

3. Lebih menegaskan pembagian waktu kerja kelompok. 4. Peneliti lebih adil dalam mengarahkan siswa untuk lebih percaya diri dalam kerja kelompok. Adapun uraian proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut: 1 Pertemuan ke 1 - Selasa, 27 April 2010 Pertemuan pertama berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan pertama ini ada 34 orang. Pada pertemuan pertama di siklus 2, peneliti melanjutkan penggunaan Cooperative Learning tipe NHT. Materi yang disampaikan adalah definisi dan jaring-jaring prisma. Di awal pembelajaran peneliti menegaskan kembali manfaat metode Cooperative Learning tipe NHT yang akan dilaksanakan di kelas. Siswa tetap dikelompokkan sesuai kelompok semula. Untuk mengatasi permasalahan mengenai ketertiban dalam mempersiapkan kelompok sebelum memulai pembelajaran, peneliti menentukan kembali posisi tempat duduk kelompok. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, beberapa siswa S 1 , S 11 , S 20 , dan S 22 yang awalnya menolak diskusi kelompok tampak mulai menikmati pembelajaran bersama teman-temannya. Pada pertemuan sebelumnya, peneliti meminta siswa untuk membawa benda dalam kehidupan sehari-hari yang bentuknya serupa dengan prisma, seperti kemasan snack Hello Panda, balsam, folder dan tempat cincin. Di antara 34 siswa, ada 6 siswa yang tidak membawa prisma tersebut yakni S 10 ,S 11 , S 20 , S 22 , S 23 , dan S 34 . Selama pembelajaran siswa tampak bersemangat dalam mempelajari definisi dan jaring-jaring prisma. Peneliti menjelaskan definisi prisma berdasarkan benda sehari-hari yang dibawa oleh siswa sehingga siswa lebih mudah memahaminya dan menyadari bahwa materi matematika ternyata dekat dengan kehidupan mereka. Peneliti memberikan reward berupa coklat Toblerone yang juga serupa prisma alas segitiga kepada kelompok 4 yang membawa benda-benda serupa prisma dengan benar dan lebih variatif dibandingkan dengan teman-temannya. Saat ini siswa mulai banyak bertanya selama penyampaian materi pelajaran, diantaranya S 26 dari kelompok 7 yang membawa tempat pensil berbentuk tabung bertanya “Bu, kenapa tempat pensil saya bukan termasuk prisma ? Tabung juga punya sisi alas dan sisi atas, Bu S 33 di kelompok 8 yang membawa cup ice cream Cornetto juga bertanya “Apa cup Cornetto yang mirip kerucut termasuk bangun ruang, Bu? Sedang S 8 di kelompok 2 bertanya ”Bu, kenapa file foldernya S 7 termasuk bentuk prisma ? Pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran memotivasi siswa lainnya untuk membanding-bandingkan benda yang di bawa dari rumah dengan milik teman-temannya. Kondisi kelas menjadi lebih aktif dan siswa lebih solid berkerja sama dengan anggota kelompoknya. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan secara kelompok. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa perwakilan kelompoknya yakni nomor anggota 4 S 4 , S 8 , S 12 , S 16 , S 20 , S 24 , S 28 dan S 33 menjelaskan jawaban secara lisan dan nomor anggota 5 S 9 dan S 34 mengerjakannya di papan tulis. Cara penyampaian jawaban LKS dilaksanakan lebih bervariasi untuk mengurangi kejenuhan siswa dan untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menjawab soal secara lisan. Gambar 7 menunjukkan munculnya indikator menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi, mengekspresikan pendapat, menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung dan berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan. 2 Pertemuan ke 2 - Senin, 3 Mei 2010 Pertemuan kedua berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan kedua ini ada 34 orang. Materi yang disampaikan adalah luas permukaan prisma. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, peneliti menggunakan media prisma dengan ukuran dan warna yang bervariasi dan benda dalam kehidupan sehari-hari berbentuk balok dan prisma yang mereka bawa sendiri untuk memudahkan penyampaian materi, seperti kemasan coklat, pasta gigi, dan snack. Peneliti juga menggunakan jaring-jaring prisma untuk memudahkan mencari luas permukaan prisma. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, siswa sudah mengkondisikan diri dalam letak tempat duduknya secara berkelompok dengan tertib dan adanya peningkatan antusias siswa dalam menyimak materi yang diberikan. Ditandai dengan adanya beberapa siswa yang tadinya enggan bertanya kepada guru, mulai bertanya saat guru sedang menjelaskan materi diantaranya S 3 , S 5 , S 6 , S 13 , S 21 , S 31 dan S 32 . Sedangkan S 24 yang awalnya selalu memeriksakan jawaban LKSnya kepada guru peneliti sudah Gb.7. Tampak S 12 dengan percaya diri sedang mempresentasikan jawaban LKS secara lisan beserta S 16 dan S 24 . mampu mendiskusikan jawabannya dan menjelaskan cara menjawab soal kepada teman sekelompoknya. S 5 pun bersemangat dalam menerima materi pelajaran, hal ini diketahui dengan komentarnya “Bu,saya mau mencoba mengerjakan contoh soal yang ada di papan tulis, dong Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok. Beberapa siswa S 12 ,S 14 ,S 20 dan S 33 yang terbiasa bertanya kepada teman dan guru dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik dalam waktu yang lebih singkat. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor anggota 1 yaitu S 1 , S 5 , S 9 , S 13 , S 17 , S 21 ,S 25 dan S 30 mengerjakan LKS di depan kelas secara serentak. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, guru peneliti memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk memeriksa dan mengomentari pekerjaan temannya. 3 Pertemuan ke 3 - Selasa, 4 Mei 2010 Pertemuan ketiga berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini ada 34 orang. Materi yang disampaikan adalah volume prisma dan perubahannya. Peneliti menggunakan media prisma dengan ukuran dan warna yang bervariasi untuk memudahkan pemahaman materi pelajaran yang sedang dibahas. Seluruh kelompok sudah bekerja sama dengan tertib selama pembelajaran. siswa S 22 ,S 23 ,S 26 dan S 34 yang pernah mengerjakan soal di depan kelas tampak bersemangat dan berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya dalam diskusi kelompok. Peneliti mengaitkan materi volume prisma dengan luas permukaannya menggunakan benda-benda dalam kebidupan sehari-hari. Misalnya pada sebatang coklat Silverquine yang serupa dengan prisma alas trapezium dan snack Hello Panda yang serupa dengan prisma alas segienam. Saat siswa berdiskusi, guru berkeliling ke setiap kelompok untuk mengarahkan siswa yang masih ragu-ragu menyampaikan pendapatnya saat kesulitan memahami materi pelajaran, di antaranya S 4 , S 10 , S 11 , S 28 dan S 34 . Gambar 8 menunjukkan munculnya indikator memandang lawan bicara saat mengajakdi ajak bicara, menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung dan memulai kontak yang ramah dengan orang lain di kelompok 8. Kelompok 7 juga muncul indikator mengarahkanmemerintah orang lain dan berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok. Beberapa siswa mulai menikmati diskusi kelompok dan tidak tampak keraguan dalam bertanya dan menyatakan kesulitannya dengan teman sekelompoknya, yaitu S 1 , S 2 , S 3 , S 5 , S 19 , S 27 dan S 32 . Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Gb.8. Observer membantu membimbing siswa dalam memahami materi dan pengerjaan LKS dalam Cooperative Learning tipe NHT. Learning tipe NHT, 8 siswa perwakilan kelompoknya dengan nomor anggota 2 yaitu S 2 , S 6 , S 10 , S 14 , S 18 , S 22 , S 26 dan S 31 mengerjakan LKS di papan tulis secara serentak. 4 Pertemuan ke 4 - Kamis, 6 Mei 2010 Pertemuan keempat berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan keempat ini ada 34 orang. Materi yang disampaikan adalah definisi dan jaring-jaring limas. Peneliti menggunakan media kubus transparan dan limas alas segiempat untuk menjelaskan bahwa bangun ruang limas alas segi empat diperoleh dari perpotongan diagonal-diagonal ruang pada kubus. Siswa juga membawa benda-benda di kehidupan sehari-hari yang serupa dengan lima, seperti gantungan kunci, kemasan permen, miniatur piramida dan kemasan snack. Pembelajaran di awali dengan mengapersepsi pelajaran sebelumnya mengenai kubus. Guru peneliti melibatkan siswa S 21 dan S 32 dalam penyampaian definisi berupa sifat dan bagian- bagian limas. Guru mempraktekkan cara memperoleh limas dengan membentuk diagonal-diagonal ruang pada kubus lalu memasukkan limas segiempat dengan warna yang berbeda ke salah satu ruang yang terbentuk akibat perpotongan diagonal ruang tersebut. Beberapa siswa di antaranya S 7 ,S 12 ,S 14 , S 23 , dan S 24 terlihat serius memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Kemudian guru menanyakan sifat dan bagian limas kepada siswa, di antaranya S 18 ,S 19 ,S 23 dan S 25 untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Gambar 9 menunjukkan munculnya indikator menjaga jarak yang sesuai antara diri dan orang lain. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, 8 siswa perwakilan kelompok dengan nomor anggota 5 yaitu S 29 dan S 34 mempresentasikan jawaban di depan kelas. Mereka tampak percaya diri yang ditandai dengan berbicara dengan lancar dan tidak menanyakan jawaban kembali kepada teman kelompoknya. 5 Pertemuan ke 5 - Selasa, 11 Mei 2010 Pertemuan kelima berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan kelima ini ada 33 orang sedangkan 1 siswa tidak hadir yakni, S 27 tanpa keterangan. Materi yang disampaikan ialah luas permukaan limas. Peneliti menggunakan media limas dengan ukuran dan alas yang berbeda untuk memudahkan dalam proses pembelajaran. Peneliti membuat jaring-jaring dari limas yang di bawa siswa pada pertemuan sebelumnya seperti kemasan permen, snack dan coklat. Peneliti menjelaskan luas permukaan limas dapat diketahui dengan mengukur luas setiap sisi-sisinya. Setelahnya siswa diminta untuk mengukur sendiri luas permukaan setiap sisi Gb.9. Peneliti bersama S 32 menggunakan media yang lebih variatif untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran. limas yang dibawanya dari rumah dan membandingkan dengan cara memperoleh luas permukaan jika menggunakan rumusnya. S 7 yang membawa bungkus permen yang serupa dengan limas sering mengeluh kesulitan mencari luas permukaan limas karena menganggap ukuran panjang sisinya selalu berubah. Sedangkan S 12 tampak di bantu oleh S 9 untuk mengukur tinggi sisi tegak limas pada gantungan kunci berbentuk candi yang di bawanya dari rumah. Kerja sama antar anggota kelompok sangat baik, contohnya S 11 tidak ragu untuk mengoreksi kesalahan teman sekelompoknya yang lebih pintar S 12 dalam mengukur panjang sisi alas untuk mencari luas permukaan limas. Gambar 10 menunjukkan munculnya indikator mengarahkanmemerintah orang lain, menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung dan Memandang lawan bicara saat mengajakdi ajak bicara. Gambar 11 menunjukkan munculnya indikator mengarahkanmemerintah orang lain, duduk dengan orang lain dalam aktifitas sosial, dan bekerja secara kooperatif dalam kelompok. Gb.10. Kelompok 1 sedang mendiskusikan mengenai cara menentukan luas permukaan limas. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi kelompok. Pada kelompok 8, S 30 dan S 34 serius bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan, karena merasa bertanggungjawab terhadap nilai teman sekelompoknya. Walaupun terkadang mengandalkan satu orang saja S 32 , namun anggota lainnya dengan seksama mendengarkan penjelasan temannya dan tidak ragu-ragu untuk bertanya, serta memastikan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui cara penyelesaian soal tersebut. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor anggota 4 S 4 , S 8 , S 12 , S 16 , S 20 , S 24, S 28 dan S 33 mengerjakan soal di papan tulis secara serentak dan kemudian diperiksa kebenarannya oleh siswa dengan nomor anggota 1 S 1 , S 5 , S 9 , S 13 , S 17 , S 21 dan S 30 . Gb.11. Kelompok 4 sedang mengatur pembagian tugas dalam menyelesaikan LKS. 6 Pertemuan ke 6 - Selasa, 18 Mei 2010 Pertemuan keenam berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan keenam ini ada 34 orang. Materi yang dibahas ialah volume limas dan perubahannya. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, siswa sudah tertib saat memposisikan letak tempat duduknya. Kelompok 6-8 menduduki posisi barisan depan dan kelompok 1-4 berada di barisan belakang. Terjadi peningkatan antusias siswa dalam menyimak materi yang diberikan dan kepercayaan diri siswa dalam mengerjakan contoh-contoh soal yang diberikan guru. Siswa menjadi lebih aktif mengerjakan tugas bahkan dapat menjelaskan jawabannya kepada teman baik sekelompok maupun dari kelompok lain. Format LKS yang telah diperbaharui pada siklus 2 memudahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal dengan lebih mudah dipahami, tertib, dan jelas. Gambar 12 menunjukkan munculnya indikator menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung dan Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan. Gb.12. Siswa S 3 ,S 11 dan S 23 lebih percaya diri dalam mengerjakan LKS di depan kelas dan mampu mengerjakannya dalam waktu yang lebih singkat. Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor agggota 3 S3, S7, S11, S15, S1 9 , S 23 dan S 32 mengerjakan LKS kelompok di papan tulis. 7 Pertemuan ke 7 - Selasa, 25 Mei 2010 Pertemuan ketujuh berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan ketujuh ini ada 34 orang. Pertemuan ketujuh digunakan untuk evaluasi pembelajaran pada siklus II. Peneliti melaksanakan evaluasi individu mengenai materi yang sudah diberikan dari pertemuan 1 sampai 6 pada siklus 2. S 23 tampak percaya diri dalam menyelesaikan soal, sesekali S 23 tersenyum sendiri saat membaca soalnya dan berkata “Bu, saya ingat nih caranya ” S 5 dan S 12 yang sering bertanya saat pembelajaran sebelumnya juga terlihat percaya dengan jawabannya, bahkan terkadang siswa lain S 2 menanyakan jawaban kepada S 12 secara diam-diam. Sedangkan S 7 dan S 34 masih terlihat ragu-ragu dan kesulitan dalam menjawab soalnya. Situasi kelas tertib selama pelaksanaan evaluasi akhir siklus II, sehingga siswa dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu. Gb.13. Siswa S3, S11, S31, S23dan S27 serius dan tertib dalam menyelesaikan evaluasi individu di akhir siklus 2. c Tahap Observasi dan Analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru mata pelajaran matematika observer melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT dan kepercayaan diri siswa selama proses pembelajaran. Penilaian terhadap kepercayaan diri siswa dilakukan melalui skala kepercayaan diri, lembar observasi kepercayaan diri siswa, dan wawancara setelah siklus II, serta penilaian pendukungnya melalui tes evaluasi individu di akhir siklus II. Hasil skala kepercayaan diri siswa dijelaskan seperti berikut ini:

1. Skala Kepercayaan Diri

Hasil skala kepercayaan diri diperoleh dari skala kepercayaan diri yang diberikan pada siklus II. Setiap siswa mengisi skala kepercayaan diri di akhir siklus II. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat kepercayaan diri siswa setelah pembelajaran melalui pendekatan Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT pada siklus II. Hasil skala kepercayaan diri siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.10 Hasil Skala Kepercayaan Diri Tiap Siswa pada Siklus II B erdasarkan tabel di atas terlihat bahwa skor skala kepercayaan diri tiap siswa pada siklus II ini menunjukkan 67,8 siswa mengalami peningkatan kepercayaan diri. Tabel III.11 Pengkategorian Hasil Skala Kepercayaan Diri Siswa pada Siklus II Kategori Kepercayaan Diri Interval Skor Frekuensi Persentase Rendah Sedang 28 82,4 Tinggi 6 17,6 No Subyek Skor Kategori No Subyek Skor Kategori 1 S1 100 Sedang 18 S18 142 Tinggi 2 S 2 104 Sedang 19 S 219 113 Sedang 3 S 3 112 Sedang 20 S 20 120 Sedang 4 S 4 115 Sedang 21 S 21 116 Sedang 5 S 5 118 Sedang 22 S 22 115 Sedang 6 S 6 123 Sedang 23 S 23 118 Sedang 7 S 7 120 Rendah 24 S 24 122 Sedang 8 S 8 104 Sedang 25 S 25 126 Rendah 9 S 9 106 Sedang 26 S 26 114 Sedang 10 S 10 118 Sedang 27 S 27 140 Tinggi 11 S 11 114 Sedang 28 S 28 113 Sedang 12 S 12 143 Tinggi 29 S 29 118 Sedang 13 S 13 141 Tinggi 30 S 30 141 Tinggi 14 S 14 145 Tinggi 31 S 31 114 Sedang 15 S 15 119 Sedang 32 S 32 121 Sedang 16 S 16 121 Sedang 33 S 33 117 Sedang 17 S 17 116 Sedang 34 S 34 104 Sedang Berdasarkan tabel III.11 terlihat bahwa skala kepercayaan diri siswa pada siklus II ini menunjukkan siswa mengalami peningkatan kepercayaan diri. Terbukti dengan tidak adanya siswa yang berada pada kategori rendah dan adanya siswa yang berada pada kategori tinggi sehingga sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yang diharapkan.

2. Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa

Hasil observasi kepercayaan diri diperoleh dari lembar observasi kepercayaan diri yang diberikan pada siklus II. Hasil observasi kepercayaan diri siswa pada siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.12 Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Tiap Siswa pada Siklus II No Subyek Sk or No Subyek Skor 1 S1 55 18 S18 44 2 S 2 54 19 S 219 52 3 S 3 55 20 S 20 50 4 S 4 51 21 S 21 55 5 S 5 49 22 S 22 49 6 S 6 52 23 S 23 57 7 S 7 53 24 S 24 53 8 S 8 54 25 S 25 51 9 S 9 53 26 S 26 51 10 S 10 53 27 S 27 43 11 S 11 44 28 S 28 54 12 S 12 55 29 S 29 52 13 S 13 53 30 S 30 52 14 S 14 53 31 S 31 55 15 S 15 50 32 S 32 53 16 S 16 54 33 S 33 49 17 S 17 51 34 S 34 50 Berdasarkan tabel III.12 terlihat bahwa lembar observasi kepercayaan diri siswa pada siklus I ini menunjukkan peningkatan skor munculnya indikator kepercayaan diri selama pembelajaran matematika, dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 57.. Tabel III. 13 Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa pada Siklus II No Aspek yang diamati Prt 1 Prt 2 Prt 3 Prt 4 Prt 5 Prt 6 Rata-rata 1 Mengarahkan atau mengatur pembagian tugas 26 76,5 26 76,5 32 94,1 30 88,2 25 73,5 30 88,2 28,1 82,8 2 Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi. 34 100 27 79,4 34 100 34 100 33 97 34 100 32,6 96,1 3 Mengekspresikan pendapat. 28 82,4 26 76,5 30 88,2 25 73,5 26 76,5 31 91,2 27,6 81,4 4 Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial. 34 100 34 100 34 100 34 100 33 97 34 100 33,8 99,5 5 Bekerja secara kooperatif dalam kelompok. 32 94,1 32 94,1 31 91,2 34 100 33 97 32 94,1 32,3 95,1 6 Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara. 31 91,2 30 88,2 33 97 32 94,1 33 97 34 100 32,2 94,6 7 Menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung 30 88,2 31 91,2 33 97 30 88,2 31 91,2 34 100 31,5 95,1 8 Memulai kontak yang ramah dengan orang lain. 34 100 29 85,3 34 100 34 100 33 97 28 88,2 32 95,1 9 Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain. 16 47 27 79,4 30 88,2 34 100 33 97 33 97 28,8 84,8 10 Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan. 13 38,2 28 82,4 16 47 13 38,2 13 38,2 13 38,2 16 47 Jumlah siswa hadir 31 34 34 34 34 34 34 Total rata-rata kepercayaan diri siswa 17,36 81,8 85,3 90,3 88,2 86,1 89,7 Berdasarkan tabel III.13, diperoleh informasi bahwa kepercayaan diri siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8