Kelebihan pada pembelajaran siklus I Siklus II a Tahap perencanaan
3. Lebih menegaskan pembagian waktu kerja kelompok. 4. Peneliti lebih adil dalam mengarahkan siswa untuk lebih
percaya diri dalam kerja kelompok. Adapun uraian proses pembelajaran siklus II adalah sebagai
berikut:
1 Pertemuan ke 1 - Selasa, 27 April 2010
Pertemuan pertama berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan pertama ini ada 34
orang. Pada pertemuan pertama di siklus 2, peneliti melanjutkan penggunaan Cooperative Learning tipe NHT. Materi yang
disampaikan adalah definisi dan jaring-jaring prisma. Di awal pembelajaran peneliti menegaskan kembali manfaat metode
Cooperative Learning tipe NHT yang akan dilaksanakan di kelas. Siswa tetap dikelompokkan sesuai kelompok semula.
Untuk mengatasi permasalahan mengenai ketertiban dalam mempersiapkan kelompok sebelum memulai pembelajaran, peneliti
menentukan kembali posisi tempat duduk kelompok. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, beberapa siswa S
1
, S
11
, S
20
, dan S
22
yang awalnya menolak diskusi kelompok tampak mulai menikmati
pembelajaran bersama
teman-temannya. Pada
pertemuan sebelumnya, peneliti meminta siswa untuk membawa benda dalam kehidupan sehari-hari yang bentuknya serupa dengan
prisma, seperti kemasan snack Hello Panda, balsam, folder dan tempat cincin. Di antara 34 siswa, ada 6 siswa yang tidak
membawa prisma tersebut yakni S
10
,S
11
, S
20
, S
22
, S
23
, dan S
34
. Selama pembelajaran siswa tampak bersemangat dalam
mempelajari definisi dan jaring-jaring prisma. Peneliti menjelaskan definisi prisma berdasarkan benda sehari-hari yang dibawa oleh
siswa sehingga siswa lebih mudah memahaminya dan menyadari bahwa materi matematika ternyata dekat dengan kehidupan
mereka. Peneliti memberikan reward berupa coklat Toblerone yang juga serupa prisma alas segitiga kepada kelompok 4 yang
membawa benda-benda serupa prisma dengan benar dan lebih variatif dibandingkan dengan teman-temannya. Saat ini siswa
mulai banyak bertanya selama penyampaian materi pelajaran, diantaranya S
26
dari kelompok 7 yang membawa tempat pensil berbentuk tabung bertanya “Bu, kenapa tempat pensil saya bukan
termasuk prisma ? Tabung juga punya sisi alas dan sisi atas, Bu S
33
di kelompok 8 yang membawa cup ice cream Cornetto juga bertanya “Apa cup Cornetto yang mirip kerucut termasuk bangun
ruang, Bu? Sedang S
8
di kelompok 2 bertanya ”Bu, kenapa file foldernya S
7
termasuk bentuk prisma ? Pertanyaan yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran
memotivasi siswa lainnya untuk membanding-bandingkan benda yang di bawa dari rumah dengan milik teman-temannya. Kondisi
kelas menjadi lebih aktif dan siswa lebih solid berkerja sama dengan anggota kelompoknya.
Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan secara kelompok. Menjelang akhir
pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa perwakilan kelompoknya yakni nomor anggota 4 S
4
, S
8
, S
12
, S
16
, S
20
, S
24
, S
28
dan S
33
menjelaskan jawaban secara lisan dan nomor anggota 5 S
9
dan S
34
mengerjakannya di papan tulis. Cara penyampaian jawaban LKS dilaksanakan lebih bervariasi untuk
mengurangi kejenuhan siswa dan untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menjawab soal secara lisan. Gambar 7 menunjukkan
munculnya indikator menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi, mengekspresikan pendapat, menjaga kontak mata
selama perbincangan berlangsung dan berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan.
2 Pertemuan ke 2 - Senin, 3 Mei 2010
Pertemuan kedua berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan kedua ini ada 34
orang. Materi yang disampaikan adalah luas permukaan prisma. Pembelajaran
matematika berlangsung
lancar, peneliti
menggunakan media prisma dengan ukuran dan warna yang bervariasi dan benda dalam kehidupan sehari-hari berbentuk balok
dan prisma yang mereka bawa sendiri untuk memudahkan penyampaian materi, seperti kemasan coklat, pasta gigi, dan snack.
Peneliti juga
menggunakan jaring-jaring
prisma untuk
memudahkan mencari luas permukaan prisma. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, siswa sudah
mengkondisikan diri dalam letak tempat duduknya secara berkelompok dengan tertib dan adanya peningkatan antusias siswa
dalam menyimak materi yang diberikan. Ditandai dengan adanya beberapa siswa yang tadinya enggan bertanya kepada guru, mulai
bertanya saat guru sedang menjelaskan materi diantaranya S
3
, S
5
, S
6
, S
13
, S
21
, S
31
dan S
32
. Sedangkan S
24
yang awalnya selalu memeriksakan jawaban LKSnya kepada guru peneliti sudah
Gb.7. Tampak S
12
dengan percaya diri sedang mempresentasikan jawaban LKS secara lisan beserta S
16
dan S
24
.
mampu mendiskusikan jawabannya dan menjelaskan cara menjawab soal kepada teman sekelompoknya. S
5
pun bersemangat dalam menerima materi pelajaran, hal ini diketahui dengan
komentarnya “Bu,saya mau mencoba mengerjakan contoh soal yang ada di papan tulis, dong
Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok.
Beberapa siswa S
12
,S
14
,S
20
dan S
33
yang terbiasa bertanya kepada teman dan guru dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan
baik dalam waktu yang lebih singkat. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT,
siswa dengan nomor anggota 1 yaitu S
1
, S
5
, S
9
, S
13
, S
17
, S
21
,S
25
dan S
30
mengerjakan LKS di depan kelas secara serentak. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, guru peneliti memberi kesempatan
kepada masing-masing
kelompok untuk
memeriksa dan
mengomentari pekerjaan temannya.
3 Pertemuan ke 3 - Selasa, 4 Mei 2010
Pertemuan ketiga berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini ada 34
orang. Materi yang disampaikan adalah volume prisma dan perubahannya. Peneliti menggunakan media prisma dengan ukuran
dan warna yang bervariasi untuk memudahkan pemahaman materi pelajaran yang sedang dibahas.
Seluruh kelompok sudah bekerja sama dengan tertib selama pembelajaran. siswa S
22
,S
23
,S
26
dan S
34
yang pernah mengerjakan soal di depan kelas tampak bersemangat dan berani bertanya dan
mengemukakan pendapatnya dalam diskusi kelompok. Peneliti mengaitkan materi volume prisma dengan luas permukaannya
menggunakan benda-benda dalam kebidupan sehari-hari. Misalnya pada sebatang coklat Silverquine yang serupa dengan prisma alas
trapezium dan snack Hello Panda yang serupa dengan prisma alas segienam. Saat siswa berdiskusi, guru berkeliling ke setiap
kelompok untuk mengarahkan siswa yang masih ragu-ragu menyampaikan pendapatnya saat kesulitan memahami materi
pelajaran, di antaranya S
4
, S
10
, S
11
, S
28
dan S
34
. Gambar 8 menunjukkan munculnya indikator memandang lawan bicara saat
mengajakdi ajak bicara, menjaga
kontak mata
selama perbincangan berlangsung dan memulai kontak yang ramah dengan
orang lain di kelompok 8. Kelompok 7 juga muncul indikator mengarahkanmemerintah orang lain dan berbicara dengan lancar,
hanya mengalami sedikit keraguan.
Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi secara kelompok.
Beberapa siswa mulai menikmati diskusi kelompok dan tidak tampak keraguan dalam bertanya dan menyatakan kesulitannya
dengan teman sekelompoknya, yaitu S
1
, S
2
, S
3
, S
5
, S
19
, S
27
dan S
32
. Menjelang akhir pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative
Gb.8. Observer membantu membimbing siswa dalam memahami materi dan pengerjaan LKS dalam Cooperative Learning tipe NHT.
Learning tipe NHT, 8 siswa perwakilan kelompoknya dengan nomor anggota 2 yaitu S
2
, S
6
, S
10
, S
14
, S
18
, S
22
, S
26
dan S
31
mengerjakan LKS di papan tulis secara serentak.
4 Pertemuan ke 4 - Kamis, 6 Mei 2010
Pertemuan keempat berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan keempat ini ada 34
orang. Materi yang disampaikan adalah definisi dan jaring-jaring limas. Peneliti menggunakan media kubus transparan dan limas
alas segiempat untuk menjelaskan bahwa bangun ruang limas alas segi empat diperoleh dari perpotongan diagonal-diagonal ruang
pada kubus. Siswa juga membawa benda-benda di kehidupan sehari-hari yang serupa dengan lima, seperti gantungan kunci,
kemasan permen, miniatur piramida dan kemasan snack. Pembelajaran di awali dengan mengapersepsi pelajaran
sebelumnya mengenai kubus. Guru peneliti melibatkan siswa S
21
dan S
32
dalam penyampaian definisi berupa sifat dan bagian- bagian limas. Guru mempraktekkan cara memperoleh limas dengan
membentuk diagonal-diagonal ruang pada kubus lalu memasukkan limas segiempat dengan warna yang berbeda ke salah satu ruang
yang terbentuk akibat perpotongan diagonal ruang tersebut. Beberapa siswa di antaranya S
7
,S
12
,S
14
, S
23
, dan S
24
terlihat serius memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Kemudian guru
menanyakan sifat dan bagian limas kepada siswa, di antaranya S
18
,S
19
,S
23
dan S
25
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Gambar 9 menunjukkan munculnya
indikator menjaga jarak yang sesuai antara diri dan orang lain.
Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS.
Menjelang akhir
pembelajaran sesuai
pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, 8 siswa perwakilan kelompok
dengan nomor anggota 5 yaitu S
29
dan S
34
mempresentasikan jawaban di depan kelas. Mereka tampak percaya diri yang ditandai
dengan berbicara dengan lancar dan tidak menanyakan jawaban kembali kepada teman kelompoknya.
5 Pertemuan ke 5 - Selasa, 11 Mei 2010
Pertemuan kelima berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan kelima ini ada 33
orang sedangkan 1 siswa tidak hadir yakni, S
27
tanpa keterangan. Materi yang disampaikan ialah luas permukaan limas. Peneliti
menggunakan media limas dengan ukuran dan alas yang berbeda untuk memudahkan dalam proses pembelajaran.
Peneliti membuat jaring-jaring dari limas yang di bawa siswa pada pertemuan sebelumnya seperti kemasan permen, snack
dan coklat. Peneliti menjelaskan luas permukaan limas dapat diketahui dengan mengukur luas setiap sisi-sisinya. Setelahnya
siswa diminta untuk mengukur sendiri luas permukaan setiap sisi
Gb.9. Peneliti bersama S
32
menggunakan media yang lebih variatif untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran.
limas yang dibawanya dari rumah dan membandingkan dengan cara memperoleh luas permukaan jika menggunakan rumusnya. S
7
yang membawa bungkus permen yang serupa dengan limas sering mengeluh kesulitan mencari luas permukaan limas karena
menganggap ukuran panjang sisinya selalu berubah. Sedangkan S
12
tampak di bantu oleh S
9
untuk mengukur tinggi sisi tegak limas pada gantungan kunci berbentuk candi yang di bawanya dari
rumah. Kerja sama antar anggota kelompok sangat baik, contohnya S
11
tidak ragu untuk mengoreksi kesalahan teman sekelompoknya yang lebih pintar S
12
dalam mengukur panjang sisi alas untuk mencari luas permukaan limas. Gambar 10 menunjukkan
munculnya indikator mengarahkanmemerintah orang lain, menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung dan
Memandang lawan bicara saat mengajakdi ajak bicara. Gambar 11 menunjukkan munculnya indikator mengarahkanmemerintah
orang lain, duduk dengan orang lain dalam aktifitas sosial, dan bekerja secara kooperatif dalam kelompok.
Gb.10. Kelompok 1 sedang mendiskusikan mengenai cara menentukan luas permukaan limas.
Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS yang diselesaikan dengan cara berdiskusi kelompok. Pada
kelompok 8, S
30
dan S
34
serius bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan, karena merasa bertanggungjawab terhadap
nilai teman sekelompoknya. Walaupun terkadang mengandalkan satu orang saja S
32
, namun anggota lainnya dengan seksama mendengarkan penjelasan temannya dan tidak ragu-ragu untuk
bertanya, serta memastikan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui cara penyelesaian soal tersebut. Menjelang akhir
pembelajaran sesuai pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor anggota 4 S
4
, S
8
, S
12
, S
16
, S
20
, S
24,
S
28
dan S
33
mengerjakan soal di papan tulis secara serentak dan kemudian diperiksa kebenarannya oleh siswa dengan nomor anggota 1 S
1
, S
5
, S
9
, S
13
, S
17
, S
21
dan S
30
.
Gb.11. Kelompok 4 sedang mengatur pembagian tugas dalam menyelesaikan LKS.
6 Pertemuan ke 6 - Selasa, 18 Mei 2010
Pertemuan keenam berlangsung selama 2 40 menit 2
jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan keenam ini ada 34 orang. Materi yang dibahas ialah volume limas dan
perubahannya. Pembelajaran matematika berlangsung lancar, siswa sudah
tertib saat memposisikan letak tempat duduknya. Kelompok 6-8 menduduki posisi barisan depan dan kelompok 1-4 berada di
barisan belakang. Terjadi peningkatan antusias siswa dalam menyimak materi yang diberikan dan kepercayaan diri siswa dalam
mengerjakan contoh-contoh soal yang diberikan guru. Siswa menjadi lebih aktif mengerjakan tugas bahkan dapat menjelaskan
jawabannya kepada teman baik sekelompok maupun dari kelompok lain. Format LKS yang telah diperbaharui pada siklus 2
memudahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal dengan lebih mudah dipahami, tertib, dan jelas. Gambar 12 menunjukkan
munculnya indikator menjaga kontak mata selama perbincangan berlangsung dan Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit
keraguan.
Gb.12. Siswa S
3
,S
11
dan S
23
lebih percaya diri dalam mengerjakan LKS di depan kelas dan mampu mengerjakannya dalam waktu yang lebih singkat.
Setelah pemberian materi, masing-masing siswa diberikan LKS.
Menjelang akhir
pembelajaran sesuai
pelaksanaan Cooperative Learning tipe NHT, siswa dengan nomor agggota 3
S3, S7, S11, S15, S1
9
, S
23
dan S
32
mengerjakan LKS kelompok di papan tulis.
7 Pertemuan ke 7 - Selasa, 25 Mei 2010
Pertemuan ketujuh berlangsung selama 2 40 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan ketujuh ini ada 34
orang. Pertemuan ketujuh digunakan untuk evaluasi pembelajaran pada siklus II. Peneliti melaksanakan evaluasi individu mengenai
materi yang sudah diberikan dari pertemuan 1 sampai 6 pada siklus 2. S
23
tampak percaya diri dalam menyelesaikan soal, sesekali S
23
tersenyum sendiri saat membaca soalnya dan berkata “Bu, saya ingat
nih caranya ”
S
5
dan S
12
yang sering bertanya saat pembelajaran
sebelumnya juga
terlihat percaya
dengan jawabannya, bahkan terkadang siswa lain S
2
menanyakan jawaban kepada S
12
secara diam-diam. Sedangkan S
7
dan S
34
masih terlihat ragu-ragu dan kesulitan dalam menjawab soalnya. Situasi kelas tertib selama pelaksanaan evaluasi akhir siklus II,
sehingga siswa dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Gb.13. Siswa S3, S11, S31, S23dan S27 serius dan tertib dalam menyelesaikan evaluasi individu di akhir siklus 2.
c Tahap Observasi dan Analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru mata pelajaran matematika observer melakukan
pengamatan langsung tentang pelaksanaan Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT dan kepercayaan diri siswa selama
proses pembelajaran. Penilaian terhadap kepercayaan diri siswa dilakukan melalui skala kepercayaan diri, lembar observasi
kepercayaan diri siswa, dan wawancara setelah siklus II, serta penilaian pendukungnya melalui tes evaluasi individu di akhir siklus
II. Hasil skala kepercayaan diri siswa dijelaskan seperti berikut ini: