Teori ketimpangan ekonomi Teori ketimpangan ekonomi

maka secara berangsur-angsur ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut akan menurun”. 18 Konsep ketimpangan ekonomi menurut kelompok neoklasik tersebut menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang kemungkinan besar akan dilalui oleh suatu negara terkait dengan masalah ketimpangan ekonomi antarwilayahnya. Namun konsep tersebut akan dianalisis untuk kondisi yang berbeda, yaitu kondisi perekonomian di masa sekarang dengan asumsi kondisi daerah yang berbeda pula. Sjafrizal 2008, menjelaskan mengenai faktor utama yang menyebabkan atau memicu terjadinya ketimpangan ekonomi antarwilayah sebagai berikut: “Faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi antarwilayah adalah adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam, adanya perbedaan kondisi geografis, kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa, adanya konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, dan alokasi dana pembangunan antarwilayah”. 19 Uraian tersebut di atas merupakan pemaparan mengenai faktor utama penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi yang telah secara luas diketahui dalam analisis ekonomi. Pemaparan tersebut akan dijadikan sebagai informasi dasar dalam menganalisis masalah ketimpangan ekonomi antarwilayah. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa faktor utama tersebut dapat berkembang lagi melalui kegiatan analisis yang dilakukan pada kondisi dan asumsi yang berbeda pula.

2.5.3 Ukuran Ketimpangan Pembangunan Antarwilayah

Indeks Williamson sebenarnya adalah coefficient of variation yang lazim digunakan untuk mengukur suatu perbedaan yang digunakan mula- mula oleh Jeffery G. Wiliamson 1966 untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Indeks ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain sensitif terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan, namun demikian indeks ini cukup lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. seperti yang dijelaskan oleh Sjarfizal 2008 sebagai berikut: “Istilah Williamson Index muncul sebagai penghargaan kepada Jeffery G. Wiliamson yang mula-mula menggunakan teknik ini untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Walaupun indeks ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain sensitif terhadap definisi wilayah yang digunakan 18 Sjafrijal, 2012, Ekonomi Wilayah dan Perkotaan, Rajawali Press, Jakarta, hal.108 19 Ibid, hal.119 dalam perhitungan , namun demikian indeks ini cukup lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah”. 20 Indeks Williamson ini telah banyak diaplikasikan oleh banyak peneliti untuk mengukur tingkat ketimpangan ekonomi antarwilayah, dan hasil analisis dari indeks ini masih digunakan untuk menjelaskan kondisi perkembangan pembangunan di suatu daerah. Selain indeks Williamson, ada juga indeks lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan ekonomi antarwilayah, yaitu indeks Theil. Adapun pengertian dari indeks Theil menururt Sjafrizal 2008 adalah: “Indeks ini dapat menghitung ketimpangan dalam daerah dan antar daerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisa menjadi lebih luas. Dalam kasus Indonesia, dengan menggunakan metode ini dapat dihitung ketimpangan dalam provinsi dan kabupatenkota serta antar provinsi, kabupaten dan kota. Dengan menggunakan indeks ini dapat pula dihitungan kontribusi dalam presentase masing-masing daerah terhadap ketimpangan pembangunan wilayah scara keseluruhn sehingga dapat memberikan implikasi kebijakan yang cukup penting”. 21 Indeks Theil yang pernah digunakan oleh Akita dan Alisyahbana 2002 dalam studinya yang dilakukan di Indonesia mengenai ketimpangan ekonomi di Indonesia, mempunyai kelebihan tertentu. Pertama, indeks ini dapat menghitung ketimpangan dalam daerah dan antar daerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisa menjadi lebih luas. Dalam kasus Indonesia, dengan menggunakan metode ini dapat dihitung ketimpangan dalam provinsi dan kabupaten atau kota serta antar provinsi, kabupaten dan kota. Kedua, dengan menggunakan indeks ini dapat pula dihitungan kontribusi dalam presentase masing-masing daerah terhadap ketimpangan pembangunan wilayah secara keseluruhan sehingga dapat memberikan implikasi kebijakan yang cukup penting.

2.6. Kebijaksanaan untuk menekan Ketimpangan Ekonomi

Berbagai persoalan yang muncul akibat kegiatan pembangunan ekonomi di suatu daerah perlu ditangani secara seksama melalui berbagai strategi dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Hal tersebut merupakan bentuk intervensi dari pemerintah bagi perekonomian. Penetapan bentuk kebijakan pemerintah perlu dianalisis agar dapat sesuai dengan kebutuhan bagi kondisi perekonomian yang dihadapi. Dalam rangka analisis tersebut, perlu ditetapkan berbagai sasaran dan tujuan dari kebijakan yang akan diterapkan, misalnya mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, penyediaan lapangan kerja, dan menurunkan tingkat ketimpangan 20 Sjafrijal, 2008, Loc.Cit, hal.108 21 Ibid, hal.109