Analisis perubahan PDRB Provinsi Banten dan PDB Indonesia periode tahun 2002-2011.

Tabel. 5.5 Nilai perubahan PDRB provinsi Banten dan PDB Indonesia periode tahun 2002 dan 2011 Sektor ekonomi PDRB tahun 2002 juta rupiah PDRB tahun 2011 juta rupiah Perubahan PDRB juta rupiah Persen PDB tahun 2002 juta rupiah PDB tahun 2011 juta rupiah Perubahan PDB juta rupiah Persen Pertanian 4.691.510,71 6.921.500,00 2.229.989,29 47,53 231.613.500,00 313.727.800,00 82.114.300,00 35,45 Pertambangan dan Penggalian 51.182,48 101.500,00 50.317,52 98,31 962.190,00 189.179.200,00 188.217.010,00 19.561,31 Industri Manufaktur 25.705.468,21 47.034.200,00 21.328.731,79 82,97 419.387.800,00 634.246.900,00 214.859.100,00 51,23 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2.158.491,31 3.442.200,00 1.283.708,69 59,47 9.868.200,00 18.920.500,00 9.052.300,00 91,73 Bangunan 8.744.103,66 2.590.500,00 -6.153.603,66 -70,37 84.469.800,00 160.090.400,00 75.620.600,00 89,52 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.246.679,60 18.055.700,00 16.809.020,40 1348,30 243.266.600,00 437.250.700,00 193.984.100,00 79,74 Pengangkutan dan Komunikasi 3.882.774,28 8.510.800,00 4.628.025,72 119,19 76.173.100,00 241.285.200,00 165.112.100,00 216,76 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 850.948,52 3.465.700,00 2.614.751,48 307,27 13.152.300,00 236.076.700,00 222.924.400,00 1.694,95 Jasa-jasa 2.118.162,56 4.100.400,00 1.982.237,44 93,58 138.982.400,00 232.464.600,00 93.482.200,00 67,26 Total 49.449.321,33 94.222.500,00 44.773.178,67 90,54 1.217.875.890,00 2.463.242.000,00 1.245.366.110,00 102,26 Sumber: Struktur PDRB Provinsi Banten seperti yang terlihat pada tabel 5.5, didominasi oleh output yang disumbangkan oleh sektor industri manufaktur, di mana nilai output yang dihasilkan menunjukkan peningkatan dari tahun 2002 sebesar Rp 25.705.468,21 juta meningkat di tahun 2011 menjadi Rp 47.034.200 juta. Hal ini berarti sektor industri manufaktur merupakan sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB yang terbesar. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang memberikan kontibusi terhadap PDRB yang terkecil, di mana nilai output yang dihasilkan pada tahun 2002 adalah sebesar Rp 51.182,48 juta, dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar Rp 101.500,00 juta. Besarnya kontribusi sektor industri manufaktur pada perekonomian Provinsi Banten tersebut, merupakan gambaran dari kondisi perekonomian Provinsi Banten yang menjadikan sektor industri manufaktur sebagai komponen utama dalam pembentukkan PDRB. Perkembangan sektor industri yang merupakan pengembangan dari konsep pembangunan nasional yang menentukan Wilayah Jawa Barat Bagian Barat yaitu Wilayah Banten untuk menjadi sentra pengembangan industri manufaktur yang bersifat padat modal. Hal tersebut ditunjang oleh kondisi geografis Wilayah Banten yang memiliki wilayah pesisir yang cocok untuk dibangun sebagai pelabuhan. Dari sembilan sektor ekonomi yang berkembang di Provinsi Banten memiliki nilai laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 1348,30 persen. Laju pertumbuhan sebesar itu tentu saja terkait dengan adanya perkembangan sektor ekonomi lainnya, seperti sektor industri. Keterkaitan itu terjadi karena berbagai komoditas dari sektor industri merupakan komoditas eksport yang berarti terjadi perkembangan yang pesat dalam hal perdagangan komoditas. Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan terkecil adalah sektor bangunan yaitu sebesar -70,37 persen. Selama kurun waktu 10 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2011, terjadi perubahan nilai PDRB baik secara sektoral ekonomi maupun secara total, yang menunjukkan adanya perkembangan dari kegiatan produksi di setiap sektor ekonomi di Provinsi Banten. Dari sembilan sektor ekonomi yang berkembang di Provinsi Banten, sektor ekonomi yang memiliki nilai perubahan PDRB yang terbesar adalah sektor industri manufaktur yaitu sebesar Rp 21.328.731,79 juta. Perubahan ini menunjukkan besarnya peranan sektor industri dalam perekonomian Provinsi Banten terutama dalam kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Sedangkan nilai perubahan PDRB terkecil adalah dari sektor bangunan yaitu sebesar Rp 6.153.603,66 juta. Berdasarkan nilai laju pertumbuhan sektoral ekonomi di Provinsi Banten, di mana nilai indikator tersebut menjelaskan pertumbuhan sektoral ekonomi dalam perekonomian Provinsi Banten, diidentifikasi sektor ekonomi yang dapat dianggap sebagai sektor unggulan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dengan pertimbangan bahwa nilai laju pertumbuhan sektoral ekonomi dari ketiga sektor ekononomi tersebut adalah lebih dari 100 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kurun waktu yang sama, seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.5, yaitu tahun 2002 sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 102,26 persen. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan nilai pertumbuhan yang dihitung dari nilai PDB nonmigas. Penggunaan PDB nonmigas ini bertujuan untuk menselaraskan dengan kondisi PDRB Provinsi Banten yang juga merupakan PDRB nonmigas karena di Provinsi Banten memang tidak terdapat sektor minyak dan gas bumi. Nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tentu saja akibat perkembangan baik aspek makro maupun mikro dalam perekonomian Indonesia. Tanpa sektor migas, perekonomian Indonesia didominasi oleh perkembangan sektor industri manufaktur. Hal tersebut terlihat dari kontribusi sektoral ekonominya yang membentuk PDB Indonesia, di mana sektor industri memiliki kontribusi terbesar dalam menyumbangkan output terhadap PDB baik pada tahun 2002 maupun tahun 2011. Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki kontribusi yang terkecil terhadap PDB adalah sektor pertambangan hal ini terjadi karena subsektor migas tidak ikut dihitung. Besarnya nilai PDB sektor industri tersebut karena pada komoditas sektor industri memiliki nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas sektor lainnya, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor ekonomi lainnya. Bila dilihat dari nilai laju pertumbuhan sektoral ekonomi, dapat dilihat bahwa sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan yang terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 19.561,31 persen. Laju pertumbuhan yang besar tersebut menunjukkan kondisi perekonomian nasional yang masih menggantungkan pada komodistas bahan baku mentah misalnya batu bara, berbagai bahan mineral lainnya. Besarnya nilai pertumbuhan sektor pertambangan tersebut juga dapat dimaknai sebagai tingginya kegiatan ekspansi dalam hal eksplorasi perihal tambangan dan penggalian berbagai sumberdaya mineral. Kondisi tersebut merupakan salahsatu ciri dari negara yang sedang berkembang. Sedangkan untuk nilai laju pertumbuhan sektoral ekonomi yang terendah adalah sektor pertanian yaitu sebesar 35,45 persen. Sebagai negara agraris, nilai pertumbuhan sektor pertanian yang terjadi selama kurun waktu 10 tahun tersebut merupakan nilai yang tidak cukup besar. Dari dua kurun waktu yaitu tahun 2002 dan tahun 2011, sektor ekonomi yang menunjukkan perubahan PDB yang terbesar adalah sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan yaitu sebesar Rp 222.924.400,00 juta . Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan merupakan sektor pendukung dari aktivitas sektor ekonomi lainnya. Perkembangan dan kemajuan yang terjadi pada sektor ekonomi lainnya membutuhkan dukungan dari sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Sedangkan untuk sektor ekonomi yang memiliki nilai perubahan terrendah adalah sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar Rp 9.052.300,00 juta . Sektor listrik, gas dan air bersih juga merupakan sektor ekonomi pendukung bagi aktivitas sektor ekonomi lainnya. Rendahnya nilai pertambahan tersebut disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah rendahnya kegiatan perluasan penyediaan sarana dan fasilitas dasar yang dibutuhkan bagi perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih. Karena untuk dapat membangun sarana dan fasilitas tersebut dibutuhkan investasi yang besar. Investasi yang dilakukan harus dilakukan oleh pemerintah, sedangkan kondisi fiskal pemerintah selalu berada pada kondisi yang defisit.

5.2.2.2 Rasio PDRB Provinsi Banten dan PDB Indonesia periode tahun 2002-2011

Dalam analisis Shift Share terdapat tiga rasio indikator mengenai perkembangan ekonomi suatu daerah, pertama adalah Ra yaitu rasio produksi sektoral ekonomi dan total terhadap kesempatan kerja nasional yang dimaksud adalah PDRB. Indikator ini dapat juga dikatakan sebagai nilai pertumbuhan PDB Indonesia. Kedua adalah Ri yaitu rasio produksi sektoral ekonomi dan total terhadap kesempatan kerja yang dimaksud adalah PDRB dari sektor i secara nasional, nilai Ri memiliki perbedaan dalam setiap sektoral ekonominya dan totalnya. Indikator ini dapat juga dikatakan sebagai nilai pertumbuhan PDB menurut sektor ekonomi. Ketiga adalah ri yaitu rasio produksi sektoral ekonomi dan total terhadap kesempatan kerja yang dimaksud adalah PDRB sektor i secara regional. Nilai indikator ini dapat pula dikatakan sebagai nilai pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi di Provinsi Banten. Tabel 5.6 Nilai perubahan indikator ekonomi Provinsi Banten, Periode tahun 2002 dan 2011 Sektor ekonomi Ra Ri ri Pertanian 0,35 0,48 Pertambangan dan Penggalian 48,61 0,98 Industri Manufaktur 0,51 0,83 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,92 0,59 Bangunan 0,90 -0,70 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,80 13,48 Pengangkutan dan Komunikasi 2,17 1,19 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 16,95 3,07 Jasa-jasa 0,67 0,94 Total 0,91 71,87 20,86 Sumber: Hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis Shift Share. Diolah Dari tabel 5.6, dapat dijelaskan mengenai interpretasi dari ketiga indikator pertumbuhan ekonomi tersebut, yaitu nilai Ra sebesar 0,91 memiliki pengertian bahwa jika terdapat peningkatan hasil produksi dari setiap sektor ekonomi akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap output nasional PDB sebesar 0,91 persen. Nilai tersebut merupakan nilai yang terjadi untuk kurun waktu dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Kemudian adalah nilai Ri dan nilai ri. Karena nilai Ri dan ri berbeda untuk setiap sektoral ekonominya, maka interpretasi dari setiap nilai indikator tersebut perlu dilakukan secara lebih rinci. Berikut ini adalah interpretasi dari nilai-nilai indikator baik Ri maupun ri untuk Provinsi Banten. Tabel. 5.7 Interpretasi indikator Ri untuk Provinsi Banten, Periode tahun 2002-2011 41 Sektor ekonomi Nilai indikator Ri Interpretasi Pertanian 0,35 Peningkatan yang terjadi pada output sektor pertanian nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 0,35 persen. Pertambangan dan Penggalian 48,61 Peningkatan yang terjadi pada output sektor pertambangan dan penggalian nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 48,61 persen. Industri Manufaktur 0,51 Peningkatan yang terjadi pada output sektor industri manufaktur nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 0,51persen. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,92 Peningkatan yang terjadi pada output sektor listrik, gas dan air bersih nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 0,92 persen. Bangunan 0,90 Peningkatan yang terjadi pada output sektor bangunan nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 0,90 persen. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,80 Peningkatan yang terjadi pada output sektor perdagangan, hotel dan restoran nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 0,80 persen. Pengangkutan dan Komunikasi 2,17 Peningkatan yang terjadi pada output sektor pengangkutan dan komunikasi nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 2,17 persen. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 16,95 Peningkatan yang terjadi pada output sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan nasional sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan PDB sebesar 16,95 persen. Jasa-jasa 0,67 Peningkatan yang terjadi pada output 41 Interpretasi nilai Ri dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode Analisis Shift Share untuk Provinsi Banten periode tahun 2002-2011