agar penetapan kebijakan pembangunan wilayah tersebut menjadi lebih operasional dan terarah.”.
27
Penepatan wilayah pembangunan dapat dilakukan dengan memperhatikan 4 aspek utama,yaitu:
a. Kesamaan kondisi, permasalahan dan potensi umum daerah
baik di bidang ekonomi,sosial dan geografi. b.
Keterkaitan yang erat antara daerah-daerah yang tergabung dalam wilayah pembangunan bersangkutan.
c. Kesamaan karakteristik geografis antar daerah yang tergabung
dalam wilayah pembangunan tersebut. Karakteristik geografis tersebut meliputi jenis daerah pantai, pegunungan atau daerah
aliran,dan potensi sumber daya alam.
d. Kesatuan wilayah administrasi pemerintah antar provinsi,
kabupaten dan kota yang tergabung dalam wilayah pembangunan bersangkutan.
2.6.4. Bentuk Kebijakan Pembangunan Regional
Kebijakan pembangunan regional yang ditetapkan oleh pemerintah terdiri dari dua bentuk yaitu kebijakan Fiskal dan kebijakan Moneter, seperti
yang dijelaskan oleh Sjafrizal 2008 sebagai berikut: “Mengikuti analisis dalam ilmu ekonomi makro, kebijakan
pembangunan ekonomi pada tingkat wilayah dapat dilakukan dalam bentuk kebijakan Fiskal dan atau kebijakan Moneter. Kebijakan
Fiskal menyangkut dengan pengendalian
penerimaan dan pengeluaran belanja pada tingkat nasional dan daerah sehingga
prospek pembangunan menjadi lebih baik dan optimal. Sedangkan kebijakan Moneter menyangkut dengan pengendalian Jumlah Uang
yang Beredar dalam masyarakat termasuk instansi terkait seperti lembaga keuangan dan perbankan yang sasarannya juga untuk
mendorong kegiatan ekonomi secara keseluruhan”.
28
Dari uraian tersebut di atas, dijelaskan mengenai bentuk dari kebijakan pembangunan yang digunakan. Ruang lingkup dari kebijakan
tersebut meliputi wilayah pusat nasional dan juga termasuk wilayah daerah. Berikut ini adalah pengertian dari kebijakan pembangunan yang
digunakan untuk ruang lingkup wilayah.
a. Kebijakan Fiskal Wilayah
27
Ibid, hal.158
28
Ibid, hal.160-161
Bentuk kebijakan pembangunan yang pertama adalah kebijakan Fiskal wilayah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kebijakan
Fiskal wilayah menurut Syafrijal 2008: “Kebijakan Fiskal pada tingkat wilayah dapat dilakukan dalam
bidang pengaturan dan pengendalian dan pengeluaran keuangan daerah”.
29
Kebijakan Fiskal wilayah yang menyangkut aspek penerimaan antara lain adalah kebijakan pembebasan atau pengurangan pajak.
Sementara itu kebijakan Fiskal wilayah yang menyangkut aspek pengeluaran adalah peningkatan proporsi dana APBD yang
dialokasikan untuk belanja publik dan belanja modal, dan peningkatan keterkaitan antara perencanaan dan anggaran. Dapat
pula dengan menggunakan kebijakan Dana Alokasi Khusus.
b. Kebijakan Moneter Wilayah
Bentuk kebijakan pembangunan wilayah yang kedua adalah kebijakan Moneter wilayah. Berikut ini adalah penjelasan dari
kebijakan Moneter wilayah menurut Syafrijal 2008: “Pelaksanaan kebijakan wilayah dapat dilakukan dalam bentuk
kebijakan penerian kredit perbankan yang dibedakan untuk daerah yang sudah maju dengan daerah yang sedang
berkembang”.
30
Pemberian kredit perbankan tersebut dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk daerah sedang berkembang dapat diberikan dalam
bentuk prosedur dan jaminan yang lebih sederhana sehingga para pengusaha di daerah bersangkutan dapat memanfaatkan
fasilitas kredit tersebut untuk mendorong kegiatan usahanya.
b. Pengembangan lembaga-lembaga keuangan nonbank sebagai
alternatif untuk penyediaan pembiayaan bagi pengembangan usaha ekonomi masyarakat.
2.6.5. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Regional
Proses berikutnya setelah pelaksanaan kebijakan regional adalah evaluasi pelaksanaan kebijakan regional. Berikut ini adalah penjelasan
untuk kegiatan evaluasi tersebut menurut Sjafrijal 2008: “Evaluasi pelaksanaan kebijakan regional perlu dilakukan untuk
dapat mengetahui seberapa jauh kebijakan yang telah dilaksanakan
29
Sjafrijal, 2008, Loc.Cit, hal.161
30
Ibid, hal.164