Evaluasi parsial adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan hanya melihat kepada sebagian dari kegiatan pembangunan daerah
yang belum tentu menggambarkan kondisi pembangunan daerah secara keseluruhan ”.
33
Berdasarkan uraian tersebut di atas, menjelaskan bahwa evaluasi parsial merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan pembangunan secara spesifik atau terhadap suatu proyek
pembangunan. Artinya
bahwa evaluasi
ini lebih
menggambarkan kegiatan penilaian kelayakan evaluasi proyek. Maka hasil dari kegiatan evaluasi ini tidak dapat menggambarkan
hasil pembangunan secara keseluruhan.
2.7. Undang-Undang Otonomi Daerah
Dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat kini harus mendasari seluruh kegiatannya pada
Undang-Undang Otonomi Daerah. Undang-Undang Otonomi Daerah, mengatur pelbagai aturan diantarnya mengenai tugas, kewajiban, kewenangan, dan hak dari
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang disusun atas dasar asas keadilan dan pemerataan. Dalam UU Otonomi Daerah ini juga meliputi pelbagai
potensi kewenangan pemerintah daerah untuk dapat mengatur jalannya kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya.
Undang-Undang yang memuat tentang kebijakan Otonomi Daerah yang mendasari penelitian ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, karena pada periode penetapan Perda No. 11 tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Provinsi Banten Tahun 2002-2022, Undang-undang tentang Pemerintaha Daerah yang berlaku adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.
Adapun isi dari Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang menjelaskan mengenai kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Otonomi Daerah pada kegiatan Pembangunan Daerah, tertera pada bab IV mengenai Kewenangan Daerah, yang terdapat pada beberapa pasal berikut:
1. Pasal 7
1 Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain.
2 Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan
33
Ibid, hal.169
sumber daya manusia, pendayagunaan sumberdaya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional.
2. Pasal 8 1 Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka
desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia sesuai
dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.
2 Kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur dalam rangka dekonsentrasi harus disertai dengan pembiayaan sesuai dengan
kewenangan yang dilimpahkan tersebut. 3. Pasal 9
1 Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, serta
kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya. 2 Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom termasuk juga kewenangan
yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
3 Kewenangan Provinsi sebagai Wilayah Administrasi mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada
Gubernur selaku wakil Pemerintah. 4. Pasal 10
1 Daerah berwenang mengelola sumberdaya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2 Kewenangan Daerah di wilayah laut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
meliputi: a.Eksplorasi, eskploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut
sebatas wilayah laut tersebut; b. Pengaturan kepentingan administratif;
c. Pengaturan tata ruang; d.Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau
yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; dan e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
3 Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota di wilayah laut, sebagaimana dimaksud pada ayat 2, adalah sejauh sepertiga dari batas
laut Daerah Provinsi. 4 Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 5. Pasal 11
1 Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencakup semua kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam
Pasal 7 dan yang diatur dalam Pasal 9.