oleh pemerintah derah dapat memberikan dampak positif sesuai dengan tujuan yang ditetapkan semula”.
31
Uraian tersebut dia atas dapat dimaknai bahwa evaluasi perlu dilakukan agar dapat memantau perkembangan atau perubahan pada kondisi
daerah dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam pembangunan ekonomi regional. Dalam kegiatan evaluasi akan ditemui berbagai keadaan yang
diharapkan mampu menjelaskan berbagai faktor penyebab atas berhasil dan belum berhasilnya sebuah strategi kebijakan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam pembangunan ekonomi regional. Sehingga akan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi
regional berikutnya agar dapat tercapai kondisi perkembangan dan perubahan kondisi pembangunan ekonomi yang ada di daerah tersebut.
Menurut Sjafrizal 2008, evaluasi pelaksanaan kebijakan regional tersebut dapat dilakukan secara komprehensif maupun secara parsial.
a. Evaluasi Komperhensif
Bentuk evaluasi yang pertama adalah evaluasi komprehensif, menurut Sjafrizal 2008 evaluasi komprehensif adalah:
“Evaluasi komprehensif paling sederhana yang dapat dilakukan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan suatu kebijakan
pembangunan regional adalah dengan jalan membandingkan kondisi pembangunan sesudah kebijakan dilakukan dengan
sebelumnya.”
32
Kegiatan evaluasi komprehensif ini merupakan sebuah kegiatan membandingan kondisi pembangunan setelah dilaksanakannya
kebijakan pembangunan
wilayah denga
kondisi sebelum
dilaksanakannya kebijakan pembangunan wilayah. Hal yang diperbandingkan misalnya secara umum adalah perbedaan besarnya
output daerah dalam bentuk PDRB secara agregat maupun PDRB sektoral. Kegiatan evaluasi ini dapat memberikan informasi
sementara mengenai kondisi perkembangan dari pembangunan regional yang dilaksanakan.
b. Evaluasi parsial
Bentuk evaluasi yang kedua adalah evaluasi parsial, menurut Sjafrijal 2208 evaluasi parsial adalah sebagai berikut:
“Evaluasi pelaksanaan kebijakan regional secara parsial dilakukan
dengan melihat
keberhasilan pelaksanaan
pembangunan pada tingkat program atau proyek kegiatan.
31
Ibid, hal.165
32
Ibid, hal.165
Evaluasi parsial adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan hanya melihat kepada sebagian dari kegiatan pembangunan daerah
yang belum tentu menggambarkan kondisi pembangunan daerah secara keseluruhan ”.
33
Berdasarkan uraian tersebut di atas, menjelaskan bahwa evaluasi parsial merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan pembangunan secara spesifik atau terhadap suatu proyek
pembangunan. Artinya
bahwa evaluasi
ini lebih
menggambarkan kegiatan penilaian kelayakan evaluasi proyek. Maka hasil dari kegiatan evaluasi ini tidak dapat menggambarkan
hasil pembangunan secara keseluruhan.
2.7. Undang-Undang Otonomi Daerah
Dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat kini harus mendasari seluruh kegiatannya pada
Undang-Undang Otonomi Daerah. Undang-Undang Otonomi Daerah, mengatur pelbagai aturan diantarnya mengenai tugas, kewajiban, kewenangan, dan hak dari
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang disusun atas dasar asas keadilan dan pemerataan. Dalam UU Otonomi Daerah ini juga meliputi pelbagai
potensi kewenangan pemerintah daerah untuk dapat mengatur jalannya kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya.
Undang-Undang yang memuat tentang kebijakan Otonomi Daerah yang mendasari penelitian ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, karena pada periode penetapan Perda No. 11 tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Provinsi Banten Tahun 2002-2022, Undang-undang tentang Pemerintaha Daerah yang berlaku adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.
Adapun isi dari Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang menjelaskan mengenai kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Otonomi Daerah pada kegiatan Pembangunan Daerah, tertera pada bab IV mengenai Kewenangan Daerah, yang terdapat pada beberapa pasal berikut:
1. Pasal 7
1 Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain.
2 Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan
33
Ibid, hal.169