Penelitian Terdahulu Ruang Lingkup
12 Pada pertengahan tahun 1990 sampai dengan tahun 2005 industri kecap
Majalengka mengalami penurunan baik dari jumlah produksi maupun daerah pemasaran. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beredarnya produk kecap nasional
yang produknya hampir bisa dijumpai di setiap toko, sehingga permintaan kecap Majalengka mengalami penurunan. Akan tetapi dengan kondisi yang penuh
persaingan para pengusaha tetap bertahan dalam keadaan tersebut, karena bagi responden indistri kecap merupakan industri turun-temurun yang harus
dipertahankan untuk generasi selanjutnya dan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya pada industri kecap.
2. 2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai kecap sudah banyak dilakukan dengan pembahasan dengan berbagai topik, seperti analisis warna kecap Marianti 1997,
optimalisasi portofolio produk kecap Suradi 2003, pengendalian persediaan bahan baku kecap Kurniawan 2002, optimalisasi risiko pemasaran portofolio
produk kecap Yuspida 2000. Penelitian terkait dengan topik preferensi konsumen tentang kecap sudah
ada yang melakukannya, seperti yang dilakukan oleh Ramdhan 2002. Penelitian ini menganalisis preferensi konsumen kecap Segi Tiga, hubungan usia dengan
atribut kecap Segi Tiga seperti rasa, aroma, tekstur, dan kemasan. Penelitian ini juga menganalisis hubungan jenis perkerjaan dengan tempat pembelian kecap
seperti pabrik dan pasar. Dalam penelitian tersebut digunakan alat analisis konjoin. Konjoin adalah
teknik untuk menentukan nilai penting relatif dari atribut dan level atribut pada suatu produk Malhotra 1999 dalam skripsi Ramdhan 2002. Digunakan pula chi-
square untuk mengetahui hubungan antar variabel yang berkaitan dengan preferensi konsumen. Hasil pengujian kebebasan chi-square terhadap tabel
kontingensi akan diperoleh nilai kontingensi. Nilai tersebut akan menunjukkan korelasi antara dua faktor dan hasil tersebut dapat dipakai dalam pengujian
hipotesis dan pengambilan kesimpulan dari data yang ada. Hasil penelitian menghasilkan atribut penting yang terdapat pada kecap
yang dijadikan bahan evaluasi konsumen dalam pengambilan keputusan untuk pembelian adalah rasa, aroma, kekentalan, dan kemasan. Hasil dari analisis
13 konjoin atribut yang memiliki peranan paling penting terhadap preferensi
konsumen adalah aroma dengan persentase nilai penting relatif NPR sebesar 56,66 persen. Atribut penting selanjutnya adalah rasa dan volume kemasan.
Berdasarkan nilai kegunaannya taraf yang paling penting adalah aroma kedelai, rasa manis sedang, kekentalan sedang, dan kemasan botol kecil 250 ml. Pengujian
hipotesis menghasilkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap rasa, aroma, tekstur, dan kemasan kecap. Sedangkan untuk jenis pekerjaan berpengaruh
terhadap tempat pembelian kecap untuk pabrik dan pasar. Penelitian ini memiliki saran untuk perusahaan Segi Tiga, yaitu perlu diferensiasi produk pada rasa,
aroma, kekentalan, dan kemasan agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Penelitian tentang perilaku konsumen khususnya preferensi konsumen
pun sudah banyak yang melakukannya dengan berbagai objek penelitian, seperti meneliti teh dalam kemasan Adityo 2006, telur Amelia 2008, seafood Novrita
2006, bakery Setyawan 2006, wortel organik Damayanti 2009. Dalam menganalisis preferensi konsumen beberapa peneliti menggunakan
metode Fishbein Aditya 2006, Amelia 2008, dan Setyawan 2006 dan konjoin Novrita 2006 dan Damayanti 2009. Metode fishbein digunakan untuk
menunjukan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk Engel,
Blackwell dan Miniard 1994. Dianalisis masing-masing komponen evaluasi yang berhubungan dengan setiap atribut ei dan komponen kepercayaan konsumen
terhadap atribut produk bi. Atribut yang digunakan tergantung dari penting atau tidaknya atribut tersebut untuk diberikan penilaian menurut konsumen dan
tergantung pada kebutuhan penelitian. Dari beberapa penelitian yang menggunakan alat analisis Fishbein
dihasilkan bahwa penilaian sikap konsumen untuk produk makanan dan minuman yang diteliti memiliki interpretasi baik dengan rentang skala 138,63-181,83, yaitu
penelitian Amelia 2008. Hal ini menunjukan bahwa atribut produk secara keseluruhan lebih memenuhi harapan dan keinginan konsumen. Hasil tersebut
ditentukan dari nilai tertinggi yang memiliki skor 225 yang diperoleh jika responden memberikan skor maksimal 5 dan nilai terendah skor 9 jika
responden memberika skor minimal. Nilai tertinggi dikurangi nilai terendah yang
14 kemudian dibagi 5 yang merupakan skala interval atau skala penilaian. Skala
penilaian berupa sangat baik, baik, biasa, buruk, dan sangat buruk. Terdapat beberapa peneliti yang menghasilkan rentang skala berbeda
namun interpretasinya sama yaitu baik. Seperti pada penelitian Adityo 2006 memiliki rentang skala 43,1-14,4 yang menginterpretasikan bahwa sikap
konsumen terhadap atribut produk adalah baik. Hal ini karena peneliti menggunakan nilai tertinggi 27 untuk responden yang memberikan nilai +3 dan
nilai terendah -24 untuk responden yang memilih nilai -3 untuk setiap atribut sehingga menggunakan 7 skala penilaian. Dan terdapat pula peneliti yang
menggunakan nilai kepentingan atribut berkisar -2 hingga +2 dengan 5 skala penilaian, yaitu penelitian Setyawan 2006. Rata-rata dari penelitian tersebut
menghasilkan bahwa objek yang diteliti memiliki interpretasi baik. Adanya perbedaan penggunaan skala interval pada setiap penelitian tergantung dari
kebutuhan penelitian, seperti masalah yang dirumuskan dan tujuan penelitian serta keinginan peneliti, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan sesuai
keinginan peneliti. Setiap penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai atribut yang
dianggap paling baik oleh konsumen dapat menghasilkan nilai yang berbeda-beda, seperti pada hasil penelitian Damayanti 2009 yang menunjukkan bahwa hal
yang paling dianggap penting dalam memilih atribut wortel organik adalah harga yang memperoleh nilai sebesar 30,16 persen, label atau sertifikasi memiliki nilai
29,03 persen, ukuran memiliki nilai 24,86 persen, dan ketersediaan memiliki nilai 15,95 persen. Dan dari hasil analisis konjoin dapat diketahui pula bahwa
responden menyukai wortel organik yang memiliki harga murah, terdapat label, ukuran yang besar, dan ketersediaan yang banyak.
Dalam penelitian Novrita 2006 digunakan 5 atribut yang menjadi kepentingan responden dalam pembelian produk makanan seafood, yaitu ukuran,
porsi, renyah, rasa, dan penyajian. Pada seafood ikan tenggiri berdasarkan nilai relatif penting diurutkan atribut dari yang paling penting diperhatikan adalah
bentuk nugget, porsi, penyajian, dan kerenyahan dimana masing-masing mendapatkan nilai sebesar 24 persen, 22,9 persen, 14,7 persen, 14,6 persen, dan
13,7 persen. Urutan atribut pada seafood udang adalah ukuran 40,3 persen, porsi
15 20,6 persen, renyah 11,4 persen, rasa 9,8 persen, dan saji 8,8 persen. pada
seafood cumi-cumi urutan atribut yang paling penting diperhatikan adalah ukuran 37,7 persen, porsi 25,4 persen, rasa 14,3 persen, saji 11,7 persen, dan
renyah 10,9 persen. Responden lebih menyukai seafood ikan tenggiri yang memiliki
kerenyahan sedang, porsi sedikit, rasa pedas, penyajian dengan biskuit, dan bentuk nugget tidak persegi dan bulat. Untuk seafood udang responden lebih
menyukai seafood udang yang renyah, porsi sedang, rasa tidak pedas, dan penyajian menggunakan biskuit. Dan untuk seafood cumi-cumi responden lebih
menyukai seafood cumi yang renyah, porsi sedang, rasa tidak pedas dengan ukuran daging cumi besar, dan penyajian dengan biskuit.
Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian Ramdhan 2002 dengan penelitian ini. Hal tersebut yang menjadi alasan dilakukannya penelitian kembali
tentang kecap Segi Tiga. Perbedaan pertama, penelitian terdahulu meneliti tentang preferensi konsumen, penelitian ini meneliti tentang sikap konsumen. Preferensi
konsumen adalah derajat suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu jenis produk. Preferensi berhubungan dengan harapan konsumen terhadap suatu produk
yang disukaianya Tjipto 2002. Menurut Engel, et al 1994 sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara
menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Kedua, peneliti terdahulu meneliti kecap Segi
Tiga, penelitian ini meneliti kecap Segi Tiga dan Maja Menjangan. ketiga, alat analisis yang digunakan peneliti terdahulu menggunakan konjoin, sedangkan
penelitian ini menggunakan fishbein. Metode konjoin adalah teknik untuk menentukan nilai penting relatif dari atribut dan level atribut pada suatu produk.
Metode Fishbein digunakan untuk menunjukan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri
atau atribut produk. Keempat, jumlah responden yang diambil peneliti terdahulu menggunakan 250 responden dengan tersebar di berbagai wilayah pemasaran
kecap Segi Tiga, sedangkan peneliti saat ini menggunakan 50 responden. Responden yang diambil pada penelitian terdahulu tidak terbatas pada usia,
sedangkan pada penelitian ini responden yang diambiil adalah ibu rumah tangga.
16 Kelima, jumlah atribut yang digunakan peneliti terdahulu adalah 4 atribut rasa,
aroma, tekstur, dan kemasan, sedangkan peneliti saat ini menggunakan 17 atribut rasa khas kecap, keberagaman kemasan, keberagaman ukuran kemasan, warna
hitam kecap, kekentalan, komposisi, kemasan, kejelasan label halal, kejelasan tanggal kadaluarsa, kejelasan izin Depkes, ketersediaankemudahan mendapatkan
produk, harga, aroma, merek, frekuensi promosi, media promosi, frekuensi promosi berdasarkan dugaan atribut yang mempengaruhi dalam pembelian
konsumen kecap. Keenam, tempat penyebaran responden yang diambil. Penelitian terdahulu mengambil responden di berbagai wilayah pemasaran kecap, sedangkan
penelitian ini mengambil responden yang berada di wilayah yang menjadi tempat produksi dan pemasaran kecap Segi Tiga dan Maja Menjangan.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN