Jenis, Tipe, dan Tahapan Partisipasi

memberikan masukan tanpa menerima imbalan dan tidak ikut menikmati hasil pembangunan. Tipe partisipasi menurut Pretty dalam 1. Partisipasi Pasif Harahap 2001 dikelompokkan menjadi tujuh jenis yaitu: Partisipasi masyarakat dengan diberitahu tentang hal-hal yang sudah jadi yang merupakan tindakan sepihak dari administratur atau manajer proyek tanpa menghiraukan tanggapan masyarakat. Sumber informasi yang dihargai hanya pendapat para professional. 2. Partisipasi dalam Pemberian Informasi Partisipasi msyarakat dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan kuesioner atau pendekatan serupa. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk mempengaruhi cara kerja karena temuan- temuan tidak dibagi kepada mereka. 3. Partisipasi Konsultatif Partisipasi masyarakat dengan dimintai tanggapan atas suatu hal. Pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi, dan melakukan analisis. Bentuk konsultasi tersebut tidak melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dan pihak luar pada dasarnya tidak berkompeten untuk mewakili masyarakat. 4. Partisipasi dengan Imbalan Materi Partisipasi masyarakat dengan cara memberikan kontribusi sumberdaya yang dimilikinya, misalnya sebagai tenaga kerja, untuk memperoleh imbalan makanan, uang tunai maupun imbalan material lainnya. Masyarakat boleh jadi menyediakan lahan dan tenaga kerjanya, namun tidak terlibat dalam proses eksperimentasi dan pembelajaran. Proses inilah yang selama ini lazim disebut sebagai partisipasi. Dalam konteks ini masyarakat tidak memiliki pijakan untuk melanjutkan kegiatannya tatkala imbalan dihentikan. 5. Partisipasi Fungsional Partisipasi masyarakat dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterlibatan masyarakat biasanya tidak hanya pada tahap awal proyek atau perencanaan, tetapi juga setelah keputusan pokok dibuat pihak luar. Kelompok masyarakat cenderung menjadi tergantung terhadap pemrakarsa dan fasilitator luar, tetapi juga mungkin untuk menjadi mandiri. 6. Partisipasi Interaktif Partisipasi masyarakat dalam tahapan analisis, pengembangan rencana kegiatan, dan dalam pembentukan dan pemberdayaan institusi local. Partisipasi dipandang sebagai hak, dan bukan sekedar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek. Proses tersebut melibatkan metodologi multidisiplin yang membutuhkan perspektif yang mejemuk serta membutuhkan proses pembelajaran yang sistematik dan terstruktur. Sebagai kelompok, masyarakat memegang kendali sepenuhnya atas keputusan- keputusan local, sehingga masyarakat memiliki kewenangan yang jelas untuk memelihara struktur dan kegiatannya. 7. Mobilisasi Swakarsa Partisipasi masyarakat dengan mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan system. Mereka membangun hubungan konsultatif dengan lembaga eksternal mengenai masalah sumberdaya dan masalah teknikal yang mereka butuhkan, tetapi tetap memegang kendali menyangkut pendayagunaan sumberdaya. Partisipasi ini mungkin tidak akan mengganggu distribusi kesejahteraan dan kekuasaan. Tahapan partisipasi masyarakat menurut Sustiwi 1986 dapat dibedakan menjadi tiga tahapan. Pertama, tahap perencanaan biasanya diwakili oleh tokoh masyarakat atau wakil yang duduk di pemerintahan desa. Kedua, tahap pelaksanaan dimana masyarakat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program, baik secara fisik maupun non-fisik. Terakhir, tahap pemanfaatan program dimana masyarakat ikut berpartisipasi dalam menikmati dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai.

2.9.3. Pengembangan Partisipasi Masyarakat

Keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan haruslah memberikan manfaat. Menurut Cernea 1991 terdapat lima cara untuk menjamin keuntungan dalam berpartisipasi dalam suatu proyek. Pertama, tingkat partisipasi yang diinginkan harus dibuat jelas sejak awal dan dapat diterima semua orang. Kedua, memiliki sasaran yang realistis untuk berpartisipasi dan harus dibuat berdasarkan fakta yang ada pada setiap perencanaan. Ketiga, pada umumnya perlu dilakukan perkenalan dalam mendukung partisipasi dimana harus disesuaikan dengan pola organisasi social di tingkat lokal. Keempat, harus ada komitmen pendanaan bagi partisipasi masyarakat. Terakhir, harus ada perencanaan terhadap pembagian tanggung jawab dalam setiap tahapan proyek, keuntungan lebih ditujukan bagi kegiatan proyek dari pada membagi-bagikan asset kepada masyarakat tanpa kontribusi yang berarti. Upaya dalam mengefektifkan peran serta masyarakat dalam pembangunan menurut United Nation Environment Programme ada lima pokok yaitu Harahap, 2001: 1. Mengindentifikasi kelompok masyarakat yang tertarik atau bakal dipengaruhi suatu kegiatan. 2. Menggapai kelompok masyarakat dengan memberikannya informasi tentang permasalahan, alternatif, dan keputusan yang perlu. 3. Mengembangkan dialog dalam bentuk pertemuan, lokakarya, dengar pendapat, kontak perorangan, surat menyurat, pembentukan tim kerja, dan lain-lain. 4. Mengasimilasi berbagai pendapat ini dalam suatu kesimpulan. 5. Memberi umpan balik tentang peran serta tadi. Supaya masyarakat mau ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan, perlu adanya suatu upaya pemberdayaan masyarakat. Terdapat empat strategi dalam pemberdayaan masyarakat yaitu: 1. Strategi Fasilitasi Strategi ini digunakan jika kelompok atau sistem yang menjadi target mengetahui ada suatu masalah dan membutuhkan perubahan dimana ada keterbukaan terhadap bantuan dari luar dan adanya keinginan pribadi untuk terlibat. Para agen peubah diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator yang bertugas membuat kelompok target menjadi sadar terhadap pilihan-pilihan dan keberadaan sumber-sumber. Strategi ini dikenal juga sebagai strategi