Kawasan Penyangga TINJAUAN PUSTAKA

Direktorat Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam menjelaskan bahwa kawasan penyangga merupakan suatu alat untuk: a. Menentukan pemenuhan berbagai keperluan dasar masyarakat disekitarnya baik untuk makan, uang maupaun kesenangan atau rekreasi. b. Menyelamatkan potensi taman nasional dari berbagai macam ganguan baik oleh manusia, ternak, maupun pencemaran lingkungan. c. Mengembangkan dan membina hubungan antara masyarakat dengan alamnya yaitu mengusahakan adanya integrasi antara manusia dengan alam pada tingkat yang lebih baik. d. Melindungi manusia dan daerah pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan sebagainya dari gangguana satwa liar. e. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi melalui usaha tani yang intensif dan kesadaran masyarakat terhadap usaha pelestarian alam dan lingkungannya. f. Menumbuhkan, mengembangkan organisasi swadaya masyarakat dalam kaitannya dengan usaha-usaha pelestarian sumberdaya alam. Menurut Soekmadi 2005 daerah penyangga suatu taman nasional dapat dibagi menjadi dua macam yaitu daerah penyangga fisik dan daerah penyangga sosial. Daerah penyangga fisik maksudnya ditujukan untuk membentengi potensi taman nasional dan melindungi masyarakat dari gangguan yang datang dari taman nasional dimana juga diharapkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai areal pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sekitar. Daerah penyangga sosial yaitu daerah penyangga yang merupakan wilayah binaan dimana sebagian besar kehidupan anggota masyarakat masih bergantung pada keberadaan potensi sumberdaya taman nasional.

2.3. Kerusakan Lingkungan

Beberapa dekade yang lalu, ada anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan penurunan kualitas lingkungan atau kawasan, secara kuantitatif semakin besar. Beberapa penelitian menunjukan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan atau kawasan yang disimpulkan oleh Maynard Hufscmidt tahun 1983 sebagai berikut: a. Kurangnya pengawasan lingkungan terhadap pelaksanaan undang-undang perlindungan lingkungan. b. Kelangkaan sumber keuangan dalam hubungan dengan kebutuhan sekarang yang merupakan kendala bagi keinginan untuk melindungi sistem alamiah. c. Luasnya kemiskinan masyarakat menghasilkan kegiatn-kegiatan yang merusak lingkungan sistem alam jangka panjang. d. Sering kali buruknya pembagian pendapatan mempengaruhi kualitas perencanaan program sebagai akibat pendapatan yang tidak mencukupi. e. Kesulitan dalam pengawasan lingkungan yang dipengaruhi oleh aktivitas pembangunan sektor pribadi dan sektor publik, yang mana pengendalian kualitas sektor lingkungan oleh publik memiliki keterbatasan program. f. Tidak cukup tersedianya para teknisi, administrasi dan ekonom dalam membuat perencanaan lingkungan. g. Luasnya kegagalan pasar yang ekstensif memerlukan penggunaan harga bayangan penempatan pasar. h. Kurangnya peran serta pengendalian kualitas lingkungan baik oleh masyarakat umum maupun oleh perusahaan pemerintah yang mengurangi efektifitas dalam implementasi. i. Tidak cukup tersedianya data lingkungan baik dari segi ekonomi maupun sosial, termasuk di dalamnya kesulitan mengumpulkan dan memproses data masa lalu, sehingga membatasi kualitas analisa. j. Luasnya perbedaan nilai budaya yang menambah kesulitan dalam memberi penilaian pada pengaruh kualitas lingkungan. Sedangkan John A. Dixon 1989 menemukan bahwa perusakan lingkungan dan sumberdaya alam yang ada merupakan hasil suatu perencanaan proyek yang diperkenalkan oleh pembangunan ekonomi. Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa pemanfaatan lingkungan environment terganggu karena pemberian penilaian rent yang tinggi serta adanya pengaruh dari tingkat pendapatan masyarakat yang rendah. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, kebijaksanaan pembangunan nasional dalam GBHN merumuskan bahwa dalam pembangunan, sumberdaya harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber-sumber daya alam tersebut harus didayagunakan agar sesuai dengan tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh dengan memperitungkan generasi yang akan datang. Resiko kerusakan fungsi sumberdaya lingkungan hidup berupa: a. Rusaknya berbagai sistem pendukung kehidupan vital bagi kehidupan manusia, baik sistem biofisik maupun sosial. b. Munculnya bahaya dalam bentuk ciptaan manusia seperti bahan berbahaya dan hasil-hasil bioteknologi. c. Pengalihan beban resiko pada generasi yang akan datang atau kepada faedah yang lain. d. Kurangnya fungsi sistem organisasi sosial masyarakat.