Perhubungan KEADAAN UMUM TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER TNGL DAN LOKASI PENELITIAN

kendaraan, perjalanan memerlukan waktu empat jam dan di dusun Juma Lade seluruh jalan umumnya jalan setapak. Keadaan yang sedemikian itu menyebabkann sulitnya mencapai lokasi yang memiliki objek potensial untuk diketahui dan kemudian dikembangkan. Usaha membuka jalur ketertutupan ini mulai agak terbuka dengan daerah-daerah luar terutama untuk jalur bagian barat Taman Nasional yaitu dengan intensitas pembangunan jalan Medan – Tapak Tuan – Banda Aceh serta rehabilitasi jembatan. Selain itu untuk daerah bagian barat ini dengan adanya tiga pelabuhan laut, sarana hubungan laut sangat penting dikembangkan. Tersedianya sarana pos dan telekomunikasi serta peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan rumah penginapan akan menambah daya tarik wilayah ini. Seiring dengan laju perkembangan di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, kawasan TNGL bagian tengah yang meliputi Aceh Tenggara yaitu Kota Cane – Blang Keheren – Medan dan Banda Aceh dalam waktu dekat dapat dilalui dengan darat. Terbukanya jalur ini akan memperbesar peluang wilayah tengah untuk mengembangkan potensi-potensi alamiahnya, mengingat jalur tempuh wilayah tengah hanya dengan alternatif jalan darat dari Medan ke Kota Cane Membutuhkan waktu lebih kurang 5 – 6 jam dan ini sangat melelahkan. Oleh karena itu untuk jangka panjang perlu dipertimbangkan pelabuhan udara di Kota Cane. Demikian pula halnya penyediaan fasilitas telekomunikasi, pos, telephon, penginapan, dan rumah makan perlu mandapat perhatian yang lebih seksama. Lokasi penelitian yaitu dusun Pamah Semelir dan Juma Lade berada pada wilayah bagian timur TNGL. Secara umum wilayah ini berada pada provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Langkat. Daerah ini sepanjang pantai timur bertopografi landai. Sarana perhubungan didominasi jalur darat dengan menggunakan jalur negara yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat, jalur darat Langkat merupakan jalur urat nadi lalulintas Sumatera Utara dengan Provinsi Aceh. Untuk mencapai daerah Langkat melalui jalur laut melewati Pelabuhan Belawan sedangkan jalur udara melalui Pelabuhan Polonia. Untuk wilayah Langkat melalui jalur darat antara satu wilayah dengan wilayah lain telah terbuka dan dapat dijangkau dengan menggunakan roda empat maupun roda dua. TNGL yang ada di daerah Langkat memiliki obyek–obyek yang khas dan dapat dikembangkan dengan berdampak ekonomi. Sebagai contoh kawasan Bukit Lawang sebagai pusat rehabilitasi orang hutan. Untuk mencapai lokasi ini dapat melalui Kota Binjai. Di Bahorok telah tersedia rumah makan, sarana penginapan, telekomunikasi, pos maupun telephon.

5.10. Pola Zonasi Taman Nasional Gunung Leuser

Sebagaimana telah diketahui bahwa keberadaan gunung Leuser sebagai kawasan lindung memiliki kegunaan, fungsi dan atribut. Setiap nilai mempunyai harga yang tidak dapat diukur secara kualitatif. Untuk mewujudkan tujuan ganda yang digariskan IUCN. TNGL sebagai kawasan konservasi dengan manajemen wilayah yang terpadu antara kepentingan konservasi dengan kepentingan kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Berdasarkan pada tujuan pengelolaan yang sesuai dengan komponen ekosistem yaitu: a Daerah inti diperuntukkan sebagai perlindungan dan pelestarian habitatsatwa liar terutama dari jenis mamalia terbesar, lokasi tidak terpencar- pencar tersebar, tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh. Selain itu juga untuk melindungi tipe – tipe vegetasi dan flora langka dari gangguan manusia. Zona ini merupakan zona yang tidak diperluka apa-apa kecuali untuk penelitian. Berdasarkan potensi alamiah yang ada topografi dan fisiografi lapangan, tipe ekosistem, flora dan fauna, TNGL dibagi ke dalam tujuh zona inti yakni: 1. Kompleks Gunung Leuser Zona inti kompleks Gunung Leuser berlokasi pada ketinggian 900 – 3.446 m dpl. Keadaan topografinya berat dan terjal sehingga jarang dijamah manusia. Zona ini memiliki tipe ekosistem hutan hujan bawah, hutan hujan tengah dan hutan hujan atas dengan keanekaragaman flora yang tinggi dan diprioritaskan sebagai tempat perlindungan harimau. 2. Kompleks Gunung Kemiri Kompleks Gunung Kemiri berada pada ketinggian 3.340 m dpl, mewakili tipe ekosistem hutan tengah dan hutan hujan tinggi. Seperti halnya dengan fauna Leuser, daerah relatif masih asli, belum dijamah manusia, hanya beberapa peneliti, yang telah sampai ke tempat tersebut. Menurut informasi daerah ini merupakan habitat kancil dan merupakan daerah jelajah harimau. 3. Komples Gunung Mamas dan sekitarnya Daerah berlokasi pada ketinggian 450 – 1.500 m dpl dengan tipe hutan hujan bawah dan hutan hujan tengah, daerah ini diperuntukkan sebagai tempat perlindungan badak Sumatera, orang hutan, dan harimau. 4. Kompleks Gunung Obor Terletak pada ketinggian 900 – 1000 m dpl, mewakili ekosistem hutan hujan bawah dan hutan hujan tengah. Daerah tersebut merupakan tempat penyebaran