Pariwisata Identifikasi Manfaat TNGL 1. Sumber Produk Bukan Kayu

dari kedatangan pengunjung sejumlah 113.092 untuk lebih lengkap lihat tabel Ramalan pengunjung TNGL berikut. Tabel 25. Ramalan pengunjung TNGL Tahun Jenis Pemgunjung Maksud Kunjungan Asing Domestik Rekreasi Pendidikan Penelitian 1985 1990 1995 2000 2005 3.150 5.987 8.824 8.824 8.824 22.518 63.417 104.268 104.268 104.268 17.187 48.588 79.164 79.164 79.164 7.187 19.433 31.666 31.666 31.666 513 1.388 2.262 2.262 2.262 Besarnya minat wisatawan asing dan domestik berwista ke TNGL memberikan dampak ekonomi yang cukup besar yaitu perolehan dari tiket masuk ke lokasi TNGL khusunya pusat rehabilitasi Orang Utan di bukit Lawang. Kawasan Dusun Bukit Semelir yang berbatasan langsung dengan tanah tinggi Karo memiliki keunggulan keindahan pemandangan, udara yang sejuk serta keaslian tanaman- tanaman hutan primer. Dengan keunggulan tersebut kawasan ini belum dikenal secara luas. Jumlah pengunjung domestik lebih banyak dari kalangan remaja yaitu anak-anak sekolah SLTP dan SLTA. Umumnya para pelajar memanfaatkan lokasi Pamah Semelir sebagai tempat berkemah. Sedangkan wisatawan asing yang datang ke lokasi ini perbulannya rata-rata masih sedikit yaitu enam sampai delapan orang. Kegiatan mereka lebih sering melakukan napak tilas dari bukit lawang ke tanah Karo. Oleh karena minimnya jumlah wisatawan yang datang ke Dusun Pamah Semelir ini berdampak negatif bagi pengusaha yang menyediakan kamar sewa kosong. Sepanjang tahun wisatawan yang datang hanya beristirahat untuk melepas lelah kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Dilihat dari kecilnya jumlah pengunjung domestik maupun manca negara ke kawasan Dusun Pamah Semelir karena daerah ini belum dijadikan pusat wisata. Jumlah pengunjung terbesar lebih berpusat di pusat rehablitasi Orang Utan Bahorok. Perhitungan manfaat yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata dalam hitungan yang digunakan untuk analisis manfaat-biaya diperlihatkan pada Lampiran 2.

7.2.3. Air

Taman Nasional Gunung Leuser merupakan kawasan tangkapan air yang sangat besar. Air selain bermanfaat bagi masyarakat dapat pula mendatangkan bencana berupa banjir bandang atau tanah longsor jika kwasan tangkapan air mengalami kerusakan. Sumber air yang sangat besar di kawasan TNGL jika dihitung debit air perhari mencapai 1.296 meter kubik atau sama dengan 1.296.000 liter perhari. Jika penduduk menggunakan air bersih setiap hari 125 liter maka dapat dipenuhi kebutuhan bagi 10.368 penduduk. Dan dengan memberi harga per 125 liter sebesar Rp 836 maka nilai Rupiahnya sebesar Rp 8.667.648 hari. Perhitungan lebih terperinci untuk analisis manfaat-biaya dijelaskan di dalam Lampiran 3. 7.3. Analisis Kelayakan Ekonomi 7.3.1. Analisis Manfaat-Biaya Metode analisis yang digunakan pada analisis ekonomi manfaat dan biaya adalah dengan mengitung Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR dan Net BenefitCost Net BC yang dilakukan pada discount rate sesuai dengan suku bunga pasar 18 persen dan discount rate apabila suku bunga disubsidi yakni 10 persen dan 7 persen. Perhitungan dari analisis manfaat-biaya diperlihatkan pada Lampiran 4 hingga 6, dan ringkasan hasil perhitungan tersebut disajikan pada Tabel 26. Terlihat pada Lampiran 4 bahwa di antara komponen manfaat yang terbesar adalah nilai produk bukan kayu, yang pada tahun pertama diestimasi sebesar Rp 82,60 milyar. Pada urutan berikutnya adalah pariwisata, yang pada tahun pertama diperkirakan mencapai Rp 4,31 milyar untuk pariwisata domestik dan Rp 0,43 milyar untuk pariwisata luar negeri, diikuti dengan air dengan besaran yang relatif kecil. Estimasi awal dari analisis arus manfaat dan arus biaya yang dilakukan untuk tingkat diskonto discount rate 18 persen menunjukkan bahwa nilai NPV negatif yakni -Rp 75.383.199.966 Tabel 26. NPV yang negatif ini menunjukkan bahwa keberadaan TNGL dengan suku bunga pasar tingkat diskonto 18 persen tidak layak untuk dijalankan. Tingkat pengembalian internal IRR yang dihasilkan adalah sebesar 13,86 persen. Tingkat pengembalian internal ini menunjukkan bahwa ”proyek” akan memberikan tingkat pengembalian terhadap modal yang ditanamkan sebesar 13,86 persen, dimana nilai ini lebih rendah dari tingkat diskonto yang digunakan 18 persen. Hasil estimasi nilai Net BC menunjukkan nilai yang kurang dari satu, yaitu sebesar 0,878. Angka hasil estimasi ini menunjukkan bahwa setiap pengeluaran sebesar satu rupiah maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 0,878. Hasil-hasil analisis ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan suku bunga pasar, maka TNGL tidak layak untuk dijalankan. Oleh sebab itu, apabila TNGL akan tetap dipertahankan, mengingat besarnya peranan yang dimilikinya termasuk kelestarian lingkungan, diperlukan subsidi suku bunga.