Produk Bukan Kayu KEKAYAAN HUTAN KAWASAN PENYANGGA
penduduk memanfaatkan produk bukan kayu bukan sebagai mata pencaharian utama tetapi hanya sebagai tambahan pendapatan.
Dari daerah Pamah Semelir sebagai daerah penelitian secara umum memanfaatkan kawasan penyangga dengan tanaman bambu, pengolahan air nira
sedangkan tanaman jenis rotan relatif jarang karena untuk memperolehnya harus memasuki kawasan Taman Nasional. Namun demikian disekitar kawasan ini
masih terlihat adanya penebangan kayu yang diperjual belikan untuk keperluan perahu, kayu gergajian atau kayu logs bulat. Penebangan diakui penduduk pada
tanah miliknya sendiri. Pengetahuan penduduk tentang nilai manfaat produk bukan kayu yang
terdapat di kawasan penyangga hanya pada produk-produk yang sudah umum diperjualbelikan secara tradisional. Berbagai jenis produk bukan kyu yang
berguna untuk keperluan rempah-rempah, obat-obatan maupun tanaman hias belum diperjualbelikan. Selain itu pada tanaman yang berserat seperti pandan
hutan diolah oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari bagi keperluan rumah tangga.
Sehubungan dengan produk-produk bukan kayu yang memiliki nilai keindahan ornamental berdasarkan hasil survei bandingan kepada pengusaha
tanaman hias menerangkan bahwa pada dasarnya minat serta permintaan tanaman hias yang berasal dari hutan hujan tropis sangat diminati pengunjung luar negeri
dan Mancanegara. Kerap kali adanya permintaan dalam skala besar tidak dapat dipenuhi sehingga peluang export tanaman hias menjadi tertutup. Menurut
pengusaha-pengusaha tanaman hias tersebut setiap ada permintaan tanaman hias
yang khas dari hutan tropis dengan mengutus orang-orangnya memasuki kawasan TNGL.
Keadaan tersebut tercipta karena penduduk kurang memiliki informasi, kurang memiliki pengetahuan dan informasi pasar sehingga perhatian untuk
memelihara serta melestarikan produk-produk bukan kayu tersebut sangat kurang. Penduduk beranggapan bahwa keberadaan produk-produk tersebut akan tersedia
kembali oleh mekanisme alamiahnya sendiri keanekaragaman produk bukan kayu kategori tanaman hias ornamental yang memiliki nilai ekonomi dapat di lihat
melalui tabel berikut. Tabel 13. Tabel Aneka Jenis Tanaman Hias Kawasan Penyangga TNGL
No Nama Tumbuhan Harga
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 9.
10. 11.
12. 13.
Pakis Loneat Equisetum Debila Roxb Pakis Lipan Nerpholepis Bisserata
Pakis Sendok Asplenium Nidus Pakis Joran Cibalium Baranets
Pakis Youyou Slaginella Plana Hierou Pakis Papan
Langgaj Sandar Tropis
Pinang Hutan Bungan Jarum Axora SP
Pisang-pisang Sinkut Dendrohium
Rp. 550 Rp. 2.200
Rp. 550 Rp. 660
Rp. 1.650 Rp. 660
Rp. 1.650 Rp. 1.650
Rp. 6.600 Rp. 3.300
Rp. 1.650 Rp. 550
Sumber: Hasil inventarisasi survey berdasarkan harga pedagang di Medan, 1992.
Selain produk bukan kayu kategori tanaman hias produk di kawasan penyangga Dusun Pamah Semelir juga belum memanfaatkan tanaman-tanaman
yang mengandung nilai obat-obatan. Penduduk menggunakan jenis-jenis tersebut hanya untuk kepentingan yang sifatnya pribadi atau bila dianggap perlu. Beberapa
jenis tanaman yang berkhasiat obat-obatan diantaranya ialah Staban poiki losperum smaveleus
oleh penduduk dipergunakan untuk menyembuhkan sakit mata dan dipergunakan untuk menyembuhkan sakit demam malaria, jenis lainnya
adalah rubei, cep-cep malam, sijerna selam tikus, kayu kumis kucing, sikala kabang, serabat malai-malai, duri siro, kerpis, kulit labang, blau dan lain
sebagainya. Keberadaan produk bukan kayu semakin terancam akibat kurang
kesadaran untuk memperbanyak dengan pembudidayaan atau karena permintaan luar. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, sudah pasti permintaan manusia
terhadap produk-produk bukan kayu akan terus meningkat. Kelangkaan akan mendorong naiknya harga-harga produk bukan kayu baik di pasar lokal maupun
di pasar luar daerah. Demikian pula halnya dengan produk bukan kayu yang dikategorikan tanaman hias akan semakin mendapat perhatian dari masyarakat
yang cenderung tertarik pada nilai keindahan dan keunikan tanaman. Beberapa jenis rotan calamus yang tidak bernilai tinggi bila dimasukan ke dalam jenis
tanaman hias menjadi berharga misalnya jenis rotan cincin yang memiliki keindahan tersendiri.
Demi terhindarnya kawasan lindung TNGL dari upaya perambahan dan pengambilan kekayaan yang ada di dalamnya maka, sudah selayaknya bila
kawasan penyangga yang masih ditanami oleh tumbuhan asli hutan tanaman pribumi dikembangkan dengan mengajak masyarakat menanam kembali.
Keikutsertaan masyarakat dibangkitkan dengan penjelasan bahwa seluruh produk- produk bukan kayu mempunyai nilai ekonomi baik untuk saat ini maupun untuk
masa depan. Dari hasil inventarisasi produk-produk bukan kayu dilokasi survey,
pada kawasan penyangga Dusun Pamah Semelir dari tiga plot yang masing- masing memiliki luas 200 meter kubik tercatat sebanyak 1.127 rumpun tanaman
dengan jumlah jenis tanaman sebanyak 122. Sedangkan dari plot yang sama diinventarisir sebanyak 1.060 rumpun pohon yang dikategorikan sebagai bukan
kayu. Produksi bukan kayu dari keseluruhan kawasan TNGL yang umumnya
dihasilkan oleh Taman Nasional Gunung Leuser diperlihatkan oleh Tabel 14. berikut ini.
Tabel 14. Jenis Produk bukan kayu yang Dimanfaatkan Masyarakat di TNGL Tahun 1999
Jenis Produk Produksi
dalam ton 1.
Kapuk Randu 2.
Rotan 3.
Damar 4.
Rumbia Nipah Sagu 5.
Kemenyan 6.
Gula Aren 7.
Pala 8.
Nilam 9.
Kemiri 10.
Kayu Manis 11.
Madu 12.
Vanili 13.
Sarang Burung 1.177
18.064 319
2645 37
870 8.416
334 27.027
156 1
233 2.209
Sumber: Badan Pusat Statistik, 1999.
Produk bukan kayu dalam tabel di atas diurutkan dari yang bernilai rendah, medium dan yang bernilai tinggi.
Pengusahan lahan penyangga yang tidak dikonversi dilakukan dengan memperhatikan siklus regenerasi setiap jenis produk yang terdapat di dalamnya
lebih menjamin masa depan. Hal ini dapat terjadi karena produk-produk bukan kayu memiliki daya guna yang sangat luas baik untuk kerpentingan perdagangan
untuk pengembangan obat-obatan yang dibutuhkan oleh dunia farmasi dan untuk pemeliharan beraneka jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
dan kemanusiaan.kelangkaan dan keunikan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di lokasi survey ini menambah tingginya nilai produk-produk sehingga harganya
juga akan cenderung meningkat dan pada akhirnya akan mempertinggi tingkat pendapat masyarakat. Oleh karena itu pengusahaan kawasan yang memperhatikan
regenerasi alamiahnya adalah sangat rasional bagi kesinambungan produktifitas dengan lingkungan hidup secara terpadu perpaduan tersebut memiliki saling
pengaruh, baik tingkat lokal, regional, nasional dan Internasional lihat Tabel 15. Dari gambaran matriks hubungan tersebut, kesinambungan memanfaatkan
kawasan penyangga diusahakan oleh penduduk tidak saja dari satu segi pengetahuan pertanian yang bersifat tradisional seperti perladangan tetapi
diperkenalkan terhadap pembudidayaan berbagai produk bukan kayu seperti tanaman hias yang memiliki pasar di kota-kota besar. Usaha bekerja sama dengan
pengusaha-pengusaha tanaman hias yang telah memiliki jaringan usaha di seluruh Indonesia maupun Internasional pada akhirnya akan merupakan sumber devisa
baru bagi bangsa Indonesia. Potensi produk bukan kayu sektor tanaman hias ini dapat dilihat dari beberapa tanaman falem, pakis-pakis dan rotan ealamus, jenis
tertentu misalnya rotan cincin dan rotan sabut yang memiliki unsur keindahan yang spesifik. Demikian juga halnya dengan produk bukan kayu dari tumbuhan
yang mengandung nilai manfaat untuk pengobatan moderen maupun tradisional
memiliki peluang bisnis yang menguntungkan. Adanya gerakan kembali ke alam merupakan segmen yang penting bagi kelansungan hidup usaha disektor ini.
Tabel 15. Matriks Hubungan Produk-produk Lahan Penyangga terhadap Lingkungan
No. Jenis Produk
Lokal Regional Nasional Internasional 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
Timber Obat-obatan
Tanaman Hias Tanaman Serat
Rotan Kemenyan
Kulit Manis Bambu
Kebutuhan Rumah Tangga Enan
Perkakas Bangunan Keindahan
Kenyamanan Cadangan Air
Penelitian +
+ +
- -
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
- +
- +
+ -
+ +
+
- +
- +
+ -
- +
- -
- -
- -
+ -
- +
+ -
- -
+ -
- -
+
- -
+
Keterangan : + Kuat
- Lemah o Tidak ada hubungan pengaruh
Sumber: Hasil inventarisasi survey, 1991.
Di beberapa daerah di Indonesia, kebiasaan masyarakat dengan lembaga adat telah mempraktekan usaha pengelolaan sektor usaha pembudidayaan
pertanian dengan memperhatikan aspek-aspek siklus dan jumlah pemanen. Pengaturan tersebut menjamin kelangsungan budidaya dan juga memelihara
lingkungan hidup, misalnya lembaga sosial di Indonesia bagian Timur. Dalam kawasan penyangga di Lingkungan TNGL pertumbuhan penduduk disebabkan
oleh kaum pendatang dari berbagai suku-suku yang memiliki latar belakang adat dan tradisi yang berbeda. Untuk membangun peran serta masyarakat kawasan di
perlukan pendekatan nilai-nilai religius yang dianut oleh mayoritas masyarakat
setempat dan penerapan Undang-undang Konversi Nomor 5 tahun 1990, pasal 37 yang berbunyi:
Ayat 1 Peran serta rakyat dapat berupa perorangan dan kelompok masyarakat baik yang berorganisasai maupun tidak. Agar rakyat dapat berperan aktif
dalam kegiatan konversi sumber daya alam hayati dan ekositemnya, maka melalui kegiatan penyuluhan, pemerintah perlu mengarahkan dan
menggerakan rakyat dalam mengikutsertakan kelompok-kelompok masyarakat Indonesia
Ayat 2 Dalam usaha menumbuh dan meningkatkan sadar konversi dikalangan masyarakat maka perlu ditanamkan pengertian dan motifasi tentang
konversi sejak dini melalui jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dengan melibatkan masyarakat disekitar di kawasan TNGL khususnya
penduduk yang bertempat tinggal di kawasan penyangga maka usaha pengembangan produk-produk bukan kayu lebih terjamin keamanannya maupun
kelestarianya. Sesuai dengan makna ayat 2 pasal 37 UU No. 5 tahun 1990 tersebut, keterpaduan pihak aparat yang terkait melakukan penyuluhan sangat
mutlak diperlukan. Demikian pula halnya dengan pelaksanan Undang-undang secara tegas terhadap setiap individu maupun organisasi usaha yang dilakukan
penebangan hutan di kawasan penyangga adanya keterpaduan yang dilakukan oleh seluruh unsur yang berkepentingan, baik rakyat penduduk maupun
pemerintah dan dunia Internasional maka fungsi kawasan penyangga sebagai upaya pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
akan tercapai dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat akan meningkat.