pada tingkat produsen termasuk biaya penyimpanan dan penurunan kualitas suatu produk. Biaya penyimpanan dihitung berdasarkan biaya kadar air kopra menurut
istilah pedagang. Kopra yang kadar airnya tinggi berarti biayanya lebih tinggi lagi. Cara mengatasinya yaitu kopra disimpan atau dijemur.
Tabel 35. Rata-Rata Biaya Transaksi Usaha Kelapa Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa di Bolaang Mongondow, Tahun 2006-
2007
Komponen Biaya Transaksi
Biaya RpKg
1. Biaya Transpor Penjualan Kopra 26.33
22.52 2. Biaya Penyimpanan
90.61 77.48
T o t a l 116.94
100.00
Tabel 35 menunjukkan bahwa biaya penyimpanan merupakan biaya terbesar yaitu 77.48 persen, kemudian diikuti biaya transpor penjualan kopra sebesar 22.52
persen per kg kopra. Walaupun biaya transpor lebih kecil dibanding biaya penyimpanan namun biaya tersebut dapat mempengaruhi penerimaan pada usaha
kelapa. Harga penjualan kopra ditentukan oleh pedagang. Kemudian harga yang diterima rumahtangga adalah harga yang sudah dikurangi biaya penyimpanan dan
biaya transpor penjualan kopra. Dalam hal ini rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow menghadapi struktur pasar tidak sempurna imperfect
competition dalam penjualan kopra.
6.4. Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha dalam penelitian ini diukur berdasarkan usaha ternak sapi, usaha ternak sapi - jagung dan usaha ternak sapi - kelapa. Kriteria untuk melihat
efisiensi diantaranya rasio biaya transaksipenerimaan, rasio biaya transaksibiaya dan rasio biaya transaksipendapatan. Biaya transaksi dapat menentukan efisiensi usaha
ternak sapi per kg ternak sapi, usaha ternak sapi - jagung di Minahasa dan usaha ternak sapi - kelapa di Bolaang Mongondow Tabel 36.
Tabel 36. Rasio Biaya Transaksi terhadap Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan pada Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-
Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006- 2007
U r a i a n Minahasa Bolaang
Mongondow RpKg Rasio RpKg Rasio
A. Ternak Sapi 1. Biaya Transaksi
1
5 972.98 6 211.04
2. Penerimaan
1
35 000.00 0.17
35 000.00 0.18
3. Total Biaya
1
22 347.43 0.27
25 949.52 0.24
4. Pendapatan
1
12 652.57 0.47
9 050.48 0.69
B. Usaha Sapi-Tanaman
2
1. Biaya Transaksi 6 020.43
6 327.98 2. Penerimaan
3
79 368.67 0.08
274 801.75 0.02
3. Total Biaya
3
57 428.41 0.10
181 352.29 0.03
4. Pendapatan
3
21 940.26 0.27
93 449.46 0.07
Keterangan: 1 = Dihitung untuk ternak sapi terjual 2 = Usaha ternak sapi-jagung di Minahasa; Usaha ternak sapi-kelapa di
Bolaang Mongondow 3 = Termasuk penerimaan, biaya dan pendapatan yang diperhitungkan
Biaya transaksi ternak sapi menunjukkan biaya yang ditanggung rumahtangga
petani peternak sapi pada saat melakukan transaksi penjualan ternak sapi yang dihitung per kg ternak sapi. Penerimaan adalah harga yang diterima rumahtangga per
kg ternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Total biaya adalah biaya ternak sapi terjual per kg yang dikeluarkan rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa
dan Bolaang Mongondow, terdiri dari biaya rumput Rpkg, biaya tenaga kerja Rpkg, biaya obat Rpkg dan biaya transaksi Rpkg. Sedangkan pendapatan
adalah penerimaan penjualan ternak sapi Rpkg dikurangi total biaya ternak sapi terjual Rpkg.
Tabel 36 menunjukkan bahwa rasio biaya transaksi dan penerimaan per kg ternak sapi hidup pada usaha ternak sapi rumahtangga petani peternak di Minahasa
lebih kecil dibanding di Bolaang Mongondow yaitu masing-masing sebesar 0.17 dan 0.18. Artinya dengan penerimaan usaha ternak sapi sebesar Rp 1 maka rumahtangga
petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow masing-masing akan menanggung biaya transaksi sebesar Rp 0.17 dan Rp 0.18. Hasil ini lebih kecil
dibanding hasil penelitian Anggraini untuk nelayan kincang sebesar 0.24 Anggraini, 2005.
Rasio biaya transaksi dan total biaya ternak sapi per kg pada usaha ternak sapi rumahtangga petani peternak di Minahasa lebih besar dibanding rumahtangga di
Bolaang Mongondow yaitu masing-masing sebesar 0.27 dan 0.24. Artinya dengan total biaya ternak sapi per kg sebesar Rp 1 maka rumahtangga petani peternak sapi di
Minahasa dan di Bolaang Mongondow akan menanggung biaya transaksi masing- masing sebesar Rp 0.27 dan Rp 0.24.
Nilai rasio biaya transaksi dan pendapatan per kg ternak sapi rumahtangga petani peternak di Minahasa lebih kecil dibanding Bolaang Mongondow yaitu
masing-masing sebesar 0.47 dan 0.69. Artinya dengan pendapatan per kg ternak sapi sebesar Rp 1 maka rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang
Mongondow masing-masing akan menanggung biaya transaksi sebesar Rp 0.47 dan Rp 0.69. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi rumahtangga petani
peternak sapi di Minahasa lebih efisien. Hal ini disebabkan kualitas ternak sapi untuk
jenis dan umur yang sama di Minahasa lebih baik. Selain itu, rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow tidak mempunyai informasi harga sehingga
penerimaan per ekor ternak sapi lebih kecil disebabkan biaya transaksi yang ditanggung mereka lebih tinggi. Efisiensi dapat ditingkatkan bila informasi lebih
baik. Rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow juga menanggung biaya transpor pedagang yang datang ke rumah peternak dan ditentukan oleh
pedagang. Rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow menanggung biaya sarana produksi lebih besar yang disebabkan harga rumput lebih tinggi.
Kondisi di atas akan berbeda apabila rasio biaya transaksipenerimaan, biaya transaksibiaya dan biaya transaksipendapatan dihitung berdasarkan integrasi usaha.
Seperti terlihat pada Tabel 36, penerimaan, biaya dan pendapatan per kg usaha ternak sapi yang dihitung adalah penerimaan, biaya dan pendapatan yang dibayar dan
diperhitungkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa integrasi usaha ternak sapi-jagung
rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa lebih efisien dibanding apabila usaha ternak sapi tanpa integrasi. Demikian pula integrasi usaha ternak sapi-kelapa
rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow lebih efisien dibanding apabila usaha ternak sapi tanpa integrasi. Menurut Bamualim, et al 2004,
keuntungan langsung integrasi usaha ternak sapi-tanaman pangan adalah peningkatan pendapatan dari penjualan ternak dan jagung. Sedangkan keuntungan tidak langsung
adalah perbaikan kualitas tanah akibat pemberian pupuk kandang pada lahan sawah tadah hujan. Selanjutnya menurut Kariyasa dan Kasryno 2004 bahwa usaha ternak
sapi akan efisien jika manajemen pemeliharaan diintegrasikan dengan tanaman
sebagai sumber pakan bagi ternak itu sendiri. Integrasi usaha ternak sapi-tanaman juga dapat dilakukan sebagai upaya meminimalkan biaya transaksi Whinston, 2003
dan Williamson, 2008. Dalam hal ini dibutuhkan peran pemerintah untuk memberikan penyuluhan, agar rumahtangga petani peternak sapi mengembangkan
pola usaha ternak sapi terintegrasi dengan tanaman. Perlu pembentukan kelompok- kelompok usaha ternak sapi, sebagai salah satu upaya memperbaiki kelembagaan
penjualan ternak sapi. Usaha ternak sapi dilakukan dengan berkelompok memiliki keuntungan diantaranya memperkuat posisi tawar petani dalam penjualan ternak
Fagi, et al. 2004; Fagi dan Kartaatmadja, 2004.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, P. 1983. Problem Reproduksi Pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Alderman, H and Sahn, D.E. 1993. Substitution Between Goods and Leisure in a
Developing Country. American Journal Agricultural Economics. 74 4: 875- 883.
Allen, D.W and D. Lueck. 2004. The Nature of The Farm. Contracts, Risk and Organization in Agriculture. The MIT Press.
Ambarsari, D.N. 2005. Analisis Ekonomi Rumahtangga Petani Pekebun Kakao di Kabupaten Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis Magister Sains. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Anderson, J. 1990. Rural Credit and the Mix Between Permanent and Temporary
Wage Labor Contracts in Pernambuco, Brazil. American Journal of Agricultural Economics, 75 5: 1139-1157.
Andriati. 2003. Perilaku Rumahtangga Petani Padi Dalam Kegiatan Ekonomi Di Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Bogor. Anggraini, E. 2005. Analisis Biaya Transaksi dan Penerimaan Nelayan dan Petani di
Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anwar, K. 2005. Analisis Respon Produksi dan Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani : Simulasi Perubahan Kebijakan Harga. Tesis Magister Sains. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ariyanto, A. 2004. Alokasi Waktu Dan Ekonomi Rumahtangga Pekerja Pada Sektor
Industri Formal Berdasarkan Gender. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Asmarantaka, R.W. 2007. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Di Tiga Desa Pangan dan Perkebunan Di Provinsi Lampung. Disertasi Doktor. Sekolah
Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2003. Sensus Pertanian. Angka Nasional Hasil Pendaftaran
Rumahtangga. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2005. Sulawesi Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik,
Manado.
Bakir, L.H. 2007. Kinerja Perusahaan Inti Rakyat Kelapa Sawit Di Sumatera Selatan : Analisis Kemitraan dan Ekonomi Rumahtangga Petani. Disertasi Doktor.
Sekolah Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor, Bogor. Bamualim, A., R.B. Wirdahayati dan M. Boer. 2004. Status dan Peranan Sapi Lokal
Pesisir di Sumatera Barat. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.
Barret, C.B., M.F. Bellemare and S.M. Osterloh. 2004. Household-Level Livestock Marketing Bahavior Among Northern Kenyan and Sourthen Ethiopian
Pastoralists. Departement of Applied Economics and Management. Cornell University, Ithaca.
Becker, G.S. 1971. The Economic Approach to Human Behavior. The University of Chicago Press, Chicago.
Benham, A and L. Benham. 2001. Marketng Methods and Income Generation Amongst Small-Scale Farmers in Two Communal Areas of Kwazulu-Natal,
South Africa. School of Agricultural Sciences and Agribusines. University of Natal, Pietermaritz Burg, South Africa. Procceding.
http:ifmaoline.orgpagescon_full Articles php.
Best, J. 1987. Homestead Livestock and Household Livelihood in Sarawak: Innovations versus Improvements. Community Development Journal, Oxford.
Birthal, P.S., P.K. Joshi and A. Gulati. 2006. Vertical Coordination in High-Value Food Commodities: Implication for Smallholder. International Food Policy
Research Institute IFPRI and National Centre for Agricultural Economics Policy Research NCAP, New Delhi.
Bryant, W. K. 1990. The Economic Organization of the Household. Cambridge University Press, New York.
Chavas, J. P; R. Petrie and M. Roth. 2005. Farm Household Production Efficiency : Evidence From the Gambia. American Journal of Agricultural Economics.
Vol 87 1 : 160-179. Caillavet, F., H. Guyomard and R. Lifran. 1994. Agricultural Household Modelling
and Family Economics. Elsiver, New York. Collisson, C., U. Kleih., D. Burnett., A. Munganga., J. Jagwe and R.B. Fenis. 2005.
Transaction Cost Analysis for Selected Crops with Export Potential in Uganda. International Institute of Tropical Agriculture, Nigeria.
Coyle, B.T. 1994. Duality Approaches to the Specification of Agricultural Household Models. In: Caillavet, F., H. Guyomard and R. Lifran. 1994. Agricultural
Household Modelling And Family Economics. Elsiver, New York. Crotty, R. 1980. Cattle, Economics and Development. Commonwealth Agricultural,
Bureau. Denham, S.C and T.H. Spreen. 1986. Introduction to Simulation of Beef Cattle
Production. In: Spreen, T.H and D.H. Laughlin. Simulation of Beef Cattle Poduction System and Its Use in Economic Analysis. Westview
PressBoulder, London.
Dinas Kehewanan. 2007. Laporan Evaluasi Kinerja Tahun 2006. Dinas Kehewanan Kabupaten Minahasa, Tondano.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Laporan Tahunan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara, Manado.
Dinas Pertanian dan Peternakan. 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Manado.
Dinas Pertanian dan Peternakan. 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow, Kotamobagu.
Direktorat Pengembangan Peternakan. 2003. Informasi Peluang Investasi Agribisnis Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Direktorat Pengembangan Peternakan. 2004. Kebijakan Pemerintah Untuk Mendorong Peluang Investasi Agro Industri Subsektor Peternakan dan
Persaingan di Era Globalisasi. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Djajanegara, A dan I.G. Ismail., 2004. Manajemen Sarana Usahatani dan Pakan dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Prosiding Seminar. Sistem
Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.
Dutilly-Diane, C., E. Sadoulet and A. de Janvry. 2003. Household Behavior Under Market Failures: How Natural Resource Management in Agriculture Promotes
Livestock Production in the Sahel. Department of Agricultural and Resource Economics. University of California, Berkeley.
Elistiawaty. 2005. Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Industri Kecil Tenun Sutera Di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Tesis Magister Sains. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ellis, F. 1988a. Peasant dalam Peasant Economics. Farm Households and Agrarian Development. Cambridge University Press, Cambridge.
Ellis, F. 1988b. The Drudgery-Averse Peasant dalam Peasant Economics. Farm Households and Agrarian Development. Cambridge University Press,
Cambridge. Ellis, F. 1988c. The Farm Household Peasant dalam Peasant Economics. Farm
Households and Agrarian Development. Cambridge University Press, Cambridge.
Eguienta, Y., C. Martin., P. Lecomte., O. husson and J.C. Castella. 2002. Crop- Livestock Interactions in Northern Vietnam: Issues, Diversity of Farmers’
Responses and Alternatives for Sustainable Integration of Animals in Upland Agricultural System. International Rice Research Institute, Philippines.
Evenson, R.E., A. Kimhi and S. DeSilva. 2000. Supervision and Transaction Costs : Evidence From Rice Farms in Bicol, the Philippines. Yale University, New
Haven. Fagi, A.M., A. Djajanegara., K. Kariyasa dan I.G. Ismail., 2004. Keragaman Inovasi
Kelembagaan dan Sistem Usahatani Tanaman – Ternak di Beberapa Sentra. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.
Fagi, A.M. dan S. Kartaatmadja., 2004. Dinamika Kelembagaan Sistem Usahatani Tanaman-Ternak dan Diseminasi Tehnologi. Prosiding Seminar. Sistem
Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.
Gabriel., 1995. Elements of Farm – Household System : Boundaries, Household and Resources.
http:elements of farm household system.
Gould, B.W and W.E. Saupe, 1989. Off-Farm Labor Market Entry and Exit. American Journal of Agricultural Economics, 71 4 : 960-969.
Gulelat, W. 2002. Household Herd Size Among Pastoralists in Relation to Overstocking and Rangeland Degradation Sesfontein, Namibia.
International Institute for Geo-Information Science and Earthobservation Enschede, Netherlands.
Hasnudi. 1991. Analisis Faktor-faktor Lingkungan Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produktivitas Ternak Sapi “Crash Program Project”. Studi
Kasus pada Enam Desa di Sumatera Utara. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hendayana, R dan M.H. Togatrop. 2003. Struktur Curahan Waktu Kerja dan Pendapatan Peternak. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner, Bogor. Hendayana, R dan Yusuf. 2003. Kajian Adopsi Tehnologi Penggemukan Sapi Potong
Mendukung Pengembangan Agribisnis Peternakan Di Nusa Tenggara Timur. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor.
Hoda, A. 2002. Potensi Pengembangan Sapi Potong Pola Usaha Tani Terpadu Di Wilayah Maluku Utara. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Hyun, K.N, D.W. Adams and L.J. Hushak. 1979. Rural Household Saving Behavior
in South korea 1962-76. American Journal of Agricultural Economics, 61 3 : 142-152.
Imam, H.M.S. 2003. Strategi Usaha Pengembangan Peternakan Berkesinambungan. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor.
International Center For Integreted Mountain Development. 1989. Livestock Development in Mixed Crop Farming System. Issues in Mountain
Development. http:international
center for integrated mountain development. Jaleta, M and C. Gardebroek. 2007. Land and Labour Allocation Decision in the Shift
from Subsistence to Comercial Agriculture. http:.sls.wau.nlMlResponse
Debello_revised.pdf Kariyasa, K dan F. Kasryno., 2004. Dinamika Pemasaran dan Prospek
Pengembangan Ternak Sapi di Indonesia. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.
Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometrics Methods. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London.
Kusnadi, N. 2005. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna di Beberapa Provinsi Di Indonesia. Disertasi Doktor.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kusnadi, U., P. R. Soeharto, dan M. Sabrani. 1983. Efisiensi Usaha Peternakan Sapi
Perah Yang Tergantung Dalam Koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Lambert, S and T. Magnac. 1994. Measurement of Implicit Price of Family Labour in Agriculture: An Application to Cote D’Ivoire. In : Caillavet, F., H. Guyomard
and R. Lifran. 1994. Agricultural Household Modelling and Family Economics. Elsiver, New York.
Lanzona, R and R.E. Evenson. 1997. The Effect of Trnsaction Costs on Labor Market Participation and Earnings: Evidence From Rural Philippine Markets.
Economic Growth Center, Yale University. New Haven, Connecticut 06520- 8269
Lazear, E.P and R.T. Michael. 1988. Allocation of Income Within The Household. The University of Chicago, Press, Chicago 60637
Lebdosukoyo, S. 1983. Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Menunjang Kebutuhan Pakan Ruminansia. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Limbong, F.T. 1989. Alternatif Pengembangan Ternak sapi Rakyat Di Kabupaten Bone – Sulawesi Selatan. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Lofgren, H and S. Robinson. 1999. To Trade or Not To Trade: Non-Separable Farm
Household Models in Partial and General Equilibrium. International Food Policy Research Institute. Trade and Macroeconomics Division International
Food Policy Research Institute 2033 K Street, N.W. Washington, DC. 20006 U.S.A.
Mondo, M. 2002. Analisis Keuntungan Perdagangan Antar Pulau Ternak Sapi di Sulawesi Utara. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Sam Ratulangi,
Manado. Maltsoglou, I and G. Rapsomanikis. 2005. The Contribution of Livestock to
Household Income in Vietnam: A Household Typology Based Analysis. Food an Agriculture Organization-Animal Production and Health Division. Viale
delle Terme, Caracalla.
Mathijs, E and L. Vranken. 2006. Farm Restructuring and Production Efficiency in Transition Agriculture. Katholieke Universiteit, Leuven.
Matungul, P.M., G.F. Ortmann and M.C. Lyne. 2006. Marketing Methods and Income Generation Amongst Small-Scale Farmers in Two Communal Areas
of Kwazulu-Natal, South Africa. School of Agricultural Sciences and Agribusiness. University of Natal, Pietermaritzburg.
Minot, N. 1999. Effect of Transaction Cost on Supply Respone and Marketed Surplus : Simulations Using Non-Separable Household Model. Internatioal Food
Policy Researh Institute Washington, D.C. http:www.cgiar.orgifpri
Mitch, R. 1990. Household Inventories and Marketed Surplus in Semisubsistence Agriculture. American Journal of Agricultural Economics, 72 3: 664-675.
Muhammad, S. 2002. Ekonomi Rumahtangga Nelayan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Di Jawa Timur : Suatu Analisis Simulasi Kebijakan. Disertasi
Doktor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyadi, H., Sumadi., Supiyono dan Pusporini., 1983. Pendugaan Nilai Genetik
Secara Progeny Test Dari Sapi Pejantan di Perusahaan Susu “Santa Maria” Rowoseneng, Temanggung. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Nefri, J. 2000. Optimalisasi dan Daya saing Usaha Peternakan Sapi Potong. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Negoro, N.B. 2003. Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Dan Pekerja Industri Kecil Gerabah Di Sentra Industri Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul. Tesis
Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nenepath, S.H. 2001. Optimalisasi Diversifikasi Ternak Sapi Potong Pada Usahatani
Lahan Kering di Kabupaten Jayapura-Irian Jaya. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ngqangweni, S and C. Delgado. 2003. Decision on Livestock Keeping in the Semi- Arid Areas of Limpopo Province. Extension and Rural development.
Department of Agricultural Economics. University of Pretoria, Pretoria. North and Thomas. 1973. Transaction Cost – Dictionary Definition of Transaction
Cost. http:economics.about.convlibraryglossaryblglossary-full,htm
. Nugrahadi, E.W. 2001. Keputusan Ekonomi Rumahtangga Pengusaha dan Pekerja
Industri Produk Jadi Rotan Di Kota Medan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pambudy, R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak, dan Penyuluhan Dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. Disertasi Doktor.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pemerinatah Bolaang Mongondow. 2005. Keputusan Bupati Bolaang Mongondow
Nomor 114 Tahun 2005 Tentang Penyesuaian Struktur dan Besarnya Tarif Sementara Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Retribusi
Penggantian Biaya cetak Peta dan Pelayanan Jasa Ketatausahaan. Kabuapen Bolaang Mongondow, Kotamobagu.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. 2003. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dan Pelayanan Jasa Ketatausahaan. Provinsi Sulawesi Utara, Manado.
Pindyck, R.S and D.L. Rubenfeld. 1998. Econometrics Models and Economic Forecasts. Fourth Edition. Irwin McGraw-Hill, Boston.
Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak Terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani.
Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor, Bogor. Priyono, B.M. 2004. Biaya Transaksi dan Pengaruhnya Dalam Pengelolaan Hutan
Alam Produksi Lestari. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rao and Saxena. 1994. In : International Center For Integreted Mountain Development. 1989. Livestock Development in Mixed Crop Farming System.
Issues in Mountain Development. http:international
center for integrated mountain development.
Roebeling, P. 2006. Imperfect Markets, Institusional Rents, and Incentives for Sustainable Intensification of Livestock Production System in The Atlantic
Zone of Costa Rica. Ministry of Agriculture and Livestock MAG. CINPE- UNA, Costa Rica.
Sadoulet, E and A. de Janvry. 1995. Household Models. In : Quantitative Development Policy Analysis. John Hopkins University Press. Baltimore.
Santoso., Abubakar dan A.R. Siregar. 1983. Respon Peternak Terhadap Hasil Silangan Sapi Lokal X Sapi Ras di Daerah Jombang. Proceeding. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Santoso, D and E. Tuherkih. 2003. Meningkatkan Pengelolaan Lahan Untuk Memacu Pengembangan Ternak Ruminansia. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, Bogor. Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Kumpulan Pemikiran. Edisi
Milenium. Pustaka Wirausaha Muda, Bogor. Sariubang, M.A., A. Syam and A. Nurhayu. 2003. Sistem Usahatani Tanaman-Ternk
pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Sulawesi Selatan.
http:www.sulsel.litbang.deptan.go.id . 2007.
Sartorius, K. 2006. The Cost Efficiency of Small Farm Inclusion in Agribusiness Supply Chains.
http:www.wits.ac.zaaccountarystaffsartoriuskresearch Sawit, M.H. 1993. A Farm Household Model For Rural Household of West Java,
Indonesia. A Thesis Submitted in Fulfilment of the Requirements for the Award of the Degree of Doctor of Philosophy from The University of
Wollongong. Departement of Economics Northfield Av., Wollongong NSW 2522.
Sicular, T. 1986. Using a Farm-Household Model to Analyze Labor Allocation on a Chinese Collective Farm. In: I. Singh, L. Squire, J. Strauss Eds. Agricultural
Household Models : Extentions, Applications, and policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore.
Sinaga, B.M. 1995. Metode Sampling. Makalah Disampaikan pada Penataran Dosen- Dosen Perguruan Tinggi Swasta. Materi Metodologi Penelitian Sosial
Ekonomi di Cisarua, Bogor 19-23 Juni 1995. Direktorat Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.
Sinaga, B.M. 1996. Metode Pengumpulan Data. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Singkat Metodologi dan Manajemen Penelitian Bidang Pertanian,
Cisarua Bogor 16-23 Desember 1996. Proyek Pengembangan Sebelas Lembaga Pendidikan Tinggi Bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sitepu, R.K dan B.M. Sinaga. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika. Estimasi, Simulasi dan Peramalan Menggunakan Program SAS. Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Singh, I., L, Squire and J, Strauss. 1986. The Basic Model: Theory, Empirical Results
and Policy Conclusions. In: I. Singh, L. Squire, J. Strauss Eds. Agricultural Household Models : Extentions, Applications, and policy. The Johns Hopkins
University Press, Baltimore.
Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Australian Universities International Development Program. UI Press, Indonesia, Jakarta.
Soenarjo, C. 1983. Beberapa Faktor Penyebab Rendahnya Efisiensi Reproduksi dan Usaha Meningkatnya Pada Ternak Sapi Betina Peranakan Ongole di Daerah
Inseminasi Buatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Somba, S.S. 2003. Strategi Pengembangan Ternak Sapi Di Desa Kanonang II Kecamatan Kawangkoan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Sam
Ratulangi, Manado. Sugeha, H.S. 1999. Optimasi Usahatani Terpadu Dalam Kaitannya dengan
Pengembangan Ternak Sapi di Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang
Mongondow. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Suprapto, T. 2001. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Irian Jaya. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usahatani terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu Di Kabupaten Sragen : Pendekatan RAP-CLS. Disertasi Doktor.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syukur, M. 2002. Analisis Keberlanjutan dan Perilaku Ekonomi Peserta Skim Kredit
Rumahtangga Miskin. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Taufel, N; K. Kuettner and C. Gall. 2005. Contribution of Goat Husbandry to Household Income in the Punjab: A Review. University of Hohenheim In :
Small Ruminant Research, Band 28 Helf 2. http:Contribution
of Goat Husbandry to Household 30-7-2005.
Whinston, M.D., 2003. On the Transaction Cost Determinants of Vertical Integration. Oxford University Press.
http:ideas.repec.orgaoupjleorgv19v2003ilpl-23 .
Html[080708]. Download 7 Juli 2008. Vakis, R., E. Sadoulet., A. de Janvry and C. Cafiero. 2004. Testing for Separability in
Household Models with Heterogeneous Behavior: A Mixture Model Approach. Department of Agriculture and Research Economics. University of
California, Berkeley.
Wijono, D.B., D.E. Wahyono., P.W. Prihandini., A.R. Siregar., B. Setiadi dan L. Affandhy. 2003. Performans Sapi Peranakan Ongole Muda Pascacreening.
Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor. Williamson, O.E., 2008. Transaction-Cost Economics: The Governance of
Contractual. Relations. University of Pennsylvania. http:www.jstor.orgpss
725118. Yuhaeni, S., M.E. Siregar dan Lugiyo. 1983. Pengaruh Pertanaman Campuran
Leguminosa Capolo dengan Beberapa Jenis Rumput Terhadap Produktivitas Hijauan Makanan Ternak. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Zairani, D. 2004. Analisis Peluang Kerja dan Keputusan Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Kecil di Kota Bogor Kasus Penerapan Kredit Usaha Kecil. Tesis
Magister Sains. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1. Variabel, Kode dan Definisi Variabel Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan
Bolaang Mongondow
No Variabel Kode Definisi Variabel
Ket Persamaan
1 2 3
4 5
6 1.
2.
3. 4.
5. 6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13. Anggota Keluarga
Biaya Administrasi Biaya Benih
Jagung Biaya Perantara
Biaya Pejantan Biaya Pupuk KCl
Biaya Pupuk TSP Biaya Pupuk Urea
Biaya Rumput Biaya TK Usaha
Jagung Biaya TK Keluarga
Usaha Jagung Biaya TK Sewa
Usaha Jagung Biaya Transpor
Pembelian Benih
ANG BADM
BBJ BPER
BPJ BPKJ
BPTJ
BPUJ
BRUM
BTKJ
BTKDJ BTKLJ
BTPB
Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan Orang
Biaya administrasi yang dike- luarkan rumahtangga pada saat
ternak sapi terjual Rupiah tahun
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga utk membeli benih jagung
HBJJBJ Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah
untuk perantara pada saat pen- jualan ternak Rupiahtahun
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membayar sewa
pejantan Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah-
tangga untuk membeli pupuk KCl HPKJ JPKJ Rupiah
tahun Biaya yang dikeluarkan rumah-
tangga untuk membeli pupuk TSP HPTJ JPTJ Rupiah
tahun Biaya yang dikeluarkan rumah-
tangga untuk membeli pupuk Urea HPUJ JPUJ Rupiah
tahun Biaya yang dikeluarkan rumah-
tangga pada saat membeli rum- put HRUM JRUM Rupiah
tahun Biaya tenaga kerja dalam usaha
jagung terdiri dari biaya TK dalam usaha jagung BTKDJ
dan biaya TK sewa dalam usaha jagung BTKLJ Rupiahtahun
Biaya TK yang diperhitungkan dalam usaha jagung BTKDJ=
TKDJUTK Rupiahtahun Biaya TK yang dibayar dalam
usaha jagung BTKLJ=TKLJ UTK Rupiahtahun
Biaya transpor yang dikeluarkan rumahtangga untuk pembelian
benih Rupiahtahun Eksogen
Eksogen
Eksogen Endogen
Eksogen Eksogen
Eksogen
Eksogen
Eksogen
Eksogen
Eksogen Eksogen
Eksogen -
-
- Struktural
- -
-
-
-
-
- -
-
Lampiran 1. Lanjutan
1 2 3
4 5
6 14.
15. 16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. Biaya Transpor
Penjualan Jagung Biaya Transpor
Pembelian Benih Biaya Transpor
Penjualan Kelapa Total Biaya
Transaksi Biaya Transpor
Penjualan Sapi Biaya Transaksi
Usaha Jagung Biaya Transaksi
Penjualan Kopra Biaya Transaksi
Penjualan Sapi Biaya Retribusi
Biaya Simpan Kopra
Biaya Sarana Produksi Jagung
BTPJ BTPP
BTPK BTR
BTRA
BTRJ
BTRK
BTRS
BRET
BSIM
BSPJ
Biaya transpor yang dikeluarkan rumahtangga untuk penjualan
jagung Rupiahtahun Biaya transpor yang dikeluarkan
rumahtangga utk pembelian pupuk urea, TSP, KCl Rupiahtahun
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk pengangkutan kopra
Rupiahtahun Penjumlahan biaya transaksi pen-
jualan sapi dan biaya transaksi penjualan jagungkopra Rupiah
tahun Biaya yang dikeluarkan rumah-
tangga untuk membayar upah pekerja yang menggiring ternak
untuk dijual ke pasar blantik, transpor pedagang yang datang ke
lokasi peternakan dan biaya transpor ke pelabuhan Rupiah
tahun Biaya yang dikeluarkan rumah-
tangga penjualan jagung dan pem- belian pupuk merupakan penjum-
lahan biaya transpor penjualan jagung dan biaya pembelian pu-
puk Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah-
tangga pada saat penjualan kopra yaitu penjumlahan biaya transpor
penjualan kopra dan biaya penyimpnan kopra Rupiahtahun
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga pada saat penjualan sapi
merupakan penjumlahan biaya perantara, biaya transpor, biaya
retribusi dan biaya administrasi Rupiahtahun
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga pada saat pembayaran re-
tribusi waktu masuk pasar blantik dan di kantor desa Rupiah tahun
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga tergantung kadar air kopra
dan ditentukan pedagang Rupiah tahun
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga berupa biaya benih, biaya
urea, biaya TSP dan KCl Rupiahtahun
Endogen Eksogen
Endogen Endogen
Eksogen
Endogen
Endogen
Endogen
Eksogen
Eksogen
Eksogen Struktural
- Stuktural
Identitas
Identitas
Identitas
Identitas
Identitas
Identitas
Identitas
Identitas
Lampiran 1. Lanjutan
1 2 3
4 5
6 25.
26. 27.
28. 29.
30. 31.
32. 33.
34. 35.
36. 37.
38. 39.
40. 41.
42. 43.
44. Biaya Sarana
Produksi Sapi Curahan Kerja Kel
Sebagai Buruh Tani Harga Benih Jagung
Harga Buah Kelapa Harga Jagung
Harga Bayangan Jagung
Harga Kopra Harga KCl
Harga TSP Harga Urea
Harga Ternak Sapi Harga Bayangan
Kopra Harga Rumput
Harga Bayangan Ternak Sapi
Harga Bayangan Ternak Sapi
Investasi Kesehatan Investasi
Pendidikan Investasi Sumber
daya Manusia Jumlah Angkatan
Kerja Jarak
BSPS
CTDUO HBJ
HBK HJG
HJGB HKO
HPKJ HPTJ
HPUJ HTS
HKOB HRUM
HTSB HTSBS
IKE IPD
ISM JAKK
JARP
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga berupa biaya rumput,
biaya obat dan biaya pejantan Rupiahtahun
Curahan tenaga kerja keluarga dan anggotanya sebagai buruh
tani Rupiahtahun Harga pembelian benih jagung
Rupiahkg Harga jual buah kelapa yang
berlaku di Bolaang Mongondow Rupiahkg
Harga jagung yang berlaku di Minahasa RupiahKg
Selisih harga jagung dan biaya transaksi usaha jagung Rupiah
kg Harga jual kopra yang berlaku di
Bolaang Mongondow Rupiah kg
Harga pembelian pupuk KCl untuk jagung Rupiahkg
Harga pembelian pupuk TSP untuk jagung Rupiahkg
Harga pembelian pupuk urea untuk jagung Rupiahkg
Harga ternak sapi hidup yang berlaku di Sulawesi Utara
Rupiahkg Selisih harga kopra dan biaya
transaksi penjualan kopra Rp Harga beli rumput yang berlaku
di Bolaang Mongondow Rupiah kg
Selisih harga sapi dengan biaya perantara penjualan sapi Rupiah
Selisih harga sapi dengan biaya transaksi penjualan sapi Rupiah
Pengeluaran rumahtangga untuk biaya kesehatan Rupiahtahun
Pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan Rupiahtahun
Pengeluaran rumahtangga untuk biaya kesehatan dan pendidikan
Rupiahtahun Jumlah anggota keluarga yang
termasuk usia kerja Tahun Jarak pasar dengan lokasi peter-
nakan km Endogen
Endogen Eksogen
Eksogen Eksogen
Endogen Eksogen
Eksogen Eksogen
Eksogen Eksogen
Endogen Eksogen
Endogen Endogen
Eksogen Endogen
Endogen Eksogen
Eksogen Identitas
Struktural -
- -
Identitas -
- -
- -
Identitas -
Identitas Identitas
- Struktural
Identitas -
-
Lampiran 1. Lanjutan
1 2 3
4 5
6 45.
46. 47.
48. 49.
50.
51. 52.
53. 54.
55. 56.
57. 58.
59.
60. 61.
62. Jumlah Anak
Sekolah Jumlah Benih
Jagung Jumlah Pohon
Kelapa Jumlah TSP Jagung
Jumlah Urea Jagung Jumlah Urea Kelapa
Jumlah Rumput Konsumsi Non
Pangan Konsumsi Jagung
Konsumsi Pangan Konsumsi Total
Lama Beternak Sapi Luas Lahan
Biaya obat-obatan Pendapatan Buruh
Tani Pendidikan KK
Pendapatan Luar Usahatani
Produksi Buah Kelapa
JAS JBJ
JPK JPTJ
JPUJ JPUK
JRUM KNP
KONJ KP
KT LBS
LHNJ OBT
PBTN
PFO PLUT
PROB
Jumlah anggota keluarga yang termasuk usia sekolah orang
Jumlah permintaan benih jagung oleh rumahtangga petani peter-
nak sapi di Minahasa Kg Jumlah pohon kelapa yang di-
miliki rumahtangga saat peneli- tian Pohon
Jumlah permintaan pupuk TSP yang digunakan rumahtangga un-
tuk lahan jagung Kgtahun Jumlah permintaan pupuk urea
yang digunakan rumahtangga un- tuk lahan jagung Kgtahun
Jumlah permintaan pupuk urea yang digunakan rumahtangga
untuk lahan pohon kelapa Kg tahun
Jumlah rumput yang dikonsumsi ternak sapi Kgtahun
Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi non pangan Rupiah
tahun Konsumsi Jagung oleh Ternak di
Minahasa Kgtahun Pengeluaran rumahtangga untuk
konsumsi pangan Rupiahtahun Total pengeluaran rumahtangga
un-tuk konsumsi pangan dan non pangan Rupiahtahun
Pengalaman petani peternak dalam berusaha ternak sapi
Tahun Luas lahan garapan jagung ru-
mahtangga petani peternak sapi di Minahasa Ha
Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membeli obat-
obatan Rupiahtahun Pendapatan yang diterima rumah-
tangga bersumber dari pekerjaan pada usahatani orang lain
Rupiahtahun Tingkat pendidikan kepala ke-
luarga Tahun Penerimaan rumahtangga yang
bersumber dari luar usahatani dikurangi biaya Rupiahtahun
Jumlah produksi buah kelapa selama 4 kwartal Buahtahun
Eksogen Endogen
Eksogen Endogen
Endogen Eksogen
Endogen Endogen
Endogen Endogen
Endogen Eksogen
Endogen Eksogen
Eksogen
Eksogen Eksogen
Eksogen -
Struktural -
Struktural Struktural
-
Struktural Struktural
Struktural Struktural
Identitas -
Struktural -
-
- -
Identitas
63. Endogen
Struktural
Lampiran 1. Lanjutan
1 2 3
4 5
6 63.
64. 65.
66. 67.
68. 69.
70. 71.
72. 73.
74. 75.
76. 77.
78. 79.
80. Produktivitas
Jagung Produktivitas
Kelapa Produksi Jagung
Produksi Kopra Produksi Sapi
Penjualan Sapi Pendapatan Siap
Belanja Pendapatan Usaha
Jagung Pendapatan Usaha
Kelapa Pendapatan Usaha
Lain Pendapatan Usaha-
tani Lain Pendapatan Usaha-
ternak Sapi Rasio Harga
JagungTSP Penerimaan Usaha
Kelapa Penerimaan Buah
Kelapa Penerimaan Kopra
Penerimaan Usaha Ternak Sapi
Penjualan Ternak Sapi
PRODJ PRODK
PROJ PROK
PROS PROSJ
PSD PUJ
PUK PUL
PUTL PUTS
RHPTJ RUK
RUKB RUKK
RUTS RUTSJ
Produksi jagung dibagi luas lahan jagung selama setahun
Kg Rasio produksi kelapa dengan
luas lahan kelapa Kgtahun Produktivitas jagung dikali luas
lahan garapan jagung Kgtahun Jumlah kopra yang dihasilkan
saat penelitian Kgtahun Pertambahan berat badan sapi
selama setahun Kgtahun Penjualan sapi saat penelitian
Kg Total pendapatan rumahtangga
yang dikurangi pajak Rupiah tahun
Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usaha jagung di-
kurangi biaya Rupiahtahun Penerimaan rumahtangga yang
bersumber dari usaha kelapa di- kurangi biaya Rupiahtahun
Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usaha lain dku-
rangi biaya Rupiah tahun Penerimaan rumahtangga yang
bersumber dari usahatani lain di- kurangi biaya Rupiah tahun
Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usaha ternak sapi
dikurangi biaya Rupiahtahun Rasio harga penjualan jagung
dan harga pembelian pupuk TSP Rupiahkg
Penerimaan yang diperoleh ru- mahtangga dari usaha kelapa
Rupiahtahun Penerimaan yang diperoleh ru-
mahtangga dari penjualan buah kelapa Rupiahtahun
Penerimaan yang diperoleh ru- mahtangga dari penjualan kopra
Rupiahtahun Penerimaan usaha ternak sapi
Rupiahtahun Penerimaan penjualan ternak sapi
PROSHTS Rupiahtahun Endogen
Endogen Endogen
Endogen Endogen
Endogen Endogen
Endogen Eksogen
Eksogen Endogen
Eksogen Eksogen
Eksogen Eksogen
Endogen Eksogen
Eksogen Struktural
Identitas Identitas
Struktural Struktural
Identitas Identitas
Identitas -
- Identitas
- -
- -
Identitas -
-
Lampiran 1. Lanjutan
1 2 3
4 5
6 81.
82. 83.
84. 85.
86. 87.
88. 89.
90. 91.
92. 93.
94. 95.
96. Penerimaan Sewa
Sapi Penerimaan Sewa
Sapi Lahan Sendiri Surplus Pasar
Jagung Surplus Pasar
Kelapa Pajak
Tabungan Total Biaya
Total Biaya Usaha Jagung
Total Biaya Usaha Kelapa
Total Biaya Produksi Jagung
Total Biaya Produksi Kelapa
Total Biaya Produksi Jagung
Total Biaya Usaha Sapi
TK keluarga Usaha Jagung
TK Keluarga Usaha Kelapa
TK Keluarga Usaha Sapi
RSTS RSLS
SPJ
SPK TAX
TAB TB
TBJ TBK
TBPJ TBPK
TBPS TBS
TKDJ TKDK
TKDS
Penerimaan sewa ternak sapi sebagai tenaga kerja Rupiah
tahun Penerimaan sewa ternak sapi
sebagai tenaga kerja pada lahan sendiri Rupiahtahun
Surplus pasar untuk jagung yaitu prod buah jagung dikurangi kon-
sumsi jagung oleh ternak Kg tahun
Surplus pasar untuk kelapa yaitu prod buah kelapa dikurangi kon-
sumsi sendiri Buahtahun Pembayaran pajak oleh rumah-
tangga baik pajak tanah, pajak bumi dan bangunan Rupiah
tahun Tabungan rumahtangga untuk
arisan Rupiahtahun Total biaya yang dikeluarkan
rumahtangga berupa biaya pro- duksi, biaya tenaga kerja dan
biaya transaksi untuk usaha ternak sapi maupun usaha kelapa
Rupiahtahun Total biaya yang dikeluarkan
rumahtangga pada usaha jagung Rupiahtahun
Total biaya yang dikeluarkan ru- mahtangga pada usaha kelapa
Rupiahtahun Total biaya produksi jagung
Rupiahtahun Total biaya produksi kelapa
Rupiahtahun Total biaya produksi sapi
Rupiahtahun Total biaya yang dikeluarkan ru-
mahtangga pada usaha ternak sapiRupiahtahun
Penawaran tenaga kerja keluarga dan anggotanya dalam usaha
jagung Jamtahun Penawaran tenaga kerja keluarga
dan anggotanya dalam usaha kelapa Jamtahun
Penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi Jam
tahun Eksogen
Endogen Endogen
Endogen Eksogen
Eksogen
Endogen Endogen
Endogen Eksogen
Endogen Eksogen
Endogen Endogen
Endogen -
Identitas Struktural
Identitas -
-
Identitas Identitas
Identitas -
Identitas -
Struktural Struktural
Struktural
Lampiran 1. Lanjutan
1 2 3
4 5
6 97.
98. 99.
100. 101.
102.
103.
104. 105.
106. 107.
TK Keluarga Usahatani Lain
TK Sewa Usaha Jagung
TK Sewa Usaha Kelapa
TK Sapi Usaha Jagung
TK Sapi Usaha Kelapa
Total Pengeluaran Total Pendapatan
Pendapatan RT Upah Tenaga Kerja
Upah Bayangan Tenaga Kerja
Upah Sewa Sapi Upah Sewa Sapi
Bayangan TKDUL
TKLJ TKLK
TKSJ TKSK
TP
TPRT
UTK UTKB
USS USSB
Penawaran tenaga kerja keluarga dan anggotanya dalam usahatani
lain Jam tahun Permintaan tenaga kerja sewa
dalam usaha jagung Jamtahun Permintaan tenaga kerja sewa
dalam usaha kelapa Jamtahun Penawaran tenaga kerja ternak
sapi dalam lahan jagung milik sendiri Jamtahun
Penawaran tenaga kerja ternak sapi dalam lahan kelapa milik
sendiri Jamtahun Total pengeluaran rumahtangga
untuk konsumsi pangan, non pangan dan investasi kesehatan
dan pendidikan Rupiahtahun Pendapatan rumahtangga dari
berbagai sumber seperti penda- patan usaha ternak sapi, usaha
jagung, usaha kelapa, usahatani lain, buruh tani, luar usahatani
dan usaha lain Rupiah tahun Upah tenaga kerja yang berlaku
di Minahasa dan Bolaang Mo- ngondow Rupiahjam
Upah tenaga kerja dikurangi biaya transpor penjualan kelapa
Rupiahjam Upah sewa sapi yang berlaku di
Minahasa dan Bolaang Mongon- dow Rupiahpjam
Upah sewa sapi yang berlaku di- kurangi biaya transaksi penjual-
an kelapa Rupiahjam Eksogen
Endogen Endogen
Endogen Endogen
Endogen
Endogen
Eksogen Endogen
Endogen Endogen
- Struktural
Struktural Struktural
Struktural Identitas
Identitas
- Identitas
Identitas Identitas
Lampiran 2. Program Estimasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN
SASETS Versi 9.0
DATA D1;
SET FEMI;
BRUM =
JRUMHRUM; BSPS
= BRUM+OBT+BPJ;
BBJ = JBJHBJ;
BPUJ =
JPUJHPUJ; BPTJ
= JPTJHPTJ;
BPKJ =
JPKJHPKJ; BSPJ
= BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ;
BTKDS =
TKDSUTK; BTKDJ
= TKDJjUTK;
BTKLJ =
TKLJjUTK; RSLS
= TKSJjUSS;
BTKJ =
BTKDJ+BTKLJ+RSLS; TBPS
= BSPS+BTKDS;
TBPJ =
BSPJ+BTKJ; BTRS
= BRET+BTRA+BPER+BADM;
BTRJ =
BTPJ+BTPB+BTPP; BTR
= BTRS+BTRJ; TBS
= TBPS+BTRS; TBJ
= TBPJ+BTRJ; TB
= TBS+TBJ; RUTSJ =
PROSHTS; RUTS
= RUTSJ+RSLS+RSTS;
PUTS =
RUTS-TBS; PROJ
= PRODJLHNJ;
SPJ =
PROJ-KONJ; RUJ
= PROJHJG; PUJ
= RUJ-TBJ; PBTN
= RBTS+RBTI+RBTA;
PLUT =
PLUTS+PLUTI; TPRT
= PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL;
PSD = TPRT-TAX;
KT =
KP+KNP; ISM
= IPD+IKE;
TP = KT+ISM;
TP1 =
KP+ISM; RHPTJ =
HPTJHJG; BKONJ =
KONJHJG; HTSBS =
HTS-BTRS; HTSB
= HTS-BTR;
HJGB =
HJG-BTPJ; UTKB
= UTK1+BTRS;
UTKBJ = UTK1+BTRJ;
USSB =
USS+BTRJ; RUN
;
PROC SYSLIN
2 SLS DATA=D1;
ENDOGENOUS PROS PROSJ PRODJ LHNJ JRUM JBJ JPUJ JPTJ TKDS TKDJj TKLJj TKSJj CTDUOj BPER BTPJ KP KNP IPD
KONJ BSPS BSPJ BTKJ BTRS BTRJ BTR RUTS PUTS PUJ TPRT PSD ISM KT TP SPJ HTSBS HJGB UTKB UTKBJ USSB
TBPS TBJ TBPJ PROJ; INSTRUMENTS LBS HRUM HBJ HPUJ HPTJ HPKJ RHPTJ JPKJ TP1
TKDULj ANG PFO HTS HJG TAB BRUM RUTSJ OBT BKONJ
BBJ BPJ BPUJ BPTJ BPKJ BTKDJ BTKLJ BTRA BADM BRET BTPB BTPP RSTS RSLS TBS TBJ PUTL PBTN PLUT
PUL TAX IKE JAKK RUJ UTK; MODEL
PROS =
HTSBS JRUM KONJ LBS NOINT; MODEL
PROSJ =
HTSBS PROS; MODEL
PRODJ =
HJGB TKLJj TKSJj RUTSJ PLUT; MODEL
LHNJ =
TKDJj TKLJj JPUJ JBJ JPTJ RUTSJ; MODEL
JRUM =
HRUM PROS HJG; MODEL
JBJ =
HBJ LHNJ BTRJ; MODEL
JPUJ =
HPUJ HPTJ LHNJ RUTS BTRJ; MODEL
JPTJ =
RHPTJ HPUJ HPKJ LHNJ TP; MODEL
TKDS =
UTKB CTDUOj BSPS; MODEL
TKDJj =
UTKBJ TKDS TKLJj PROJ BSPJ; MODEL
TKLJj =
UTKBJ TKDJj TP1 RUTSJ SPJ; MODEL
TKSJj =
USSB TKLJj TKDJj LHNJ; MODEL
CTDUOj =
UTKBJ TKDS TKDULj ANG PFO RUTSJ; MODEL
BPER =
PROSJ HTS NOINT; MODEL
BTPJ =
HJG KONJ; MODEL
KP =
ANG PFO TPRT; MODEL
KNP =
PFO JAKK TPRT; MODEL
IPD =
PFO TAB TPRT; MODEL
KONJ =
BRUM RUTSJ PROJ; IDENTITY BSPS
= BRUM+OBT+BPJ+BKONJ;
IDENTITY BSPJ =
BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ; IDENTITY BTKJ
= BTKDJ+BTKLJ;
IDENTITY BTRS =
BTRA+BPER+BADM+BRET; IDENTITY BTRJ
= BTPJ+BTPB+BTPP;
IDENTITY BTR =
BTRS+BTRJ; IDENTITY RUTS
= RUTSJ+RSTS+RSLS;
IDENTITY PUTS =
RUTS-TBS; IDENTITY PUJ
= RUJ-TBJ;
IDENTITY TPRT =
PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL; IDENTITY PSD
= TPRT-TAX;
IDENTITY ISM =
IPD+IKE; IDENTITY KT
= KP+KNP;
IDENTITY TP =
KT+ISM; IDENTITY SPJ
= PROJ-KONJ;
IDENTITY HTSBS = HTS-BTRS;
IDENTITY HJGB =
HJG-BTRJ; IDENTITY UTKB
= UTK1+BTRS;
IDENTITY UTKBJ = UTK1+BTRJ;
IDENTITY USSB =
UTK1+BTR; IDENTITY TBPS
= BTKDS+BSPS;
IDENTITY TBJ =
TBPJ+BTRJ; IDENTITY TBPJ
= BSPJ+BTKJ;
IDENTITY PROJ =
PRODJLHNJ; RUN
; QUIT
;
Lampiran 3. Print Out Hasil Estimasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN
SASETS Versi 9.0
The SAS System 19:45 Tuesday, June 22, 2008 1 The SYSLIN Procedure
Two‐Stage Least Squares Estimation Model PROS
Dependent Variable PROS Label PROS
Analysis of Variance Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr F Model 4 21390484 5347621 418.27 .0001
Error 190 2429173 12785.12 Uncorrected 194 23817871
Total Root MSE 113.07131 R‐Square 0.89802
Dependent Mean 330.99436 Adj R‐Sq 0.89587 Coeff Var 34.16110
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R‐Square statistic to:
1 ‐ Residual Sum of SquaresUncorrected Total Sum of Squares. Parameter Estimates
Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr |t| Label
HTSBS 1 0.007182 0.000924 7.77 .0001 JRUM 1 0.004141 0.001466 2.82 0.0053 JRUM
KONJ 1 0.007235 0.014485 0.50 0.6180 KONJ LBS 1 2.397179 0.634513 3.78 0.0002 LBS
The SAS System 19:45 Tuesday, June 22, 2008 2 The SYSLIN Procedure
Two‐Stage Least Squares Estimation Model PROSJ
Dependent Variable PROSJ Label PROSJ
Analysis of Variance Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr F Model 2 1308837 654418.4 183.73 .0001
Error 191 680311.1 3561.838 Corrected Total 193 1990945
Root MSE 59.68114 R‐Square 0.65800 Dependent Mean 215.04848 Adj R‐Sq 0.65442
Coeff Var 27.75241 Parameter Estimates
Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr |t| Label
Intercept 1 ‐24.0278 41.71578 ‐0.59 0.5558 Intercept HTSBS 1 0.000088 0.001346 0.07 0.9479
PROS 1 0.714660 0.037282 19.17 .0001 PROS
The SAS System 19:45 Tuesday, June 22, 2008 3 The SYSLIN Procedure
Two‐Stage Least Squares Estimation Model PRODJ
Dependent Variable PRODJ Label PRODJ
Analysis of Variance Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr F Model 5 1.052E10 2.1038E9 44.52 .0001
Error 188 8.8835E9 47252807 Corrected Total 193 1.94E10
Root MSE 6874.06770 R‐Square 0.54215 Dependent Mean 4059.85116 Adj R‐Sq 0.52997
Coeff Var 169.31822 Parameter Estimates
Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr |t| Label
Intercept 1 ‐31020.3 40219.81 ‐0.77 0.4415 Intercept HJGB 1 20.85564 36.88198 0.57 0.5724
TKLJj 1 47.20514 12.67875 3.72 0.0003 TKLJj TKSJj 1 190.7355 13.48793 14.14 .0001 TKSJj
RUTSJ 1 4.125E‐6 0.000125 0.03 0.9737 PLUT 1 0.000128 0.000074 1.73 0.0855
Lampiran 4. Program Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN
SASETS Versi 9.0
DATA D1;
SET FEMI;
BRUM =
JRUMHRUM; BSPS
= BRUM+OBT+BPJ;
BBJ = JBJHBJ;
BPUJ =
JPUJHPUJ; BPTJ
= JPTJHPTJ;
BPKJ =
JPKJHPKJ; BSPJ
= BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ;
BTKDS =
TKDSUTK; BTKDJ
= TKDJjUTK;
BTKLJ =
TKLJjUTK; RSLS
= TKSJjUSS;
BTKJ =
BTKDJ+BTKLJ+RSLS; TBPS
= BSPS+BTKDS;
TBPJ =
BSPJ+BTKJ; BTRS
= BRET+BTRA+BPER+BADM;
BTRJ =
BTPJ+BTPB+BTPP; BTR
= BTRS+BTRJ; TBS
= TBPS+BTRS; TBJ
= TBPJ+BTRJ; TB
= TBS+TBJ; RUTSJ =
PROSHTS; RUTS
= RUTSJ+RSLS+RSTS;
PUTS =
RUTS-TBS; PROJ
= PRODJLHNJ;
SPJ =
PROJ-KONJ; RUJ
= PROJHJG; PUJ
= RUJ-TBJ; PBTN
= RBTS+RBTI+RBTA;
PLUT =
PLUTS+PLUTI; TPRT
= PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL;
PSD = TPRT-TAX;
KT =
KP+KNP; ISM
= IPD+IKE;
TP = KT+ISM;
TP1 =
KP+ISM; RHPTJ =
HPTJHJG; BKONJ =
KONJHJG; HTSBS =
HTS-BTRS; HTSB
= HTS-BTR;
HJGB =
HJG-BTPJ; UTKB
= UTK+BTRS;
UTKBJ = UTK+BTRJ;
USSB =
USS+BTRJ; RUN
;
PROC SIMNLIN
DATA=D1 SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL; ENDOGENOUS PROS PROSJ PRODJ LHNJ JRUM JBJ JPUJ JPTJ TKDS
TKDJj TKLJj TKSJj CTDUOj BPER BTPJ KP KNP IPD KONJ BSPS BSPJ BTKJ BTRS BTRJ BTR RUTS PUTS PUJ
TPRT PSD ISM KT TP SPJ HTSBS HJGB UTKB UTKBJ USSB TBPS TBJ TBPJ PROJ;
INSTRUMENTS LBS HRUM HBJ HPUJ HPTJ HPKJ RHPTJ JPKJ TP1 TKDULj ANG PFO HTS HJG TAB BRUM RUTSJ OBT BKONJ
BBJ BPJ BPUJ BPTJ BPKJ BTKDJ BTKLJ BTRA BADM BRET BTPB BTPP RSTS RSLS TBS TBJ PUTL PBTN PLUT
PUL TAX IKE JAKK RUJ UTK; PARAMETERS A1
0.007166 A2
0.004160 A3
0.007287 A4
2.399869
B0 -
24.0278
B1
0.000088
B2
0.714660
C0 31020.3
C1 20.85564
C2 47.20514
C3 190.7355
C4
4.125E-6
C5
0.000128
D0 -
0.30416 D1
0.000369 D2
0.001355 D3
0.000992
D4
0.003664
D5
0.002644
D6
8.015E-9
E0 6331.250
E1 - 20.8645
E2 7.340725
E3 14.95259
F0
36.13875
F1 -
0.00151
F2
39.01067
F3 -
0.50892
G0 -
4294.42 G1 -
4.60842 G2
5.686840 G3
148.3633
G4 3.064E-7
G5 - 2.49527
H0 -
1545.60 H1 -
520.829 H2
2.133511 H3
0.021069
H4 143.9526
H5 - 1.25E-6
I0 415.5707
I1 0.000312
I2 - 0.01709
I3 0.000019
J0 -
1064.58 J1
0.382498 J2 -
0.01741 J3 -
2.69319
J4
0.000066
J5
0.000114
K0 217.0378
K1 - 0.03531
K2 - 0.12566
K3 - 6.55E-7
K4
1.615E-6
K5
0.000171
L0 -
946.325 L1
0.166732 L2 -
0.03858 L3
0.065807
L4
32.18042
M0 -
1859.03 M1
0.811399 M2 -
0.47435 M3 -
0.50812
M4
374.7444
M5 -
102.510
M6 -
0.00003
N1 0.482728
N2 0.144718
O0 -
1.93930 O1
0.011966 O2 -
0.00366
P0 3123100
P1 1083476
P2 121564.3
P3 0.003898
Q0 2596139
Q1 123988.1
Q2 471818.6
Q3 0.002304
R0 -
118982 R1
150394.6 R2 -
0.05553 R3
0.002335
S0 496.0788
S1 0.000011
S2 4.699E-6
S3 0.00641
; PROS
= A1HTSBS+A2JRUM+A3KONJ+A4LBS;
PROSJ = B0+B1HTSBS+B2PROS;
PRODJ = C0+C1HJGB+C2TKLJj+C3TKSJj+C4HTSPROS+
C5PLUT; LHNJ
= D0+D1TKDJj+D2TKLJj+D3JPUJ+D4JBJ+D5JPTJ+
D6HTSPROS; JRUM
= E0+E1HRUM+E2PROS+E3HJG;
JBJ =
F0+F1HBJ+F2LHNJ+F3BTRJ;
JPUJ =
G0+G1HPUJ+G2HPTJ+G3LHNJ+G4RUTS+G5BTRJ; JPTJ
= H0+H1HPTJHJG+H2HPUJ+H3HPKJ+H4LHNJ+
H5TP; TKDS
= I0+I1UTKB+I2CTDUOj+I3BSPS;
TKDJj = J0+J1UTKBJ+J2TKDS+J3TKLJj+J4PROJ+J5BSPJ;
TKLJj = K0+K1UTKBJ+K2TKDJj+K3KP+ISM+
K4HTSPROS+K5SPJ; TKSJj =
L0+L1USSB+L2TKLJj+L3TKDJj+L4LHNJ; CTDUOj = M0+M1UTKBJ+M2TKDS+M3TKDULj+M4ANG+M5PFO+
M6HTSPROS; BPER
= N1PROSJ+N2HTS;
BTPJ =
O0+O1HJG+O2KONJ; KP
= P0+P1ANG+P2PFO+P3TPRT; KNP
= Q0+Q1PFO+Q2JAKK+Q3TPRT;
IPD =
R0+R1PFO+R2TAB+R3TPRT; KONJ
= S0+S1HRUMJRUM+S2HTSPROS+S3PROJ;
BSPS =
HRUMJRUM+OBT+BPJ+HJGKONJ; BSPJ
= HBJJBJ+HPUJJPUJ+HPTJJPTJ+HPKJJPKJ;
BTKJ =
UTKTKDJj+UTKTKLJj; BTRS
= BTRA+BPER+BADM+BRET;
BTRJ =
BTPJ+BTPB+BTPP; BTR
= BTRS+BTRJ;
RUTS =
HTSPROS+RSTS+USSTKSJj; PUTS
= RUTS-TBPS-BTRS;
PUJ =
HJGPROJ-TBJ; TPRT
= PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL;
PSD =
TPRT-TAX; ISM
= IPD+IKE;
KT = KP+KNP;
TP = KT+ISM;
SPJ =
PROJ-KONJ; HTSBS =
HTS-BTRS; HJGB
= HJG-BTPJ;
UTKB =
UTK+BTRS; UTKBJ =
UTK+BTRJ; USSB
= UTK+BTR;
TBPS =
UTKTKDS+BSPS; TBJ
= TBPJ+BTRJ;
TBPJ =
BSPJ+BTKJ; PROJ
= PRODJLHNJ;
RUN ;
QUIT ;
Lampiran 5. Program Simulasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN
SASETS Versi 9.0
DATA D1;
SET FEMI;
BRUM =
JRUMHRUM; BSPS
= BRUM+OBT+BPJ;
BBJ = JBJHBJ;
BPUJ =
JPUJHPUJ; BPTJ
= JPTJHPTJ;
BPKJ =
JPKJHPKJ; BSPJ
= BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ;
BTKDS =
TKDSUTK; BTKDJ
= TKDJjUTK;
BTKLJ =
TKLJjUTK; RSLS
= TKSJjUSS;
BTKJ =
BTKDJ+BTKLJ+RSLS; TBPS
= BSPS+BTKDS;
TBPJ =
BSPJ+BTKJ; BTRS
= BRET+BTRA+BPER+BADM;
BTRJ =
BTPJ+BTPB+BTPP; BTR
= BTRS+BTRJ; TBS
= TBPS+BTRS; TBJ
= TBPJ+BTRJ; TB
= TBS+TBJ; RUTSJ =
PROSHTS; RUTS
= RUTSJ+RSLS+RSTS;
PUTS =
RUTS-TBS; PROJ
= PRODJLHNJ;
SPJ =
PROJ-KONJ; RUJ
= PROJHJG; PUJ
= RUJ-TBJ; PBTN
= RBTS+RBTI+RBTA;
PLUT =
PLUTS+PLUTI; TPRT
= PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL;
PSD = TPRT-TAX;
KT =
KP+KNP; ISM
= IPD+IKE;
TP = KT+ISM;
TP1 =
KP+ISM; RHPTJ =
HPTJHJG; BKONJ =
KONJHJG; HTSBS =
HTS-BTRS; HTSB
= HTS-BTR;
HJGB =
HJG-BTPJ; UTKB
= UTK+BTRS;
UTKBJ = UTK+BTRJ;
USSB =
USS+BTRJ;
HTS = 1.10HTS;
HJG = 1.10HJG;
BPER =
1.10
BPER; BTPJ =
1.10 BTPJ;