Efisiensi Usaha STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI

pada tingkat produsen termasuk biaya penyimpanan dan penurunan kualitas suatu produk. Biaya penyimpanan dihitung berdasarkan biaya kadar air kopra menurut istilah pedagang. Kopra yang kadar airnya tinggi berarti biayanya lebih tinggi lagi. Cara mengatasinya yaitu kopra disimpan atau dijemur. Tabel 35. Rata-Rata Biaya Transaksi Usaha Kelapa Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Kelapa di Bolaang Mongondow, Tahun 2006- 2007 Komponen Biaya Transaksi Biaya RpKg 1. Biaya Transpor Penjualan Kopra 26.33 22.52 2. Biaya Penyimpanan 90.61 77.48 T o t a l 116.94 100.00 Tabel 35 menunjukkan bahwa biaya penyimpanan merupakan biaya terbesar yaitu 77.48 persen, kemudian diikuti biaya transpor penjualan kopra sebesar 22.52 persen per kg kopra. Walaupun biaya transpor lebih kecil dibanding biaya penyimpanan namun biaya tersebut dapat mempengaruhi penerimaan pada usaha kelapa. Harga penjualan kopra ditentukan oleh pedagang. Kemudian harga yang diterima rumahtangga adalah harga yang sudah dikurangi biaya penyimpanan dan biaya transpor penjualan kopra. Dalam hal ini rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow menghadapi struktur pasar tidak sempurna imperfect competition dalam penjualan kopra.

6.4. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dalam penelitian ini diukur berdasarkan usaha ternak sapi, usaha ternak sapi - jagung dan usaha ternak sapi - kelapa. Kriteria untuk melihat efisiensi diantaranya rasio biaya transaksipenerimaan, rasio biaya transaksibiaya dan rasio biaya transaksipendapatan. Biaya transaksi dapat menentukan efisiensi usaha ternak sapi per kg ternak sapi, usaha ternak sapi - jagung di Minahasa dan usaha ternak sapi - kelapa di Bolaang Mongondow Tabel 36. Tabel 36. Rasio Biaya Transaksi terhadap Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan pada Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi- Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006- 2007 U r a i a n Minahasa Bolaang Mongondow RpKg Rasio RpKg Rasio A. Ternak Sapi 1. Biaya Transaksi 1 5 972.98 6 211.04 2. Penerimaan 1 35 000.00 0.17 35 000.00 0.18 3. Total Biaya 1 22 347.43 0.27 25 949.52 0.24 4. Pendapatan 1 12 652.57 0.47 9 050.48 0.69 B. Usaha Sapi-Tanaman 2 1. Biaya Transaksi 6 020.43 6 327.98 2. Penerimaan 3 79 368.67 0.08 274 801.75 0.02 3. Total Biaya 3 57 428.41 0.10 181 352.29 0.03 4. Pendapatan 3 21 940.26 0.27 93 449.46 0.07 Keterangan: 1 = Dihitung untuk ternak sapi terjual 2 = Usaha ternak sapi-jagung di Minahasa; Usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow 3 = Termasuk penerimaan, biaya dan pendapatan yang diperhitungkan Biaya transaksi ternak sapi menunjukkan biaya yang ditanggung rumahtangga petani peternak sapi pada saat melakukan transaksi penjualan ternak sapi yang dihitung per kg ternak sapi. Penerimaan adalah harga yang diterima rumahtangga per kg ternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Total biaya adalah biaya ternak sapi terjual per kg yang dikeluarkan rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow, terdiri dari biaya rumput Rpkg, biaya tenaga kerja Rpkg, biaya obat Rpkg dan biaya transaksi Rpkg. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan penjualan ternak sapi Rpkg dikurangi total biaya ternak sapi terjual Rpkg. Tabel 36 menunjukkan bahwa rasio biaya transaksi dan penerimaan per kg ternak sapi hidup pada usaha ternak sapi rumahtangga petani peternak di Minahasa lebih kecil dibanding di Bolaang Mongondow yaitu masing-masing sebesar 0.17 dan 0.18. Artinya dengan penerimaan usaha ternak sapi sebesar Rp 1 maka rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow masing-masing akan menanggung biaya transaksi sebesar Rp 0.17 dan Rp 0.18. Hasil ini lebih kecil dibanding hasil penelitian Anggraini untuk nelayan kincang sebesar 0.24 Anggraini, 2005. Rasio biaya transaksi dan total biaya ternak sapi per kg pada usaha ternak sapi rumahtangga petani peternak di Minahasa lebih besar dibanding rumahtangga di Bolaang Mongondow yaitu masing-masing sebesar 0.27 dan 0.24. Artinya dengan total biaya ternak sapi per kg sebesar Rp 1 maka rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan di Bolaang Mongondow akan menanggung biaya transaksi masing- masing sebesar Rp 0.27 dan Rp 0.24. Nilai rasio biaya transaksi dan pendapatan per kg ternak sapi rumahtangga petani peternak di Minahasa lebih kecil dibanding Bolaang Mongondow yaitu masing-masing sebesar 0.47 dan 0.69. Artinya dengan pendapatan per kg ternak sapi sebesar Rp 1 maka rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow masing-masing akan menanggung biaya transaksi sebesar Rp 0.47 dan Rp 0.69. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa lebih efisien. Hal ini disebabkan kualitas ternak sapi untuk jenis dan umur yang sama di Minahasa lebih baik. Selain itu, rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow tidak mempunyai informasi harga sehingga penerimaan per ekor ternak sapi lebih kecil disebabkan biaya transaksi yang ditanggung mereka lebih tinggi. Efisiensi dapat ditingkatkan bila informasi lebih baik. Rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow juga menanggung biaya transpor pedagang yang datang ke rumah peternak dan ditentukan oleh pedagang. Rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow menanggung biaya sarana produksi lebih besar yang disebabkan harga rumput lebih tinggi. Kondisi di atas akan berbeda apabila rasio biaya transaksipenerimaan, biaya transaksibiaya dan biaya transaksipendapatan dihitung berdasarkan integrasi usaha. Seperti terlihat pada Tabel 36, penerimaan, biaya dan pendapatan per kg usaha ternak sapi yang dihitung adalah penerimaan, biaya dan pendapatan yang dibayar dan diperhitungkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa integrasi usaha ternak sapi-jagung rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa lebih efisien dibanding apabila usaha ternak sapi tanpa integrasi. Demikian pula integrasi usaha ternak sapi-kelapa rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow lebih efisien dibanding apabila usaha ternak sapi tanpa integrasi. Menurut Bamualim, et al 2004, keuntungan langsung integrasi usaha ternak sapi-tanaman pangan adalah peningkatan pendapatan dari penjualan ternak dan jagung. Sedangkan keuntungan tidak langsung adalah perbaikan kualitas tanah akibat pemberian pupuk kandang pada lahan sawah tadah hujan. Selanjutnya menurut Kariyasa dan Kasryno 2004 bahwa usaha ternak sapi akan efisien jika manajemen pemeliharaan diintegrasikan dengan tanaman sebagai sumber pakan bagi ternak itu sendiri. Integrasi usaha ternak sapi-tanaman juga dapat dilakukan sebagai upaya meminimalkan biaya transaksi Whinston, 2003 dan Williamson, 2008. Dalam hal ini dibutuhkan peran pemerintah untuk memberikan penyuluhan, agar rumahtangga petani peternak sapi mengembangkan pola usaha ternak sapi terintegrasi dengan tanaman. Perlu pembentukan kelompok- kelompok usaha ternak sapi, sebagai salah satu upaya memperbaiki kelembagaan penjualan ternak sapi. Usaha ternak sapi dilakukan dengan berkelompok memiliki keuntungan diantaranya memperkuat posisi tawar petani dalam penjualan ternak Fagi, et al. 2004; Fagi dan Kartaatmadja, 2004. DAFTAR PUSTAKA Achmad, P. 1983. Problem Reproduksi Pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Alderman, H and Sahn, D.E. 1993. Substitution Between Goods and Leisure in a Developing Country. American Journal Agricultural Economics. 74 4: 875- 883. Allen, D.W and D. Lueck. 2004. The Nature of The Farm. Contracts, Risk and Organization in Agriculture. The MIT Press. Ambarsari, D.N. 2005. Analisis Ekonomi Rumahtangga Petani Pekebun Kakao di Kabupaten Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Anderson, J. 1990. Rural Credit and the Mix Between Permanent and Temporary Wage Labor Contracts in Pernambuco, Brazil. American Journal of Agricultural Economics, 75 5: 1139-1157. Andriati. 2003. Perilaku Rumahtangga Petani Padi Dalam Kegiatan Ekonomi Di Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggraini, E. 2005. Analisis Biaya Transaksi dan Penerimaan Nelayan dan Petani di Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anwar, K. 2005. Analisis Respon Produksi dan Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani : Simulasi Perubahan Kebijakan Harga. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ariyanto, A. 2004. Alokasi Waktu Dan Ekonomi Rumahtangga Pekerja Pada Sektor Industri Formal Berdasarkan Gender. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Asmarantaka, R.W. 2007. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Di Tiga Desa Pangan dan Perkebunan Di Provinsi Lampung. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2003. Sensus Pertanian. Angka Nasional Hasil Pendaftaran Rumahtangga. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2005. Sulawesi Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Manado. Bakir, L.H. 2007. Kinerja Perusahaan Inti Rakyat Kelapa Sawit Di Sumatera Selatan : Analisis Kemitraan dan Ekonomi Rumahtangga Petani. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor, Bogor. Bamualim, A., R.B. Wirdahayati dan M. Boer. 2004. Status dan Peranan Sapi Lokal Pesisir di Sumatera Barat. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan. Barret, C.B., M.F. Bellemare and S.M. Osterloh. 2004. Household-Level Livestock Marketing Bahavior Among Northern Kenyan and Sourthen Ethiopian Pastoralists. Departement of Applied Economics and Management. Cornell University, Ithaca. Becker, G.S. 1971. The Economic Approach to Human Behavior. The University of Chicago Press, Chicago. Benham, A and L. Benham. 2001. Marketng Methods and Income Generation Amongst Small-Scale Farmers in Two Communal Areas of Kwazulu-Natal, South Africa. School of Agricultural Sciences and Agribusines. University of Natal, Pietermaritz Burg, South Africa. Procceding. http:ifmaoline.orgpagescon_full Articles php. Best, J. 1987. Homestead Livestock and Household Livelihood in Sarawak: Innovations versus Improvements. Community Development Journal, Oxford. Birthal, P.S., P.K. Joshi and A. Gulati. 2006. Vertical Coordination in High-Value Food Commodities: Implication for Smallholder. International Food Policy Research Institute IFPRI and National Centre for Agricultural Economics Policy Research NCAP, New Delhi. Bryant, W. K. 1990. The Economic Organization of the Household. Cambridge University Press, New York. Chavas, J. P; R. Petrie and M. Roth. 2005. Farm Household Production Efficiency : Evidence From the Gambia. American Journal of Agricultural Economics. Vol 87 1 : 160-179. Caillavet, F., H. Guyomard and R. Lifran. 1994. Agricultural Household Modelling and Family Economics. Elsiver, New York. Collisson, C., U. Kleih., D. Burnett., A. Munganga., J. Jagwe and R.B. Fenis. 2005. Transaction Cost Analysis for Selected Crops with Export Potential in Uganda. International Institute of Tropical Agriculture, Nigeria. Coyle, B.T. 1994. Duality Approaches to the Specification of Agricultural Household Models. In: Caillavet, F., H. Guyomard and R. Lifran. 1994. Agricultural Household Modelling And Family Economics. Elsiver, New York. Crotty, R. 1980. Cattle, Economics and Development. Commonwealth Agricultural, Bureau. Denham, S.C and T.H. Spreen. 1986. Introduction to Simulation of Beef Cattle Production. In: Spreen, T.H and D.H. Laughlin. Simulation of Beef Cattle Poduction System and Its Use in Economic Analysis. Westview PressBoulder, London. Dinas Kehewanan. 2007. Laporan Evaluasi Kinerja Tahun 2006. Dinas Kehewanan Kabupaten Minahasa, Tondano. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Laporan Tahunan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara, Manado. Dinas Pertanian dan Peternakan. 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Manado. Dinas Pertanian dan Peternakan. 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow, Kotamobagu. Direktorat Pengembangan Peternakan. 2003. Informasi Peluang Investasi Agribisnis Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Direktorat Pengembangan Peternakan. 2004. Kebijakan Pemerintah Untuk Mendorong Peluang Investasi Agro Industri Subsektor Peternakan dan Persaingan di Era Globalisasi. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Djajanegara, A dan I.G. Ismail., 2004. Manajemen Sarana Usahatani dan Pakan dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan. Dutilly-Diane, C., E. Sadoulet and A. de Janvry. 2003. Household Behavior Under Market Failures: How Natural Resource Management in Agriculture Promotes Livestock Production in the Sahel. Department of Agricultural and Resource Economics. University of California, Berkeley. Elistiawaty. 2005. Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Industri Kecil Tenun Sutera Di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ellis, F. 1988a. Peasant dalam Peasant Economics. Farm Households and Agrarian Development. Cambridge University Press, Cambridge. Ellis, F. 1988b. The Drudgery-Averse Peasant dalam Peasant Economics. Farm Households and Agrarian Development. Cambridge University Press, Cambridge. Ellis, F. 1988c. The Farm Household Peasant dalam Peasant Economics. Farm Households and Agrarian Development. Cambridge University Press, Cambridge. Eguienta, Y., C. Martin., P. Lecomte., O. husson and J.C. Castella. 2002. Crop- Livestock Interactions in Northern Vietnam: Issues, Diversity of Farmers’ Responses and Alternatives for Sustainable Integration of Animals in Upland Agricultural System. International Rice Research Institute, Philippines. Evenson, R.E., A. Kimhi and S. DeSilva. 2000. Supervision and Transaction Costs : Evidence From Rice Farms in Bicol, the Philippines. Yale University, New Haven. Fagi, A.M., A. Djajanegara., K. Kariyasa dan I.G. Ismail., 2004. Keragaman Inovasi Kelembagaan dan Sistem Usahatani Tanaman – Ternak di Beberapa Sentra. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan. Fagi, A.M. dan S. Kartaatmadja., 2004. Dinamika Kelembagaan Sistem Usahatani Tanaman-Ternak dan Diseminasi Tehnologi. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan. Gabriel., 1995. Elements of Farm – Household System : Boundaries, Household and Resources. http:elements of farm household system. Gould, B.W and W.E. Saupe, 1989. Off-Farm Labor Market Entry and Exit. American Journal of Agricultural Economics, 71 4 : 960-969. Gulelat, W. 2002. Household Herd Size Among Pastoralists in Relation to Overstocking and Rangeland Degradation Sesfontein, Namibia. International Institute for Geo-Information Science and Earthobservation Enschede, Netherlands. Hasnudi. 1991. Analisis Faktor-faktor Lingkungan Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produktivitas Ternak Sapi “Crash Program Project”. Studi Kasus pada Enam Desa di Sumatera Utara. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hendayana, R dan M.H. Togatrop. 2003. Struktur Curahan Waktu Kerja dan Pendapatan Peternak. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor. Hendayana, R dan Yusuf. 2003. Kajian Adopsi Tehnologi Penggemukan Sapi Potong Mendukung Pengembangan Agribisnis Peternakan Di Nusa Tenggara Timur. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor. Hoda, A. 2002. Potensi Pengembangan Sapi Potong Pola Usaha Tani Terpadu Di Wilayah Maluku Utara. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hyun, K.N, D.W. Adams and L.J. Hushak. 1979. Rural Household Saving Behavior in South korea 1962-76. American Journal of Agricultural Economics, 61 3 : 142-152. Imam, H.M.S. 2003. Strategi Usaha Pengembangan Peternakan Berkesinambungan. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. International Center For Integreted Mountain Development. 1989. Livestock Development in Mixed Crop Farming System. Issues in Mountain Development. http:international center for integrated mountain development. Jaleta, M and C. Gardebroek. 2007. Land and Labour Allocation Decision in the Shift from Subsistence to Comercial Agriculture. http:.sls.wau.nlMlResponse Debello_revised.pdf Kariyasa, K dan F. Kasryno., 2004. Dinamika Pemasaran dan Prospek Pengembangan Ternak Sapi di Indonesia. Prosiding Seminar. Sistem Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Selatan. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometrics Methods. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London. Kusnadi, N. 2005. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna di Beberapa Provinsi Di Indonesia. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kusnadi, U., P. R. Soeharto, dan M. Sabrani. 1983. Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah Yang Tergantung Dalam Koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Lambert, S and T. Magnac. 1994. Measurement of Implicit Price of Family Labour in Agriculture: An Application to Cote D’Ivoire. In : Caillavet, F., H. Guyomard and R. Lifran. 1994. Agricultural Household Modelling and Family Economics. Elsiver, New York. Lanzona, R and R.E. Evenson. 1997. The Effect of Trnsaction Costs on Labor Market Participation and Earnings: Evidence From Rural Philippine Markets. Economic Growth Center, Yale University. New Haven, Connecticut 06520- 8269 Lazear, E.P and R.T. Michael. 1988. Allocation of Income Within The Household. The University of Chicago, Press, Chicago 60637 Lebdosukoyo, S. 1983. Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Menunjang Kebutuhan Pakan Ruminansia. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Limbong, F.T. 1989. Alternatif Pengembangan Ternak sapi Rakyat Di Kabupaten Bone – Sulawesi Selatan. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lofgren, H and S. Robinson. 1999. To Trade or Not To Trade: Non-Separable Farm Household Models in Partial and General Equilibrium. International Food Policy Research Institute. Trade and Macroeconomics Division International Food Policy Research Institute 2033 K Street, N.W. Washington, DC. 20006 U.S.A. Mondo, M. 2002. Analisis Keuntungan Perdagangan Antar Pulau Ternak Sapi di Sulawesi Utara. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Sam Ratulangi, Manado. Maltsoglou, I and G. Rapsomanikis. 2005. The Contribution of Livestock to Household Income in Vietnam: A Household Typology Based Analysis. Food an Agriculture Organization-Animal Production and Health Division. Viale delle Terme, Caracalla. Mathijs, E and L. Vranken. 2006. Farm Restructuring and Production Efficiency in Transition Agriculture. Katholieke Universiteit, Leuven. Matungul, P.M., G.F. Ortmann and M.C. Lyne. 2006. Marketing Methods and Income Generation Amongst Small-Scale Farmers in Two Communal Areas of Kwazulu-Natal, South Africa. School of Agricultural Sciences and Agribusiness. University of Natal, Pietermaritzburg. Minot, N. 1999. Effect of Transaction Cost on Supply Respone and Marketed Surplus : Simulations Using Non-Separable Household Model. Internatioal Food Policy Researh Institute Washington, D.C. http:www.cgiar.orgifpri Mitch, R. 1990. Household Inventories and Marketed Surplus in Semisubsistence Agriculture. American Journal of Agricultural Economics, 72 3: 664-675. Muhammad, S. 2002. Ekonomi Rumahtangga Nelayan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Di Jawa Timur : Suatu Analisis Simulasi Kebijakan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyadi, H., Sumadi., Supiyono dan Pusporini., 1983. Pendugaan Nilai Genetik Secara Progeny Test Dari Sapi Pejantan di Perusahaan Susu “Santa Maria” Rowoseneng, Temanggung. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Nefri, J. 2000. Optimalisasi dan Daya saing Usaha Peternakan Sapi Potong. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Negoro, N.B. 2003. Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Dan Pekerja Industri Kecil Gerabah Di Sentra Industri Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nenepath, S.H. 2001. Optimalisasi Diversifikasi Ternak Sapi Potong Pada Usahatani Lahan Kering di Kabupaten Jayapura-Irian Jaya. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ngqangweni, S and C. Delgado. 2003. Decision on Livestock Keeping in the Semi- Arid Areas of Limpopo Province. Extension and Rural development. Department of Agricultural Economics. University of Pretoria, Pretoria. North and Thomas. 1973. Transaction Cost – Dictionary Definition of Transaction Cost. http:economics.about.convlibraryglossaryblglossary-full,htm . Nugrahadi, E.W. 2001. Keputusan Ekonomi Rumahtangga Pengusaha dan Pekerja Industri Produk Jadi Rotan Di Kota Medan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pambudy, R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak, dan Penyuluhan Dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pemerinatah Bolaang Mongondow. 2005. Keputusan Bupati Bolaang Mongondow Nomor 114 Tahun 2005 Tentang Penyesuaian Struktur dan Besarnya Tarif Sementara Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Retribusi Penggantian Biaya cetak Peta dan Pelayanan Jasa Ketatausahaan. Kabuapen Bolaang Mongondow, Kotamobagu. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. 2003. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dan Pelayanan Jasa Ketatausahaan. Provinsi Sulawesi Utara, Manado. Pindyck, R.S and D.L. Rubenfeld. 1998. Econometrics Models and Economic Forecasts. Fourth Edition. Irwin McGraw-Hill, Boston. Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak Terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor, Bogor. Priyono, B.M. 2004. Biaya Transaksi dan Pengaruhnya Dalam Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rao and Saxena. 1994. In : International Center For Integreted Mountain Development. 1989. Livestock Development in Mixed Crop Farming System. Issues in Mountain Development. http:international center for integrated mountain development. Roebeling, P. 2006. Imperfect Markets, Institusional Rents, and Incentives for Sustainable Intensification of Livestock Production System in The Atlantic Zone of Costa Rica. Ministry of Agriculture and Livestock MAG. CINPE- UNA, Costa Rica. Sadoulet, E and A. de Janvry. 1995. Household Models. In : Quantitative Development Policy Analysis. John Hopkins University Press. Baltimore. Santoso., Abubakar dan A.R. Siregar. 1983. Respon Peternak Terhadap Hasil Silangan Sapi Lokal X Sapi Ras di Daerah Jombang. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Santoso, D and E. Tuherkih. 2003. Meningkatkan Pengelolaan Lahan Untuk Memacu Pengembangan Ternak Ruminansia. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor. Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Kumpulan Pemikiran. Edisi Milenium. Pustaka Wirausaha Muda, Bogor. Sariubang, M.A., A. Syam and A. Nurhayu. 2003. Sistem Usahatani Tanaman-Ternk pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Sulawesi Selatan. http:www.sulsel.litbang.deptan.go.id . 2007. Sartorius, K. 2006. The Cost Efficiency of Small Farm Inclusion in Agribusiness Supply Chains. http:www.wits.ac.zaaccountarystaffsartoriuskresearch Sawit, M.H. 1993. A Farm Household Model For Rural Household of West Java, Indonesia. A Thesis Submitted in Fulfilment of the Requirements for the Award of the Degree of Doctor of Philosophy from The University of Wollongong. Departement of Economics Northfield Av., Wollongong NSW 2522. Sicular, T. 1986. Using a Farm-Household Model to Analyze Labor Allocation on a Chinese Collective Farm. In: I. Singh, L. Squire, J. Strauss Eds. Agricultural Household Models : Extentions, Applications, and policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore. Sinaga, B.M. 1995. Metode Sampling. Makalah Disampaikan pada Penataran Dosen- Dosen Perguruan Tinggi Swasta. Materi Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi di Cisarua, Bogor 19-23 Juni 1995. Direktorat Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Sinaga, B.M. 1996. Metode Pengumpulan Data. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Singkat Metodologi dan Manajemen Penelitian Bidang Pertanian, Cisarua Bogor 16-23 Desember 1996. Proyek Pengembangan Sebelas Lembaga Pendidikan Tinggi Bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sitepu, R.K dan B.M. Sinaga. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika. Estimasi, Simulasi dan Peramalan Menggunakan Program SAS. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Singh, I., L, Squire and J, Strauss. 1986. The Basic Model: Theory, Empirical Results and Policy Conclusions. In: I. Singh, L. Squire, J. Strauss Eds. Agricultural Household Models : Extentions, Applications, and policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore. Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Australian Universities International Development Program. UI Press, Indonesia, Jakarta. Soenarjo, C. 1983. Beberapa Faktor Penyebab Rendahnya Efisiensi Reproduksi dan Usaha Meningkatnya Pada Ternak Sapi Betina Peranakan Ongole di Daerah Inseminasi Buatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Somba, S.S. 2003. Strategi Pengembangan Ternak Sapi Di Desa Kanonang II Kecamatan Kawangkoan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Sam Ratulangi, Manado. Sugeha, H.S. 1999. Optimasi Usahatani Terpadu Dalam Kaitannya dengan Pengembangan Ternak Sapi di Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Sam Ratulangi, Manado. Suprapto, T. 2001. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Irian Jaya. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usahatani terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu Di Kabupaten Sragen : Pendekatan RAP-CLS. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syukur, M. 2002. Analisis Keberlanjutan dan Perilaku Ekonomi Peserta Skim Kredit Rumahtangga Miskin. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Taufel, N; K. Kuettner and C. Gall. 2005. Contribution of Goat Husbandry to Household Income in the Punjab: A Review. University of Hohenheim In : Small Ruminant Research, Band 28 Helf 2. http:Contribution of Goat Husbandry to Household 30-7-2005. Whinston, M.D., 2003. On the Transaction Cost Determinants of Vertical Integration. Oxford University Press. http:ideas.repec.orgaoupjleorgv19v2003ilpl-23 . Html[080708]. Download 7 Juli 2008. Vakis, R., E. Sadoulet., A. de Janvry and C. Cafiero. 2004. Testing for Separability in Household Models with Heterogeneous Behavior: A Mixture Model Approach. Department of Agriculture and Research Economics. University of California, Berkeley. Wijono, D.B., D.E. Wahyono., P.W. Prihandini., A.R. Siregar., B. Setiadi dan L. Affandhy. 2003. Performans Sapi Peranakan Ongole Muda Pascacreening. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor. Williamson, O.E., 2008. Transaction-Cost Economics: The Governance of Contractual. Relations. University of Pennsylvania. http:www.jstor.orgpss 725118. Yuhaeni, S., M.E. Siregar dan Lugiyo. 1983. Pengaruh Pertanaman Campuran Leguminosa Capolo dengan Beberapa Jenis Rumput Terhadap Produktivitas Hijauan Makanan Ternak. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Zairani, D. 2004. Analisis Peluang Kerja dan Keputusan Ekonomi Rumahtangga Pengusaha Kecil di Kota Bogor Kasus Penerapan Kredit Usaha Kecil. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lampiran 1. Variabel, Kode dan Definisi Variabel Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow No Variabel Kode Definisi Variabel Ket Persamaan 1 2 3 4 5 6 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Anggota Keluarga Biaya Administrasi Biaya Benih Jagung Biaya Perantara Biaya Pejantan Biaya Pupuk KCl Biaya Pupuk TSP Biaya Pupuk Urea Biaya Rumput Biaya TK Usaha Jagung Biaya TK Keluarga Usaha Jagung Biaya TK Sewa Usaha Jagung Biaya Transpor Pembelian Benih ANG BADM BBJ BPER BPJ BPKJ BPTJ BPUJ BRUM BTKJ BTKDJ BTKLJ BTPB Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan Orang Biaya administrasi yang dike- luarkan rumahtangga pada saat ternak sapi terjual Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga utk membeli benih jagung HBJJBJ Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah untuk perantara pada saat pen- jualan ternak Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membayar sewa pejantan Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membeli pupuk KCl HPKJ JPKJ Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membeli pupuk TSP HPTJ JPTJ Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membeli pupuk Urea HPUJ JPUJ Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga pada saat membeli rum- put HRUM JRUM Rupiah tahun Biaya tenaga kerja dalam usaha jagung terdiri dari biaya TK dalam usaha jagung BTKDJ dan biaya TK sewa dalam usaha jagung BTKLJ Rupiahtahun Biaya TK yang diperhitungkan dalam usaha jagung BTKDJ= TKDJUTK Rupiahtahun Biaya TK yang dibayar dalam usaha jagung BTKLJ=TKLJ UTK Rupiahtahun Biaya transpor yang dikeluarkan rumahtangga untuk pembelian benih Rupiahtahun Eksogen Eksogen Eksogen Endogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen - - - Struktural - - - - - - - - - Lampiran 1. Lanjutan 1 2 3 4 5 6 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Biaya Transpor Penjualan Jagung Biaya Transpor Pembelian Benih Biaya Transpor Penjualan Kelapa Total Biaya Transaksi Biaya Transpor Penjualan Sapi Biaya Transaksi Usaha Jagung Biaya Transaksi Penjualan Kopra Biaya Transaksi Penjualan Sapi Biaya Retribusi Biaya Simpan Kopra Biaya Sarana Produksi Jagung BTPJ BTPP BTPK BTR BTRA BTRJ BTRK BTRS BRET BSIM BSPJ Biaya transpor yang dikeluarkan rumahtangga untuk penjualan jagung Rupiahtahun Biaya transpor yang dikeluarkan rumahtangga utk pembelian pupuk urea, TSP, KCl Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk pengangkutan kopra Rupiahtahun Penjumlahan biaya transaksi pen- jualan sapi dan biaya transaksi penjualan jagungkopra Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membayar upah pekerja yang menggiring ternak untuk dijual ke pasar blantik, transpor pedagang yang datang ke lokasi peternakan dan biaya transpor ke pelabuhan Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga penjualan jagung dan pem- belian pupuk merupakan penjum- lahan biaya transpor penjualan jagung dan biaya pembelian pu- puk Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga pada saat penjualan kopra yaitu penjumlahan biaya transpor penjualan kopra dan biaya penyimpnan kopra Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga pada saat penjualan sapi merupakan penjumlahan biaya perantara, biaya transpor, biaya retribusi dan biaya administrasi Rupiahtahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga pada saat pembayaran re- tribusi waktu masuk pasar blantik dan di kantor desa Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga tergantung kadar air kopra dan ditentukan pedagang Rupiah tahun Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga berupa biaya benih, biaya urea, biaya TSP dan KCl Rupiahtahun Endogen Eksogen Endogen Endogen Eksogen Endogen Endogen Endogen Eksogen Eksogen Eksogen Struktural - Stuktural Identitas Identitas Identitas Identitas Identitas Identitas Identitas Identitas Lampiran 1. Lanjutan 1 2 3 4 5 6 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. Biaya Sarana Produksi Sapi Curahan Kerja Kel Sebagai Buruh Tani Harga Benih Jagung Harga Buah Kelapa Harga Jagung Harga Bayangan Jagung Harga Kopra Harga KCl Harga TSP Harga Urea Harga Ternak Sapi Harga Bayangan Kopra Harga Rumput Harga Bayangan Ternak Sapi Harga Bayangan Ternak Sapi Investasi Kesehatan Investasi Pendidikan Investasi Sumber daya Manusia Jumlah Angkatan Kerja Jarak BSPS CTDUO HBJ HBK HJG HJGB HKO HPKJ HPTJ HPUJ HTS HKOB HRUM HTSB HTSBS IKE IPD ISM JAKK JARP Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga berupa biaya rumput, biaya obat dan biaya pejantan Rupiahtahun Curahan tenaga kerja keluarga dan anggotanya sebagai buruh tani Rupiahtahun Harga pembelian benih jagung Rupiahkg Harga jual buah kelapa yang berlaku di Bolaang Mongondow Rupiahkg Harga jagung yang berlaku di Minahasa RupiahKg Selisih harga jagung dan biaya transaksi usaha jagung Rupiah kg Harga jual kopra yang berlaku di Bolaang Mongondow Rupiah kg Harga pembelian pupuk KCl untuk jagung Rupiahkg Harga pembelian pupuk TSP untuk jagung Rupiahkg Harga pembelian pupuk urea untuk jagung Rupiahkg Harga ternak sapi hidup yang berlaku di Sulawesi Utara Rupiahkg Selisih harga kopra dan biaya transaksi penjualan kopra Rp Harga beli rumput yang berlaku di Bolaang Mongondow Rupiah kg Selisih harga sapi dengan biaya perantara penjualan sapi Rupiah Selisih harga sapi dengan biaya transaksi penjualan sapi Rupiah Pengeluaran rumahtangga untuk biaya kesehatan Rupiahtahun Pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan Rupiahtahun Pengeluaran rumahtangga untuk biaya kesehatan dan pendidikan Rupiahtahun Jumlah anggota keluarga yang termasuk usia kerja Tahun Jarak pasar dengan lokasi peter- nakan km Endogen Endogen Eksogen Eksogen Eksogen Endogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Endogen Eksogen Endogen Endogen Eksogen Endogen Endogen Eksogen Eksogen Identitas Struktural - - - Identitas - - - - - Identitas - Identitas Identitas - Struktural Identitas - - Lampiran 1. Lanjutan 1 2 3 4 5 6 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. Jumlah Anak Sekolah Jumlah Benih Jagung Jumlah Pohon Kelapa Jumlah TSP Jagung Jumlah Urea Jagung Jumlah Urea Kelapa Jumlah Rumput Konsumsi Non Pangan Konsumsi Jagung Konsumsi Pangan Konsumsi Total Lama Beternak Sapi Luas Lahan Biaya obat-obatan Pendapatan Buruh Tani Pendidikan KK Pendapatan Luar Usahatani Produksi Buah Kelapa JAS JBJ JPK JPTJ JPUJ JPUK JRUM KNP KONJ KP KT LBS LHNJ OBT PBTN PFO PLUT PROB Jumlah anggota keluarga yang termasuk usia sekolah orang Jumlah permintaan benih jagung oleh rumahtangga petani peter- nak sapi di Minahasa Kg Jumlah pohon kelapa yang di- miliki rumahtangga saat peneli- tian Pohon Jumlah permintaan pupuk TSP yang digunakan rumahtangga un- tuk lahan jagung Kgtahun Jumlah permintaan pupuk urea yang digunakan rumahtangga un- tuk lahan jagung Kgtahun Jumlah permintaan pupuk urea yang digunakan rumahtangga untuk lahan pohon kelapa Kg tahun Jumlah rumput yang dikonsumsi ternak sapi Kgtahun Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi non pangan Rupiah tahun Konsumsi Jagung oleh Ternak di Minahasa Kgtahun Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan Rupiahtahun Total pengeluaran rumahtangga un-tuk konsumsi pangan dan non pangan Rupiahtahun Pengalaman petani peternak dalam berusaha ternak sapi Tahun Luas lahan garapan jagung ru- mahtangga petani peternak sapi di Minahasa Ha Biaya yang dikeluarkan rumah- tangga untuk membeli obat- obatan Rupiahtahun Pendapatan yang diterima rumah- tangga bersumber dari pekerjaan pada usahatani orang lain Rupiahtahun Tingkat pendidikan kepala ke- luarga Tahun Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari luar usahatani dikurangi biaya Rupiahtahun Jumlah produksi buah kelapa selama 4 kwartal Buahtahun Eksogen Endogen Eksogen Endogen Endogen Eksogen Endogen Endogen Endogen Endogen Endogen Eksogen Endogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen - Struktural - Struktural Struktural - Struktural Struktural Struktural Struktural Identitas - Struktural - - - - Identitas 63. Endogen Struktural Lampiran 1. Lanjutan 1 2 3 4 5 6 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. Produktivitas Jagung Produktivitas Kelapa Produksi Jagung Produksi Kopra Produksi Sapi Penjualan Sapi Pendapatan Siap Belanja Pendapatan Usaha Jagung Pendapatan Usaha Kelapa Pendapatan Usaha Lain Pendapatan Usaha- tani Lain Pendapatan Usaha- ternak Sapi Rasio Harga JagungTSP Penerimaan Usaha Kelapa Penerimaan Buah Kelapa Penerimaan Kopra Penerimaan Usaha Ternak Sapi Penjualan Ternak Sapi PRODJ PRODK PROJ PROK PROS PROSJ PSD PUJ PUK PUL PUTL PUTS RHPTJ RUK RUKB RUKK RUTS RUTSJ Produksi jagung dibagi luas lahan jagung selama setahun Kg Rasio produksi kelapa dengan luas lahan kelapa Kgtahun Produktivitas jagung dikali luas lahan garapan jagung Kgtahun Jumlah kopra yang dihasilkan saat penelitian Kgtahun Pertambahan berat badan sapi selama setahun Kgtahun Penjualan sapi saat penelitian Kg Total pendapatan rumahtangga yang dikurangi pajak Rupiah tahun Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usaha jagung di- kurangi biaya Rupiahtahun Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usaha kelapa di- kurangi biaya Rupiahtahun Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usaha lain dku- rangi biaya Rupiah tahun Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usahatani lain di- kurangi biaya Rupiah tahun Penerimaan rumahtangga yang bersumber dari usaha ternak sapi dikurangi biaya Rupiahtahun Rasio harga penjualan jagung dan harga pembelian pupuk TSP Rupiahkg Penerimaan yang diperoleh ru- mahtangga dari usaha kelapa Rupiahtahun Penerimaan yang diperoleh ru- mahtangga dari penjualan buah kelapa Rupiahtahun Penerimaan yang diperoleh ru- mahtangga dari penjualan kopra Rupiahtahun Penerimaan usaha ternak sapi Rupiahtahun Penerimaan penjualan ternak sapi PROSHTS Rupiahtahun Endogen Endogen Endogen Endogen Endogen Endogen Endogen Endogen Eksogen Eksogen Endogen Eksogen Eksogen Eksogen Eksogen Endogen Eksogen Eksogen Struktural Identitas Identitas Struktural Struktural Identitas Identitas Identitas - - Identitas - - - - Identitas - - Lampiran 1. Lanjutan 1 2 3 4 5 6 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. Penerimaan Sewa Sapi Penerimaan Sewa Sapi Lahan Sendiri Surplus Pasar Jagung Surplus Pasar Kelapa Pajak Tabungan Total Biaya Total Biaya Usaha Jagung Total Biaya Usaha Kelapa Total Biaya Produksi Jagung Total Biaya Produksi Kelapa Total Biaya Produksi Jagung Total Biaya Usaha Sapi TK keluarga Usaha Jagung TK Keluarga Usaha Kelapa TK Keluarga Usaha Sapi RSTS RSLS SPJ SPK TAX TAB TB TBJ TBK TBPJ TBPK TBPS TBS TKDJ TKDK TKDS Penerimaan sewa ternak sapi sebagai tenaga kerja Rupiah tahun Penerimaan sewa ternak sapi sebagai tenaga kerja pada lahan sendiri Rupiahtahun Surplus pasar untuk jagung yaitu prod buah jagung dikurangi kon- sumsi jagung oleh ternak Kg tahun Surplus pasar untuk kelapa yaitu prod buah kelapa dikurangi kon- sumsi sendiri Buahtahun Pembayaran pajak oleh rumah- tangga baik pajak tanah, pajak bumi dan bangunan Rupiah tahun Tabungan rumahtangga untuk arisan Rupiahtahun Total biaya yang dikeluarkan rumahtangga berupa biaya pro- duksi, biaya tenaga kerja dan biaya transaksi untuk usaha ternak sapi maupun usaha kelapa Rupiahtahun Total biaya yang dikeluarkan rumahtangga pada usaha jagung Rupiahtahun Total biaya yang dikeluarkan ru- mahtangga pada usaha kelapa Rupiahtahun Total biaya produksi jagung Rupiahtahun Total biaya produksi kelapa Rupiahtahun Total biaya produksi sapi Rupiahtahun Total biaya yang dikeluarkan ru- mahtangga pada usaha ternak sapiRupiahtahun Penawaran tenaga kerja keluarga dan anggotanya dalam usaha jagung Jamtahun Penawaran tenaga kerja keluarga dan anggotanya dalam usaha kelapa Jamtahun Penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi Jam tahun Eksogen Endogen Endogen Endogen Eksogen Eksogen Endogen Endogen Endogen Eksogen Endogen Eksogen Endogen Endogen Endogen - Identitas Struktural Identitas - - Identitas Identitas Identitas - Identitas - Struktural Struktural Struktural Lampiran 1. Lanjutan 1 2 3 4 5 6 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. TK Keluarga Usahatani Lain TK Sewa Usaha Jagung TK Sewa Usaha Kelapa TK Sapi Usaha Jagung TK Sapi Usaha Kelapa Total Pengeluaran Total Pendapatan Pendapatan RT Upah Tenaga Kerja Upah Bayangan Tenaga Kerja Upah Sewa Sapi Upah Sewa Sapi Bayangan TKDUL TKLJ TKLK TKSJ TKSK TP TPRT UTK UTKB USS USSB Penawaran tenaga kerja keluarga dan anggotanya dalam usahatani lain Jam tahun Permintaan tenaga kerja sewa dalam usaha jagung Jamtahun Permintaan tenaga kerja sewa dalam usaha kelapa Jamtahun Penawaran tenaga kerja ternak sapi dalam lahan jagung milik sendiri Jamtahun Penawaran tenaga kerja ternak sapi dalam lahan kelapa milik sendiri Jamtahun Total pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan, non pangan dan investasi kesehatan dan pendidikan Rupiahtahun Pendapatan rumahtangga dari berbagai sumber seperti penda- patan usaha ternak sapi, usaha jagung, usaha kelapa, usahatani lain, buruh tani, luar usahatani dan usaha lain Rupiah tahun Upah tenaga kerja yang berlaku di Minahasa dan Bolaang Mo- ngondow Rupiahjam Upah tenaga kerja dikurangi biaya transpor penjualan kelapa Rupiahjam Upah sewa sapi yang berlaku di Minahasa dan Bolaang Mongon- dow Rupiahpjam Upah sewa sapi yang berlaku di- kurangi biaya transaksi penjual- an kelapa Rupiahjam Eksogen Endogen Endogen Endogen Endogen Endogen Endogen Eksogen Endogen Endogen Endogen - Struktural Struktural Struktural Struktural Identitas Identitas - Identitas Identitas Identitas Lampiran 2. Program Estimasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN SASETS Versi 9.0 DATA D1; SET FEMI; BRUM = JRUMHRUM; BSPS = BRUM+OBT+BPJ; BBJ = JBJHBJ; BPUJ = JPUJHPUJ; BPTJ = JPTJHPTJ; BPKJ = JPKJHPKJ; BSPJ = BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ; BTKDS = TKDSUTK; BTKDJ = TKDJjUTK; BTKLJ = TKLJjUTK; RSLS = TKSJjUSS; BTKJ = BTKDJ+BTKLJ+RSLS; TBPS = BSPS+BTKDS; TBPJ = BSPJ+BTKJ; BTRS = BRET+BTRA+BPER+BADM; BTRJ = BTPJ+BTPB+BTPP; BTR = BTRS+BTRJ; TBS = TBPS+BTRS; TBJ = TBPJ+BTRJ; TB = TBS+TBJ; RUTSJ = PROSHTS; RUTS = RUTSJ+RSLS+RSTS; PUTS = RUTS-TBS; PROJ = PRODJLHNJ; SPJ = PROJ-KONJ; RUJ = PROJHJG; PUJ = RUJ-TBJ; PBTN = RBTS+RBTI+RBTA; PLUT = PLUTS+PLUTI; TPRT = PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL; PSD = TPRT-TAX; KT = KP+KNP; ISM = IPD+IKE; TP = KT+ISM; TP1 = KP+ISM; RHPTJ = HPTJHJG; BKONJ = KONJHJG; HTSBS = HTS-BTRS; HTSB = HTS-BTR; HJGB = HJG-BTPJ; UTKB = UTK1+BTRS; UTKBJ = UTK1+BTRJ; USSB = USS+BTRJ; RUN ; PROC SYSLIN 2 SLS DATA=D1; ENDOGENOUS PROS PROSJ PRODJ LHNJ JRUM JBJ JPUJ JPTJ TKDS TKDJj TKLJj TKSJj CTDUOj BPER BTPJ KP KNP IPD KONJ BSPS BSPJ BTKJ BTRS BTRJ BTR RUTS PUTS PUJ TPRT PSD ISM KT TP SPJ HTSBS HJGB UTKB UTKBJ USSB TBPS TBJ TBPJ PROJ; INSTRUMENTS LBS HRUM HBJ HPUJ HPTJ HPKJ RHPTJ JPKJ TP1 TKDULj ANG PFO HTS HJG TAB BRUM RUTSJ OBT BKONJ BBJ BPJ BPUJ BPTJ BPKJ BTKDJ BTKLJ BTRA BADM BRET BTPB BTPP RSTS RSLS TBS TBJ PUTL PBTN PLUT PUL TAX IKE JAKK RUJ UTK; MODEL PROS = HTSBS JRUM KONJ LBS NOINT; MODEL PROSJ = HTSBS PROS; MODEL PRODJ = HJGB TKLJj TKSJj RUTSJ PLUT; MODEL LHNJ = TKDJj TKLJj JPUJ JBJ JPTJ RUTSJ; MODEL JRUM = HRUM PROS HJG; MODEL JBJ = HBJ LHNJ BTRJ; MODEL JPUJ = HPUJ HPTJ LHNJ RUTS BTRJ; MODEL JPTJ = RHPTJ HPUJ HPKJ LHNJ TP; MODEL TKDS = UTKB CTDUOj BSPS; MODEL TKDJj = UTKBJ TKDS TKLJj PROJ BSPJ; MODEL TKLJj = UTKBJ TKDJj TP1 RUTSJ SPJ; MODEL TKSJj = USSB TKLJj TKDJj LHNJ; MODEL CTDUOj = UTKBJ TKDS TKDULj ANG PFO RUTSJ; MODEL BPER = PROSJ HTS NOINT; MODEL BTPJ = HJG KONJ; MODEL KP = ANG PFO TPRT; MODEL KNP = PFO JAKK TPRT; MODEL IPD = PFO TAB TPRT; MODEL KONJ = BRUM RUTSJ PROJ; IDENTITY BSPS = BRUM+OBT+BPJ+BKONJ; IDENTITY BSPJ = BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ; IDENTITY BTKJ = BTKDJ+BTKLJ; IDENTITY BTRS = BTRA+BPER+BADM+BRET; IDENTITY BTRJ = BTPJ+BTPB+BTPP; IDENTITY BTR = BTRS+BTRJ; IDENTITY RUTS = RUTSJ+RSTS+RSLS; IDENTITY PUTS = RUTS-TBS; IDENTITY PUJ = RUJ-TBJ; IDENTITY TPRT = PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL; IDENTITY PSD = TPRT-TAX; IDENTITY ISM = IPD+IKE; IDENTITY KT = KP+KNP; IDENTITY TP = KT+ISM; IDENTITY SPJ = PROJ-KONJ; IDENTITY HTSBS = HTS-BTRS; IDENTITY HJGB = HJG-BTRJ; IDENTITY UTKB = UTK1+BTRS; IDENTITY UTKBJ = UTK1+BTRJ; IDENTITY USSB = UTK1+BTR; IDENTITY TBPS = BTKDS+BSPS; IDENTITY TBJ = TBPJ+BTRJ; IDENTITY TBPJ = BSPJ+BTKJ; IDENTITY PROJ = PRODJLHNJ; RUN ; QUIT ; Lampiran 3. Print Out Hasil Estimasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN SASETS Versi 9.0 The SAS System 19:45 Tuesday, June 22, 2008 1 The SYSLIN Procedure Two‐Stage Least Squares Estimation Model PROS Dependent Variable PROS Label PROS Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr F Model 4 21390484 5347621 418.27 .0001 Error 190 2429173 12785.12 Uncorrected 194 23817871 Total Root MSE 113.07131 R‐Square 0.89802 Dependent Mean 330.99436 Adj R‐Sq 0.89587 Coeff Var 34.16110 NOTE: The NOINT option changes the definition of the R‐Square statistic to: 1 ‐ Residual Sum of SquaresUncorrected Total Sum of Squares. Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr |t| Label HTSBS 1 0.007182 0.000924 7.77 .0001 JRUM 1 0.004141 0.001466 2.82 0.0053 JRUM KONJ 1 0.007235 0.014485 0.50 0.6180 KONJ LBS 1 2.397179 0.634513 3.78 0.0002 LBS The SAS System 19:45 Tuesday, June 22, 2008 2 The SYSLIN Procedure Two‐Stage Least Squares Estimation Model PROSJ Dependent Variable PROSJ Label PROSJ Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr F Model 2 1308837 654418.4 183.73 .0001 Error 191 680311.1 3561.838 Corrected Total 193 1990945 Root MSE 59.68114 R‐Square 0.65800 Dependent Mean 215.04848 Adj R‐Sq 0.65442 Coeff Var 27.75241 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr |t| Label Intercept 1 ‐24.0278 41.71578 ‐0.59 0.5558 Intercept HTSBS 1 0.000088 0.001346 0.07 0.9479 PROS 1 0.714660 0.037282 19.17 .0001 PROS The SAS System 19:45 Tuesday, June 22, 2008 3 The SYSLIN Procedure Two‐Stage Least Squares Estimation Model PRODJ Dependent Variable PRODJ Label PRODJ Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr F Model 5 1.052E10 2.1038E9 44.52 .0001 Error 188 8.8835E9 47252807 Corrected Total 193 1.94E10 Root MSE 6874.06770 R‐Square 0.54215 Dependent Mean 4059.85116 Adj R‐Sq 0.52997 Coeff Var 169.31822 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr |t| Label Intercept 1 ‐31020.3 40219.81 ‐0.77 0.4415 Intercept HJGB 1 20.85564 36.88198 0.57 0.5724 TKLJj 1 47.20514 12.67875 3.72 0.0003 TKLJj TKSJj 1 190.7355 13.48793 14.14 .0001 TKSJj RUTSJ 1 4.125E‐6 0.000125 0.03 0.9737 PLUT 1 0.000128 0.000074 1.73 0.0855 Lampiran 4. Program Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN SASETS Versi 9.0 DATA D1; SET FEMI; BRUM = JRUMHRUM; BSPS = BRUM+OBT+BPJ; BBJ = JBJHBJ; BPUJ = JPUJHPUJ; BPTJ = JPTJHPTJ; BPKJ = JPKJHPKJ; BSPJ = BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ; BTKDS = TKDSUTK; BTKDJ = TKDJjUTK; BTKLJ = TKLJjUTK; RSLS = TKSJjUSS; BTKJ = BTKDJ+BTKLJ+RSLS; TBPS = BSPS+BTKDS; TBPJ = BSPJ+BTKJ; BTRS = BRET+BTRA+BPER+BADM; BTRJ = BTPJ+BTPB+BTPP; BTR = BTRS+BTRJ; TBS = TBPS+BTRS; TBJ = TBPJ+BTRJ; TB = TBS+TBJ; RUTSJ = PROSHTS; RUTS = RUTSJ+RSLS+RSTS; PUTS = RUTS-TBS; PROJ = PRODJLHNJ; SPJ = PROJ-KONJ; RUJ = PROJHJG; PUJ = RUJ-TBJ; PBTN = RBTS+RBTI+RBTA; PLUT = PLUTS+PLUTI; TPRT = PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL; PSD = TPRT-TAX; KT = KP+KNP; ISM = IPD+IKE; TP = KT+ISM; TP1 = KP+ISM; RHPTJ = HPTJHJG; BKONJ = KONJHJG; HTSBS = HTS-BTRS; HTSB = HTS-BTR; HJGB = HJG-BTPJ; UTKB = UTK+BTRS; UTKBJ = UTK+BTRJ; USSB = USS+BTRJ; RUN ; PROC SIMNLIN DATA=D1 SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL; ENDOGENOUS PROS PROSJ PRODJ LHNJ JRUM JBJ JPUJ JPTJ TKDS TKDJj TKLJj TKSJj CTDUOj BPER BTPJ KP KNP IPD KONJ BSPS BSPJ BTKJ BTRS BTRJ BTR RUTS PUTS PUJ TPRT PSD ISM KT TP SPJ HTSBS HJGB UTKB UTKBJ USSB TBPS TBJ TBPJ PROJ; INSTRUMENTS LBS HRUM HBJ HPUJ HPTJ HPKJ RHPTJ JPKJ TP1 TKDULj ANG PFO HTS HJG TAB BRUM RUTSJ OBT BKONJ BBJ BPJ BPUJ BPTJ BPKJ BTKDJ BTKLJ BTRA BADM BRET BTPB BTPP RSTS RSLS TBS TBJ PUTL PBTN PLUT PUL TAX IKE JAKK RUJ UTK; PARAMETERS A1 0.007166 A2 0.004160 A3 0.007287 A4 2.399869 B0 - 24.0278 B1 0.000088 B2 0.714660 C0 31020.3 C1 20.85564 C2 47.20514 C3 190.7355 C4 4.125E-6 C5 0.000128 D0 - 0.30416 D1 0.000369 D2 0.001355 D3 0.000992 D4 0.003664 D5 0.002644 D6 8.015E-9 E0 6331.250 E1 - 20.8645 E2 7.340725 E3 14.95259 F0 36.13875 F1 - 0.00151 F2 39.01067 F3 - 0.50892 G0 - 4294.42 G1 - 4.60842 G2 5.686840 G3 148.3633 G4 3.064E-7 G5 - 2.49527 H0 - 1545.60 H1 - 520.829 H2 2.133511 H3 0.021069 H4 143.9526 H5 - 1.25E-6 I0 415.5707 I1 0.000312 I2 - 0.01709 I3 0.000019 J0 - 1064.58 J1 0.382498 J2 - 0.01741 J3 - 2.69319 J4 0.000066 J5 0.000114 K0 217.0378 K1 - 0.03531 K2 - 0.12566 K3 - 6.55E-7 K4 1.615E-6 K5 0.000171 L0 - 946.325 L1 0.166732 L2 - 0.03858 L3 0.065807 L4 32.18042 M0 - 1859.03 M1 0.811399 M2 - 0.47435 M3 - 0.50812 M4 374.7444 M5 - 102.510 M6 - 0.00003 N1 0.482728 N2 0.144718 O0 - 1.93930 O1 0.011966 O2 - 0.00366 P0 3123100 P1 1083476 P2 121564.3 P3 0.003898 Q0 2596139 Q1 123988.1 Q2 471818.6 Q3 0.002304 R0 - 118982 R1 150394.6 R2 - 0.05553 R3 0.002335 S0 496.0788 S1 0.000011 S2 4.699E-6 S3 0.00641 ; PROS = A1HTSBS+A2JRUM+A3KONJ+A4LBS; PROSJ = B0+B1HTSBS+B2PROS; PRODJ = C0+C1HJGB+C2TKLJj+C3TKSJj+C4HTSPROS+ C5PLUT; LHNJ = D0+D1TKDJj+D2TKLJj+D3JPUJ+D4JBJ+D5JPTJ+ D6HTSPROS; JRUM = E0+E1HRUM+E2PROS+E3HJG; JBJ = F0+F1HBJ+F2LHNJ+F3BTRJ; JPUJ = G0+G1HPUJ+G2HPTJ+G3LHNJ+G4RUTS+G5BTRJ; JPTJ = H0+H1HPTJHJG+H2HPUJ+H3HPKJ+H4LHNJ+ H5TP; TKDS = I0+I1UTKB+I2CTDUOj+I3BSPS; TKDJj = J0+J1UTKBJ+J2TKDS+J3TKLJj+J4PROJ+J5BSPJ; TKLJj = K0+K1UTKBJ+K2TKDJj+K3KP+ISM+ K4HTSPROS+K5SPJ; TKSJj = L0+L1USSB+L2TKLJj+L3TKDJj+L4LHNJ; CTDUOj = M0+M1UTKBJ+M2TKDS+M3TKDULj+M4ANG+M5PFO+ M6HTSPROS; BPER = N1PROSJ+N2HTS; BTPJ = O0+O1HJG+O2KONJ; KP = P0+P1ANG+P2PFO+P3TPRT; KNP = Q0+Q1PFO+Q2JAKK+Q3TPRT; IPD = R0+R1PFO+R2TAB+R3TPRT; KONJ = S0+S1HRUMJRUM+S2HTSPROS+S3PROJ; BSPS = HRUMJRUM+OBT+BPJ+HJGKONJ; BSPJ = HBJJBJ+HPUJJPUJ+HPTJJPTJ+HPKJJPKJ; BTKJ = UTKTKDJj+UTKTKLJj; BTRS = BTRA+BPER+BADM+BRET; BTRJ = BTPJ+BTPB+BTPP; BTR = BTRS+BTRJ; RUTS = HTSPROS+RSTS+USSTKSJj; PUTS = RUTS-TBPS-BTRS; PUJ = HJGPROJ-TBJ; TPRT = PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL; PSD = TPRT-TAX; ISM = IPD+IKE; KT = KP+KNP; TP = KT+ISM; SPJ = PROJ-KONJ; HTSBS = HTS-BTRS; HJGB = HJG-BTPJ; UTKB = UTK+BTRS; UTKBJ = UTK+BTRJ; USSB = UTK+BTR; TBPS = UTKTKDS+BSPS; TBJ = TBPJ+BTRJ; TBPJ = BSPJ+BTKJ; PROJ = PRODJLHNJ; RUN ; QUIT ; Lampiran 5. Program Simulasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Jagung di Minahasa Metode 2SLS PROC SYSLIN SASETS Versi 9.0 DATA D1; SET FEMI; BRUM = JRUMHRUM; BSPS = BRUM+OBT+BPJ; BBJ = JBJHBJ; BPUJ = JPUJHPUJ; BPTJ = JPTJHPTJ; BPKJ = JPKJHPKJ; BSPJ = BBJ+BPUJ+BPTJ+BPKJ; BTKDS = TKDSUTK; BTKDJ = TKDJjUTK; BTKLJ = TKLJjUTK; RSLS = TKSJjUSS; BTKJ = BTKDJ+BTKLJ+RSLS; TBPS = BSPS+BTKDS; TBPJ = BSPJ+BTKJ; BTRS = BRET+BTRA+BPER+BADM; BTRJ = BTPJ+BTPB+BTPP; BTR = BTRS+BTRJ; TBS = TBPS+BTRS; TBJ = TBPJ+BTRJ; TB = TBS+TBJ; RUTSJ = PROSHTS; RUTS = RUTSJ+RSLS+RSTS; PUTS = RUTS-TBS; PROJ = PRODJLHNJ; SPJ = PROJ-KONJ; RUJ = PROJHJG; PUJ = RUJ-TBJ; PBTN = RBTS+RBTI+RBTA; PLUT = PLUTS+PLUTI; TPRT = PUTS+PUJ+PUTL+PBTN+PLUT+PUL; PSD = TPRT-TAX; KT = KP+KNP; ISM = IPD+IKE; TP = KT+ISM; TP1 = KP+ISM; RHPTJ = HPTJHJG; BKONJ = KONJHJG; HTSBS = HTS-BTRS; HTSB = HTS-BTR; HJGB = HJG-BTPJ; UTKB = UTK+BTRS; UTKBJ = UTK+BTRJ; USSB = USS+BTRJ; HTS = 1.10HTS; HJG = 1.10HJG; BPER = 1.10 BPER; BTPJ =

1.10 BTPJ;