Permintaan Pupuk TSP Perilaku Penggunaan Input Produksi

tersebut diantaranya kacang merah, kacang tanah dan kacang hijau. Tanaman kacang-kacangan memproduksi unsur hara N di dalam tanah sehingga dapat mensubstitusi penggunaan pupuk urea. Nilai elastisitas peubah jumlah permintaan pupuk terhadap luas lahan jagung dan penerimaan yang bersumber dari usaha sapi besarnya masing-masing lebih kecil satu. Artinya, jumlah permintaan pupuk tidak responsif terhadap luas lahan garapan jagung dan penerimaan usaha sapi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Bakir 2007 dan Priyanti 2007 yang menyatakan permintaan pupuk urea untuk usahatani padi tidak responsif terhadap pendapatan usahatani. Berbeda dengan hasil penelitian Asmarantaka 2007, bahwa permintaan urea responsif terhadap luas lahan padi.

7.2.4. Permintaan Pupuk TSP

Permintaan pupuk TSP JPTJ dalam penelitian ini secara bersama-sama dipengaruhi rasio harga pupuk TSP dan harga jagung RHPTJ, harga pupuk urea HPUJ, harga pupuk KCl HPKJ, luas lahan jagung LHNJ dan total pengeluaran TP. Harga pupuk TSP sebagai variabel yang mempengaruhi jumlah permintaan input di Minahasa, dalam penelitian ini di proxy dengan rasio harga pupuk TSP dan harga penjualan jagung. Asmarantaka 2007 dalam penelitiannya menyatakan permintaan pupuk TSP untuk padi dipengaruhi harga TSP, areal padi, nilai input lain dan investasi alat-alat pertanian. Hasil estimasi Tabel 38 menunjukkan semua tanda untuk peubah-peubah yang mempengaruhi peubah endogen jumlah TSP telah sesuai kriteria ekonomi. Perubahan rasio harga pupuk TSP dan harga jagung maupun total pengeluaran rumahtangga bernilai negatif. Artinya peningkatan rasio harga dan total pengeluaran rumahtangga masing-masing dapat menyebabkan penurunan permintaan TSP sebesar nilai estimasi parameternya. Sedangkan tiga peubah lain harga urea, harga KCl dan luas lahan jagung yang mempengaruhi permintaan TSP bernilai positif. Artinya peningkatan harga urea, harga KCl dan luas lahan garapan jagung masing-masing dapat menyebabkan peningkatan permintaan TSP sebesar nilai estimasi parameternya. Hasil estimasi juga menunjukkan rasio harga TSP dan harga jagung, harga KCl dan luas lahan jagung masing-masing berpengaruh nyata terhadap permintaan TSP pada taraf nyata 15 persen. Harga urea dan total pengeluaran masing-masing berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan TSP. Seperti telah dijelaskan di atas, secara teori harga input mempengaruhi permintaan input tersebut. Kenyataan di lapang menunjukkan rasio harga TSP dan harga jagung berdampak terhadap penurunan permintaan TSP. Rumahtangga mempunyai keterbatasan budget, dengan budget tertentu rumahtangga cenderung menurunkan permintaan input bila harga input tersebut naik. Harga KCL berdampak sangat besar terhadap permintaan TSP. Walaupun secara biologi hal ini tidak rasional, namun kenyataan di lapang rumahtangga cenderung meningkatkan permintaan TSP apabila harga KCl meningkat. Hal ini disebabkan keterbatasan budget bagi rumahtangga. Sejalan dengan teori ekonomi produksi, peningkatan harga suatu input cenderung mengakibatkan peningkatan permintaan input yang lain. Luas lahan garapan jagung sangat mempengaruhi permintaan pupuk TSP. Rumahtangga akan menyediakan budget yang cukup untuk perluasan lahan usaha jagung atau penambahan periode tanam, dengan demikian permintaan input produksi akan terpenuhi. Rumahtangga cenderung meningkatkan permintaan pupuk TSP sebagai input apabila lahan yang digunakan untuk proses produksi usaha jagung semakin besar. Selanjutnya harga input urea mempengaruhi permintaan pupuk TSP. Semakin tinggi harga pupuk urea menyebabkan rumahtangga cenderung meningkatkan permintaan pupuk TSP. Namun pengaruhnya cukup kecil. Bila ditinjau berdasarkan teori biologi hal ini tidak bisa terjadi karena pupuk P tidak bisa disubstitusi dengan pupuk N. Namun kenyataan di lapang menunjukkan sebagian besar rumahtangga petani peternak sapi memberikan pupuk dengan tujuan meningkatkan produksi tetapi tidak memperhitungkan berapa standar kebutuhan masing-masing pupuk untuk sekian hektar lahan. Pada kondisi budget yang tersedia sangat terbatas, naiknya total pengeluaran rumahtangga menyebabkan terjadinya penurunan permintaan pupuk TSP, namun pengaruhnya cukup kecil. Besarnya nilai elastisitas permintaan TSP terhadap peubah harga permintaan urea, permintaan KCl, luas lahan jagung dan total pengeluaran masing-masing lebih kecil satu. Artinya permintaan TSP tidak responsif terhadap masing-masing peubah harga urea, harga KCl, luas lahan garapan jagung maupun total pengeluaran. Sedangkan nilai elastisitas permintaan TSP terhadap peubah rasio harga TSP dan harga jagung bernilai lebih besar satu. Hal ini menunjukkan permintaan TSP responsif terhadap peubah rasio harga TSP dan harga jagung. Sejalan dengan penelitian Asmarantaka 2007 yang menyatakan permintaan TSP untuk padi responsif terhadap harga pupuk tersebut. Namun menurut Bakir 2007 dan Priyanti 2007, permintaan pupuk P TSP tidak responsif terhadap harganya. Permintaan TSP sangat responsif terhadap rasio harga pupuk dan harga jagung. Hal ini disebabkan keterbatasan budget yang ada sehingga naiknya rasio harga TSP dan harga jagung langsung direspon rumahtangga dengan menurunkan pemakaian TSP. Rumahtangga tidak memperhatikan standar kebutuhan pemakaian TSP dalam satu lahan tertentu. Sejalan dengan teori ekonomi produksi, permintaan input berhubungan negatif dengan harga input tersebut. Budget yang dimiliki rumahtangga sangat mempengaruhi permintaan input. Keterbatasan budget menyebabkan naiknya harga urea tidak langsung direspon rumahtangga dengan menaikkan TSP. Secara biologi hal ini rasional karena masing-masing jenis pupuk berbeda standar kebutuhannya untuk lahan tertentu. Selain itu urea tidak bisa disubstitusi dengan TSP. Permintaan TSP juga tidak responsif terhadap harga KCl, hal ini disebabkan sebagian besar rumahtangga tidak memperhatikan penggunaan KCl, penggunaan TSP sudah tertentu. Artinya walaupun harga KCl berdampak sangat besar terhadap naiknya permintaan TSP, namun kenaikan harga KCl tidak langsung direspon rumahtangga dengan meningkatkan permintaan TSP. Permintaan TSP tidak responsif terhadap luas lahan garapan jagung. Walaupun perluasan lahan berdampak sangat besar terhadap permintaan TSP, namun perluasan lahan tersebut tidak langsung direspon rumahtangga dengan meningkatkan permintaan TSP. Kenyataan ini dapat dilihat bahwa sebagian rumahtangga tidak menggunakan TSP dalam usaha jagung. Permintaan pupuk TSP tidak responsif terhadap pengeluaran rumahtangga. Hal ini disebabkan permintaan pupuk sudah tertentu, sehingga peningkatan pengeluaran rumahtangga tidak langsung direspon rumahtangga dengan menurunkan permintaan pupuk.

7.3. Perilaku Penggunaan Input Tenaga Kerja