146
Sebelah Utara berbatasan dengan laut Sulawesi, kota Manado, kota Tomohon. Sebelah Timur berbatasan dengan laut Maluku, kabupaten Minahasa Utara dan Kota
Tomohon. Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Maluku dan Kota Tomohon. Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon.
Kabupaten Minahasa berdasarkan laporan Dinas Kehewanan 2007 memiliki topografi bergunung-gunung yang membentang dari utara ke selatan. Daerah ini
beriklim tropis dan mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kelembaban udara relatif tinggi berkisar rata-rata antara 84 sampai 93
persen dan rata-rata suhu minimum dan maksimum berkisar 19.25 dan 27.18
C. Jumlah penduduk di Minahasa tahun 2004 sebanyak 303 544 jiwa, dengan
kepadatan penduduk per km
2
sebesar 291 jiwa. Jumlah rumahtangga tercatat sebanyak 83 810 KK dan sekitar 87.85 persen atau 73 623 KK bekerja pada sektor
pertanian. Data ini sebagai penunjang dilakukannya penelitian pada rumahtangga petani khususnya rumahtangga petani peternak sapi.
5.1.2. Kabupaten Bolaang Mongondow
Luas Kabupaten Bolaang Mongondow mencapai 8 358.04 km
2
dan secara administratif terdiri dari 27 Kecamatan dan 278 Desa. Sebelah Utara berbatasan
dengan Laut Sulawesi, sebelah Timur dengan Kabupaten Minahasa, sebelah Selatan dengan Teluk Tomini dan sebelah Barat dengan Provinsi Gorontalo.
Keadaan topografi Kabupaten Bolaang Mongondow berdasarkan Laporan BPS SULUT 2005 terdiri dari dataran dan pegunungan dengan letak ketinggian
147
bervariasi antara 50-2 000 m di atas permukaan laut. Daerah ini mempunyai iklim tropis relatif basah dengan curah hujan yang tinggi mencapai 2 000-3 000 mm pada
setiap tahunnnya. Iklim daerah ini termasuk iklim tipe A Schmidt dan Ferguson pada daerah dataran tinggi, dan pada daerah dataran rendah termasuk iklim tipe B.
Penggunaan lahan di Bolaang Mongondow dibagi menurut penggunaan lahan bukan sawah dan penggunaan lahan untuk sawah. Lahan bukan sawah termasuk lahan
perkebunan 15.28 persen termasuk perkebunan kelapa didalamnya. Jumlah penduduk tahun 2005 sebanyak 472 890 jiwa dengan mata pencaharian terbesar
petani sekitar 69.14 persen Dinas Pertanian dan Peternakan Bolaang Mongondow, 2005. Hal ini juga sebagai penunjang penelitian di Bolaang Mongondow terhadap
rumahtangga petani khususnya rumahtangga petani peternak sapi.
5.1.3. Biaya Transaksi dan Peraturan Daerah
Usaha ternak sapi selain memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga, juga memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Pendapatan
daerah bidang peternakan diperoleh dari izin usaha pertanian dan peternakan, pungutan retribusi ternak serta hasil-hasilnya. Kondisi tersebut merupakan wujud
nyata otonomi daerah. Otonomisasi daerah didasarkan pada undang-undang No 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Pelaksanaan otonomi daerah pada dasarnya adalah upaya pengelolaan sumberdaya alam untuk menunjang
pembangunan daerah. Berkaitan dengan sub sektor peternakan telah ditetapkan beberapa peraturan daerah diantaranya PERDA No 10 Tahun 2000 tentang Rumah
148
Potong Hewan RPH, walaupun masih terbatas pada kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong dengan tarif Rp 4 000. Kemudian PERDA No 19 Tahun 2001
tentang Izin Usaha Hasil Pertanian Peternakan serta pungutan retribusi. Pungutan retribusi menyangkut retribusi pengeluaran termasuk penjualan ternak, terutama
pengeluaran ke luar daerah Sulawesi Utara Pemda Bolaang Mongondow, 2005. Tarif dan retribusi diatur berdasarkan PERDA provinsi Sulawesi Utara No 3
Tahun 2003. Besarnya keterangan pengeluaranpemasukan ternak adalah Rp 50 000 dan pengeluaranpemasukan bibit ternak aneka ternak adalah Rp 10 000. Sedangkan
keterangan pengeluaranpemasukan ternak potong Rp 25 000. Kenyataan di lapangan surat keterangan pengeluaran ternak sebesar Rp 10 000 rupiah dikenakan bagi
pembeli. Bagi rumahtangga petani peternak dikenakan Rp 10 000 per ekor setelah ternak sapi terjual dan Rp 2 000 per ekor setiap masuk pasar blantik. Dalam
penelitian ini disebut biaya administrasi dan biaya retribusi sebagai komponen biaya transaksi. Namun biaya retribusi belum diatur dalam PERDA provinsi Sulawesi Utara
No 3 Tahun 2003 tersebut Pemda SULUT, 2003.
5.2. Karakteristik Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman