Curahan Kerja Keluarga Perilaku Penggunaan Input Tenaga Kerja

kelapa sebesar nilai estimasi parameternya. Biaya transaksi dapat mempengaruhi upah sewa sapi. Seperti pada upah sewa tenaga kerja manusia, upah bayangan sewa sapi merupakan upah sewa sapi ditambah biaya transaksi. Walaupun pengaruh biaya transaksi terhadap penawaran tenaga kerja ternak sapi sangat kecil. Hal ini disebabkan penawaran tenaga kerja sudah tertentu baik kegiatan maupun jam kerja ternak sapi. Namun keterbatasan budget menyebabkan rumahtangga berupaya meningkatkan jam kerja ternak sapi milik sendiri, sebagai upaya meminimalkan biaya produksi. Penawaran tenaga kerja sapi tidak responsif terhadap biaya transaksi pada usaha kelapa tersebut. Faktor surplus pasar kelapa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja ternak sapi dan pengaruhnya sangat nyata. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, alokasi tenaga kerja sapi adalah sebagai pengangkut kelapa dan kopra. Semakin banyak surplus pasar kelapa, jam kerja ternak sapi meningkat, walaupun penggunaan tenaga kerja sapi tidak responsif terhadap surplus pasar kelapa. Pengangkutan kopra untuk sebagian besar dilakukan oleh pedagang.

7.3.8. Curahan Kerja Keluarga

Curahan kerja keluarga sebagai buruh tani dilakukan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman dalam rangka peningkatan pendapatan untuk memaksimumkan utilitas mereka. Curahan kerja sebagai buruh tani CTDUO di Minahasa secara bersama-sama dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja UTKB, tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi TKDS, tenaga kerja keluarga untuk usahatani lain TKDUL, jumlah anggota keluarga ANG, pendidikan kepala keluarga PFO dan penerimaan penjualan sapi RUTSJ. Sedangkan di Bolaang Mongondow curahan kerja keluarga sebagai buruh tani CTDUO secara bersama- sama dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja UTKB, jumlah anggota keluarga ANG, total pengeluaran TP dan produksi sapi PROS. Hasil estimasi perilaku curahan kerja sebagai buruh tani di Minahasa dan Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 40. Hasil analisis pada Tabel 40 menunjukkan semua tanda estimasi untuk peubah yang mempengaruhi peubah endogen curahan kerja keluarga CTDUO di Minahasa dan Bolaang Mongondow telah sesuai kriteria ekonomi. Estimasi peubah upah bayangan tenaga kerja UTKB dan jumlah anggota keluarga ANG di Minahasa masing-masing bernilai positif. Tanda positif peubah upah bayangan tenaga kerja artinya semakin tinggi biaya transaksi menyebabkan upah bayangan semakin tinggi. Tabel 40. Hasil Parameter Estimasi, Elastisitas Penggunaan Input Tenaga Kerja Sebagai Buruh Tani Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang Mongondow Variabel Kode Minahasa Bolaang Mongondow Parameter Estimasi Elastisitas Parameter Estimasi Elastisitas Curahan Kerja CTDUO Keluarga Intersep -1859.0 - Upah Bayangan TK UTKB 0.81140 0.5138 0.13216 6.6561 TK Kel utk UT Sapi TKDS -0.4743 -0.2403 - - TK Kel utk UT Lain TKDUL -0.5081 -0.1698 - - Jumlah Anggota Kel ANG 374.74 1.2363 289.739 1.3483 Pendidikn Kepala Kel PFO -102.51 -0.7685 - - Penerimaan Penj Sapi RUTSJ -0.0003 -0.3295 - - Total Pengeluaran TP - - 7.611E-6 0.0208 Produksi Sapi PROS - - -0.2735 -0.1202 Keterangan : = P0.15 - = Tidak ada aktivitas Kondisi tersebut mengakibatkan rumahtangga cenderung meningkatkan curahan kerja keluarga sebagai buruh tani sebesar nilai estimasi parameternya. Hal ini disebabkan semakin tingginya kebutuhan rumahtangga baik untuk kebutuhan pokok maupun kebutuhan non pokok. Namun upah bayangan tenaga kerja berpengaruh tidak nyata terhadap peubah endogen curahan kerja keluarga sebagai buruh tani pada taraf nyata 15 persen. Peningkatan upah karena biaya transaksi pengaruhnya kecil terhadap peningkatan jam kerja sebagai buruh tani. Kenyataan di lapang menunjukkan jam kerja sebagai buruh tani sudah tertentu. Curahan kerja keluarga sebagai buruh tani tidak responsif terhadap upah karena biaya transaksi. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga, semakin tinggi curahan kerja keluarga sebagai buruh tani sebesar nilai estimasi parameternya. Jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap curahan kerja keluarga sebagai buruh tani. Jumlah anggota keluarga berkaitan dengan struktur demografi rumahtangga, sehingga semakin tinggi rasio konsumsi dan pekerja CW maka semakin tinggi kebutuhan rumahtangga untuk konsumsi. Rumahtangga berusaha memperoleh pendapatan dengan mengalokasikan tenaganya untuk pekerjaan apapun. Semakin banyak anggota keluarga kemungkinan besar dapat meningkatkan curahan kerja sebagai buruh tani. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan curahan kerja keluarga sebagai buruh tani responsif terhadap jumlah anggota keluarga. Rumahtangga membutuhkan penerimaan untuk memaksimumkan utilitasnya, sehingga rumahtangga berusaha mengalokasikan tenaga kerjanya untuk bekerja dan mendapatkan uang. Pekerjaan buruh tani merupakan salah satu sumber pendapatan rumahtangga. Bertambahnya anggota rumahtangga sangat berpengaruh terhadap peningkatan curahan kerja keluarga dan sangat respon. Tanda peubah penawaran tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi adalah negatif. Artinya semakin tinggi penawaran tenaga kerja keluarga untuk sapi menyebabkan semakin berkurangnya alokasi tenaga kerja untuk buruh tani sebesar nilai estimasi parameternya. Pada musim kemarau, rumahtangga akan kesulitan mendapatkan lahan yang memenuhi syarat untuk ternak sapi merumput. Berdasarkan keadaan ini maka rumahtangga berusaha menambah jam kerja mencari rumput atau mencari lokasi yang lebih jauh untuk ternak sapi merumput. Pada kondisi ini jam kerja yang dialokasikan sebagai buruh tani harus dikurangi. Sesuai dengan teori ekonomi, penawaran tenaga kerja pada usahatani tertentu saling bersubstitusi dengan tenaga kerja pada usahatani lainnya. Peubah penawaran tenaga kerja keluarga untuk sapi berpengaruh nyata terhadap peubah endogen curahan kerja keluarga sebagai buruh tani pada taraf nyata 15 persen. Usaha ternak sapi di Minahasa walaupun merupakan usaha sambilan namun telah dilakukan secara turun temurun dan merupakan sumber pendapatan juga sebagai sumber tenaga kerja. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan curahan kerja keluarga sebagai buruh tani tidak responsif terhadap penawaran tenaga kerja keluarga pada usaha sapi. Rumahtangga membutuhkan budget untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan untuk proses usahatani. Berdasarkan kenyataan ini, peningkatan jam kerja dalam usaha sapi tidak langsung direspon rumahtangga dengan menurunkan jam kerja sebagai buruh tani. Tanda peubah penawaran tenaga kerja keluarga untuk usahatani lain adalah negatif. Artinya penambahan jam kerja keluarga untuk usahatani lain menyebabkan pengurangan jam kerja keluarga untuk buruh tani sebesar nilai estimasi parameternya. Peubah penawaran tenaga kerja keluarga untuk usahatani lain berpengaruh nyata terhadap peubah endogen curahan kerja keluarga sebagai buruh tani pada taraf nyata 15 persen. Tujuan usahatani lain adalah untuk peningkatan pendapatan juga sebagai penunjang usaha sapi. Sehingga pada saat- saat tertentu penawaran tenaga kerja pada usahatani lain bisa berubah. Perubahan ini berpengaruh terhadap curahan kerja sebagai buruh tani. Besarnya nilai elastisitas peubah curahan kerja keluarga sebagai buruh tani terhadap penawaran tenaga kerja keluarga dalam usahatani lain lebih kecil satu. Artinya curahan kerja keluarga sebagai buruh tani tidak responsif terhadap penawaran tenaga kerja keluarga untuk usahatani lain. Walaupun penawaran tenaga kerja untuk usahatani lain cukup berpengaruh terhadap curahan kerja keluarga namun peningkatan jam kerja keluarga tersebut tidak langsung direspon rumahtangga dengan mengurangi jam kerja sebagai buruh tani. Hal ini disebabkan rumahtangga berusaha mengalokasikan tenaganya untuk memperoleh pendapatan. Salah satu sumber pendapatan adalah bekerja sebagai buruh tani. Tanda peubah pendidikan kepala keluarga adalah negatif. Artinya semakin tinggi pendidikan kepala keluarga menyebabkan alokasi jam kerja sebagai buruh tani semakin berkurang. Kenyataan di lapang menunjukkan kepala keluarga yang menyandang tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai pekerjaan yang lebih baik dari buruh tani. Pekerjaan sebagai buruh tani merupakan pekerjaan kasar yang lebih mengandalkan tenaga fisik. Peubah pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap peubah endogen curahan kerja keluarga sebagai buruh tani pada taraf nyata 15 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga maka rumahtangga cenderung mengalokasikan tenaganya untuk pekerjaan yang tidak mengandalkan tenaga kasar dengan kata lain beralih dari tenaga kerja buruh tani ke pekerjaan yang lebih baik. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan peubah curahan kerja keluarga sebagai buruh tani terhadap pendidikan kepala keluarga tidak responsif terhadap pendidikan kepala keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan tidak langsung direspon rumahtangga dengan mengurangi jam kerjanya sebagai buruh tani. Hal ini disebabkan pekerjaan sebagai buruh tani lebih mudah diperoleh dibanding pekerjaan yang membutuhkan tingkat pendidikan lebih tinggi. Tanda peubah penerimaan penjualan sapi adalah negatif. Artinya setiap peningkatan penerimaan penjualan sapi akan menyebabkan penurunan jam kerja sebagai buruh tani. Kenyataannya bila penerimaan yang diperoleh lebih tinggi, rumahtangga tidak akan mengalokasikan tenaganya sebagai buruh tani. Seperti telah dijelaskan, pekerjaan buruh tani mengandalkan tenaga fisik, sehingga bila rumahtangga memperoleh pendapatan usaha lain yang lebih besar maka pekerjaan buruh tani akan ditinggalkan. Peubah penerimaan penjualan sapi berpengaruh nyata terhadap peubah endogen curahan kerja keluarga sebagai buruh tani pada taraf nyata 15 persen. Rumahtangga mengalokasikan tenaga kerjanya untuk kegiatan-kegiatan usahatani maupun non usahatani agar memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dialokasikan untuk kebutuhan rumahtangga apakah kebutuhan pokok atau kebutuhan non pokok. Semakin tinggi penerimaan yang bersumber dari penjualan sapi mengakibatkan rumahtangga akan mengurangi alokasi kerjanya sebagai buruh tani. Nilai elastisitas menunjukkan curahan kerja keluarga sebagai buruh tani tidak responsif terhadap penerimaan penjualan sapi disebabkan jam kerja sebagai buruh tani sudah tertentu. Selain itu, rumahtangga berusaha memperoleh pendapatan melalui pekerjaan yang lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Biaya transaksi juga dapat mempengaruhi penawaran tenaga kerja sebagai buruh tani di Bolaang Mongondow. Peubah upah bayangan tenaga kerja mempunyai tanda positif. Artinya semakin tinggi biaya transaksi, upah bayangan semakin tinggi akibatnya rumahtangga cenderung meningkatkan curahan kerja keluarga sebagai buruh tani sebesar nilai estimasi parameternya. Semakin tinggi biaya transaksi mendorong rumahtangga menaikkan jam kerja sebagai buruh tani dan pengaruhnya cukup nyata. Hal ini disebabkan semakin tingginya kebutuhan pokok dan non pokok rumahtangga. Curahan kerja keluarga tersebut sangat responsif terhadap biaya transaksi. Pekerjaan sebagai buruh tani merupakan salah satu sumber pendapatan bagi rumahtangga. Nilai estimasi jumlah anggota keluarga adalah positif artinya semakin tinggi jumlah anggota keluarga, semakin tinggi curahan kerja keluarga sebagai buruh tani sebesar nilai estimasi parameternya. Seperti di Minahasa, jumlah anggota keluarga di Bolaang Mongondow berkaitan dengan struktur demografi rumahtangga, dengan demikian semakin tinggi rasio konsumsi dan pekerja CW maka semakin tinggi kebutuhan rumahtangga untuk konsumsi. Disini rumahtangga berusaha memperoleh pendapatan dengan mengalokasikan tenaganya untuk pekerjaan apapun. Pengaruh jumlah anggota rumahtangga sangat nyata terhadap curahan kerja sebagai buruh tani. Curahan kerja keluarga sebagai buruh tani responsif terhadap jumlah anggota keluarga. Rumahtangga membutuhkan penerimaan untuk memaksimumkan utilitasnya, dengan demikian rumahtangga berusaha mengalokasikan tenaga kerjanya untuk bekerja dan mendapatkan uang. Berdasarkan fenomena tersebut, semakin meningkatnya anggota rumahtangga sangat berpengaruh terhadap peningkatan curahan kerja keluarga, dengan kata lain, semakin bertambahnya anggota keluarga langsung direspon rumahtangga dengan meningkatkan jam kerja sebagai buruh tani. Faktor peubah total pengeluaran mempengaruhi curahan tenaga kerja sebagai buruh tani, walaupun pengaruhnya kecil. Rumahtangga membutuhkan penerimaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan non pokok dan kebutuhan untuk proses usahatani. Semakin tinggi kebutuhan tersebut menyebabkan rumahtangga berusaha meningkatkan jam kerja sebagai buruh tani. Curahan kerja keluarga sebagai buruh tani tidak responsif terhadap total pengeluaran rumahtangga. Produksi sapi yang semakin banyak menyebabkan rumahtangga harus mengurangi curahan kerjanya sebagai buruh tani. Rumahtangga berusaha mengalokasikan tenaganya lebih banyak untuk usaha sapi, walaupun pengaruhnya kecil. Selanjutnya, curahan tenaga kerja keluarga sebagai buruh tani tidak responsif terhadap produksi sapi. Rumahtangga berusaha mengikatmelepas ternaknya di lokasi kebun yang lebih dekat sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk pindah ternak.

7.4. Perilaku Biaya Sarana Produksi dan Biaya Tenaga Kerja