7.7.2. Konsumsi Non Pangan
Konsumsi non pangan KNP diantaranya konsumsi minyak tanahkayu bakar, listrikair, kesehatan, pakaiansepatusabun, kebutuhan sosialrekreasi dan
sebagainya. Konsumsi non pangan KNP secara bersama-sama dipengaruhi pendidikan kepala keluarga, jumlah angkatan kerja dan total pendapatan
rumahtangga. Hasil analisis pada Tabel 42 menunjukkan semua tanda estimasi untuk peubah-peubah yang mempengaruhi peubah endogen konsumsi non pangan
telah sesuai kriteria ekonomi. Estimasi peubah tingkat pendidikan kepala keluarga bernilai positif.
Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga maka konsumsi non pangan naik sebesar nilai estimasi parameternya. Tanda peubah jumlah angkatan
kerja bernilai positif. Artinya naiknya jumlah angkatan kerja keluarga menyebabkan naiknya konsumsi non pangan sebesar nilai estimasi parameternya.
Tanda peubah total pendapatan rumahtangga adalah positif. Artinya semakin tinggi total pendapatan rumahtangga, konsumsi non pangan semakin
meningkat sebesar nilai estimasi parameternya. Tingkat pendapatan rumahtangga semakin tinggi, mereka dapat mengalokasikannya untuk pengeluaran konsumsi
non pangan dengan lebih tinggi. Peubah pendidikan kepala keluarga dan jumlah angkatan kerja keluarga
masing-masing berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan pada taraf nyata 15 persen. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan berdampak cukup besar
terhadap naiknya konsumsi non pangan. Kepala keluarga yang menyandang tingkat pendidikan lebih tinggi sudah memperhatikan konsumsi non pangan.
Semakin tinggi jumlah angkatan kerja juga berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi non pangan. Hal ini berkaitan dengan rasio konsumsi dan
pekerja dalam rumahtangga. Semakin rendah rasio CW maka pengeluaran konsumsi non pangan makin tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa
penambahan jumlah angkatan kerja keluarga pengaruhnya cukup besar terhadap peningkatan konsumsi non pangan di lokasi penelitian.
Peubah total pendapatan rumahtangga berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi non pangan pada taraf nyata 15 persen. Artinya peningkatan pendapatan
rumahtangga pengaruhnya kecil terhadap peningkatan konsumsi non pangan rumahtangga. Hal ini disebabkan pendapatan yang diperoleh dialokasikan untuk
berbagai kebutuhan baik kebutuhan pokok, kebutuhan non pokok termasuk kebutuhan proses produksi usahatani.
Nilai elastisitas peubah konsumsi non pangan terhadap pendidikan kepala keluarga lebih kecil satu. Artinya konsumsi non pangan tidak responsif terhadap
pendidikan kepala keluarga. Walaupun pendidikan kepala keluarga berdampak cukup besar terhadap peningkatan konsumsi non pangan. Kenyataan ini
menunjukkan rumahtangga sudah mulai rasional dalam mengalokasikan pengeluaran dengan tidak mengutamakan konsumsi non pangan.
Besarnya nilai elastisitas peubah konsumsi non pangan terhadap jumlah angkatan kerja keluarga lebih kecil satu. Artinya konsumsi non pangan tidak
responsif terhadap jumlah angkatan kerja keluarga. Walaupun jumlah angkatan kerja keluarga berdampak cukup besar terhadap peningkatan konsumsi non
pangan. Struktur demografi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa mempengaruhi pengeluaran konsumsi non pangan. Dampak struktur demografi
dapat dilihat dari rasio konsumsi dan pekerja CW. Semakin tinggi pekerja, rasionya makin kecil sehingga konsumsi non pangan makin tinggi.
Nilai elastisitas peubah konsumsi non pangan terhadap total pendapatan rumahtangga lebih kecil satu. Artinya konsumsi non pangan tidak responsif
terhadap total pendapatan rumahtangga. Walaupun peningkatan pendapatan rumahtangga berdampak cukup besar terhadap peningkatan konsumsi non pangan.
Dalam hal ini rumahtangga tidak mengutamakan konsumsi non pangan. Konsumsi non pangan di Bolaang Mongondow secara bersama-sama
dipengaruhi jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumahtangga. Hasil analisis pada Tabel 42 menunjukkan semua tanda
estimasi untuk peubah yang mempengaruhi peubah endogen konsumsi non pangan telah sesuai kriteria ekonomi. Peubah jumlah anggota keluarga,
pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumahtangga masing-masing berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan pada taraf nyata 15 persen.
Peubah jumlah anggota keluarga bernilai positif. Artinya semakin banyak anggota keluarga maka konsumsi non pangan semakin meningkat. Pengeluaran
kebutuhan non pangan diantaranya pengeluaran minyak tanah, kayu bakar, pakaiansepatu, sabun, kesehatan dan sosial. Semakin banyak anggota
rumahtangga maka kebutuhan untuk konsumsi non pangan tersebut makin meningkat, sehingga pengeluaran untuk kebutuhan tersebut juga meningkat.
Pengaruh jumlah anggota keluarga sangat nyata terhadap konsumsi non pangan, walaupun tidak responsif.
Estimasi peubah tingkat pendidikan kepala keluarga bernilai positif. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga menyebabkan naiknya
konsumsi non pangan sebesar nilai estimasi parameternya. Peningkatan tingkat pendidikan tersebut pengaruhnya nyata terhadap pengeluaran konsumsi non
pangan. Kepala keluarga yang menyandang tingkat pendidikan lebih tinggi sudah memperhatikan pengeluaran konsumsi non pangan bagi keluarganya. Konsumsi
non pangan tidak responsif terhadap pendidikan kepala keluarga. Kenyataan ini menunjukkan rumahtangga sudah mulai rasional dalam mengalokasikan
pengeluaran dengan tidak mengutamakan konsumsi non pangan. Tanda peubah total pendapatan rumahtangga adalah positif. Artinya
semakin tinggi total pendapatan rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow maka konsumsi non pangan semakin meningkat sebesar nilai
estimasi parameternya. Apabila tingkat pendapatan rumahtangga semakin tinggi, mereka dapat mengalokasikannya untuk pengeluaran konsumsi non pangan.
Peningkatan pendapatan rumahtangga tersebut pengaruhnya sangat besar terhadap peningkatan konsumsi non pangan rumahtangga. Hal ini disebabkan pendapatan
yang diperoleh dialokasikan untuk berbagai kebutuhan baik kebutuhan pokok, kebutuhan non pokok termasuk kebutuhan proses produksi usahatani. Namun
konsumsi non pangan tidak responsif terhadap total pendapatan rumahtangga. Dalam hal ini rumahtangga tidak mengutamakan konsumsi non pangan.
7.7.3. Investasi Pendidikan