171
dari produksi. Usahatani utama adalah hortikultura yaitu tanaman kacang merah brenebon, bawang merah dan tomat. Beberapa rumahtangga menanam kacang tanah
dan kacang hijau. Sebagian memiliki tanaman tahunan berupa cengkeh. Jenis ternak yang dipelihara selain sapi adalah ternak babi, kambing, kuda, ayam, itik dan anjing.
Untuk Bolaang Mongondow, selain usaha kelapa, rumahtangga petani peternak sapi juga berusaha kebun coklat, cengkeh dan kopi. Terdapat usaha jagung,
padi, kacang tanah, kacang hijau, cabe dan sayur-sayuran. Beberapa rumahtangga memelihara ternak ayam, itik, kambing sebagai sumber pendapatan mereka.
5.4.2. Penggunaan Input
Penggunaan input baik di Minahasa maupun Bolaang Mongodow masing- masing dibahas penggunaan input produksi dan input tenaga kerja. Penggunaan input
produksi dilihat dari permintaan rumput yang dikonsumsi sapi dan input produksi usaha jagung. Khusus Minahasa konsumsi rumput ditambah konsumsi jagung.
Penggunaan input produksi dalam usaha kelapa yaitu berupa pupuk urea. Namun hanya sebagian kecil rumahtangga di Bolaang Mongondow yang menggunakan
pupuk urea untuk kelapa sehingga tidak dibahas dalam penelitian ini. Konsumsi rumput oleh ternak sapi per tahun dapat dilihat pada Tabel 15.
Data Tabel 15 tersebut di atas menunjukkan rata-rata konsumsi rumput per ekor per hari lebih besar di Minahasa dibanding di Bolaang Mongondow. Hal ini
menunjukkan rumahtangga di Minahasa lebih memperhatikan masalah pakan, walaupun konsumsi tersebut belum sesuai dengan yang dianjurkan yaitu konsumsi
rumput sekitar 10 persen dari berat badan ternak.
172
Tabel 15. Rata-rata Konsumsi Rumput dan Jagung serta Jumlah Ternak Sapi Yang Dimiliki Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di
Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007
L o k a s i Konsumsi Rumput
[
Jumlah Ternak KgTahun KgEkorHari Ekor
A. Minahasa 6.00
- Konsumsi Rumput 16 856.23
7.70 - Konsumsi Jagung
1 327.66 0.61
B. Bolaang Mongondow 10 440.61
7.28 3.93
Penggunaan input produksi pada usaha jagung dijelaskan dari permintaan benih jagung, pembelian pupuk urea, TSP dan KCl. Rata-rata jumlah benih, jumlah
pupuk urea, TSP dan KCl dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata Penggunaan Benih, Pupuk dan Harga Pembelian oleh Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa,
Tahun 2006-2007
U r a i a n Jumlah Penggunaan
Kg Harga
RpKg Benih 61.19
1 987.11
Pupuk - Urea
220.36 1 120.00
- TSP 176.31
1 700.00 - KCl
115.46 2 800.00
Sebagian besar rumahtangga menggunakan pupuk untuk merangsang pertumbuhan jagung. Pupuk KCl hanya digunakan sebagian kecil rumahtangga. Jenis
benih yang digunakan adalah Manado Kuning, hibrida dan benih lokal. Input tenaga kerja yang digunakan rumahtangga di Minahasa dan di Bolaang
Mongondow adalah tenaga kerja keluarga, tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak sapi. Input tenaga kerja keluarga yang dimaksud yaitu curahan tenaga kerja dalam
173
keluarga dalam usaha ternak sapi, usaha jagung dan usaha kelapa, curahan kerja sebagai buruh tani. Tenaga kerja sewa yang dimaksud adalah penggunaan tenaga
kerja sewa dalam usaha jagung dan kelapa. Input tenaga kerja yang digunakan untuk usaha ternak sapi di kedua
kabupaten berupa tenaga kerja keluarga. Input tenaga kerja yang digunakan untuk usaha jagung di Minahasa adalah tenaga kerja keluarga, luar keluarga dan tenaga
kerja ternak. Tenaga kerja ternak sapi digunakan untuk membajak sawah, ladang dan mengangkut output usahatani. Selain itu, ternak sapi digunakan untuk mengangkut
material bangunan batu, kerikil dan kayu. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha kelapa di Bolaang Mongondow
adalah tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja ternak sapi. Tenaga kerja ternak sapi digunakan untuk mengangkut buah kelapa dan kopra, bajak
sawah, ladang dan angkut material serta angkut kayu. Penggunaan input tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga
terdiri dari pria dan wanita. Untuk tenaga kerja keluarga suami dan anak pria dinyatakan sebagai tenaga kerja pria. Sedangkan tenaga kerja keluarga istri
dinyatakan sebagai tenaga kerja wanita. Hasil penelitian baik di Minahasa maupun Bolaang Mongondow
menunjukkan tenaga kerja anak tidak ditemukan. Beberapa hasil penelitian diantaranya Chavas et al. 2004 mengukur input tenaga kerja awal adalah jumlah
anak 15 tahun. Input tenaga kerja anak dalam penelitian ini adalah berumur di atas 15 tahun sehingga diukur sebagai tenaga kerja pria dewasa. BPS Sulawesi Utara
2005 juga mengukur anak lebih dari 15 tahun sebagai input tenaga kerja pria
174
dewasa. Penggunaan tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi, usaha jagung dan usaha kelapa serta usahatani lainnya dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-rata Curahan Kerja Suami, Isteri dan Anak pada Setiap Usaha Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan
Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007
Usaha Suami Isteri
Anak dewasa
HOK Jam HOK Jam HOK Jam A. Minahasa :
1. Usaha Ternak Sapi 365.00
533.78 0.00
0.00 0.00
0.00 2. Usaha Jagung
42.00 203.74
33.48 157.67 29.75
145.23 3. Usahatani Lainnya
153.06 684.52 118.66 399.78
103.78 578.61
B. Bolaang Mongondow: 1. Usaha Ternak Sapi
365.00 494.66
0.00 0.00
0.00 0.00
2. Usaha Kelapa 44.57
225.49 0.00
0.00 0.00
0.00 3. Usahatani Lainnya
134.37 328.25
63.93 142.30 106.84
271.93 Rumahtangga mengalokasikan tenaga kerja keluarganya suami, isteri dan
anak pada usaha ternak sapi paling tinggi dibanding pada usaha jagung dan usahatani lainnya. Hal ini disebabkan alokasi kerja untuk usaha ternak sapi dilakukan setiap
hari. Kegiatan usaha ternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow hanya dilakukan oleh kepala keluarga. Curahan kerja yang dilakukan adalah memindahkan
ternak sapi pagi dan sore, mencari rumput, memberi makan dan memandikan ternak sapi.
Kegiatan usaha jagung di Minahasa dilakukan oleh petani peternak sebagai kepala keluarga, isteri dan anak pria dewasa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
diantaranya adalah pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan I dan penyiangan II, panen dan penjemuran. Selanjutnya, kegiatan usaha kelapa di Bolaang
Mongondow dilakukan oleh petani peternak sebagai kepala keluarga dan anak pria dewasa. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah panjat pohon kelapa,
175
mengumpulkan kelapa, mengangkut, mengupas dan pembuatan kopra membelah, memanggang, mengeluarkan daging buah dari tempurung.
Dalam melakukan proses produksi usaha ternak sapi seperti dijelaskan di atas, rumahtangga tidak menggunakan tenaga kerja sewa. Namun dalam proses produksi
usaha jagung dan kelapa, rumahtangga menggunakan tenaga kerja sewa. Penggunaan tenaga kerja sewa dalam teori ekonomi dinyatakan sebagai permintaan tenaga kerja.
Penggunaan tenaga kerja sewa dalam usaha jagung di Minahasa dan usaha kelapa di Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Sewa oleh Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa dan Bolaang
Mongondow, Tahun 2006-2007
Tenaga Kerja Penggunaan Tenaga Kerja Sewa
Hari HOK Jam
A. Minahasa - Tenaga Kerja Pria
9.68 40.30
57.96 - Tenaga Kerja Wanita
6.02 29.23
42.04 - Total
69.53 100.00
B. Bolaang Mongondow - Panjat Kelapa
11.32 90.55
17.14 - Kumpul Kelapa
77.78 135.17
25.58 - Pembuatan Kopra
12.61 302.69
57.28 - Total
528.41 100.00
Jam kerja sewa di Minahasa didominasi oleh tenaga kerja pria yaitu sebesar 57.96 persen, tenaga kerja wanita hanya sebesar 42.04 persen. Artinya di Minahasa
masih mengandalkan tenaga pria untuk bekerja di usahatani jagung. Kegiatan tenaga kerja sewa dalam usaha jagung adalah untuk pengolahan lahan dan penyiangan serta
panen. Pengolahan lahan dilakukan pria dewasa, penyiangan sebagian dikerjakan pria dewasa dan sebagian oleh tenaga kerja wanita.
176
Tenaga kerja sewa yang digunakan untuk usaha kelapa adalah hanya tenaga kerja pria. Sebagian besar rumahtangga menggunakan tenaga kerja sewa untuk panjat
kelapa. Jam kerja untuk pembuatan kopra lebih tinggi dibanding kegiatan yang lain. Pembuatan kopra terdiri dari kegiatan belah kelapa, panggang dan mengeluarkan
daging kelapa. Panggang kelapa membutuhkan waktu paling kecil dua kali 24 jam. Ternak sapi di Sulawesi Utara dimanfaatkan untuk membajak sawah dan
ladang, juga digunakan untuk mengangkut produk pertanian berupa kelapa dan kopra, padi serta produk pertanian lainnya. Pekerjaan membajak dilakukan untuk lahan milik
rumahtangga ataupun milik orang lain. Produk pertanian yang diangkut baik milik sendiri maupun milik orang lain. Dalam hal ini ternak sapi merupakan alternatif
pendapatan dari sewa untuk bajak atau angkut. Ternak sapi digunakan sebagai pekerja mulai ternak berumur 1.5 tahun sampai lebih dari 10 tahun. Berarti terjadi
pengurasan tenaga ternak menyebabkan ternak tidak bisa berkembang. Ternak membajak lahan di Minahasa dan Bolaang Mongondow sehari selama 5-8 jam.
Penggunaan tenaga kerja ternak sapi di lokasi penelitian, baik untuk lahan sendiri maupun lahan orang lain dapat dilihat pada Tabel 19.
Rata-rata penggunaan tenaga kerja sapi di Bolaang Mongondow lebih besar dibanding Minahasa baik untuk lahan sendiri maupun orang lain. Tenaga kerja sapi
memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Penggunaan tenaga kerja ternak sapi
untuk lahan sendiri lebih kecil dibanding disewa orang lain. Alokasi waktu ternak sapi yang disewa petani lain di Minahasa sekitar 52,07 dan sekitar 47.07 persen
disewa petani lain di Bolaang Mongondow.
177
Tabel 19. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Ternak Sapi dan Kegiatan Usaha Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Tanaman di
Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007
Kegiatan Usaha Penggunaan Tenaga Ternak Sapi
Hari HOK Jam
A. Minahasa : - Usaha Jagung
8.55 48.59
13.30 - Kegiatan Usaha Lain
23.76 126.57
34.63 - Usaha Petani Lain
38.44 190.26
52.07 Total
365.42 100.00
B. Bolaang Mongondow - Usaha Kelapa
14.09 177.86
29.60 - Kegiatan Usaha Lain
41.55 136.42
22.70 - Usaha Petani Lain
60.57 286.64
47.70 Total
600.92 100.00
Tenaga kerja ternak sapi digunakan untuk angkut kelapa, upah Rp 25 000 per hari Rp 3 125 per jam, angkut jagung Rp 2 500 per karung, kacang tanah Rp 2 500
per karung, bawang merah Rp 5 000 per karung. Angkut padi Rp 3 000 per karung, tomat Rp 1 000 per karung dan kopra Rp 5 000 per karung. Tenaga kerja sapi untuk
mengolah lahan membajak sawah dan ladang baik di Minahasa maupun Bolaang Mongondow disewa dengan upah Rp 30 000 per hari Rp 3 750 per jam. Ternak sapi
juga digunakan untuk mengangkut kayu, upah berkisar Rp 150 000 - Rp 250 000 per kubik dan angkut meterial batu dan pasir dengan upah Rp 20 000 per kubik.
Rumahtangga petani peternak sapi mengalokasikan waktu mereka untuk mencari nafkah baik dalam usahatani maupun non usahatani dan dapat memberikan
pendapatan. Rumahtangga dan seluruh anggota keluarganya baik di Minahasa maupun Bolaang Mongondow mengalokasikan seluruh waktu untuk mengurus
rumahtangga, sekolah serta kegiatan sosial di desa. Alokasi waktu yang dilakukan rumahtangga dan anggota keluarga, dalam teori ekonomi rumahtangga lebih dikenal
178
dengan curahan kerja. Curahan kerja adalah jumlah hari dan jam kerja yang dicurahkan seluruh anggota keluarga untuk mencari nafkah dalam usahatani on
farm maupun luar usahatani off farm. Curahan kerja rumahtangga dan anggota keluarganya dinyatakan sebagai buruh tani. Curahan kerja anggota ruamhtangga
suami, istri dan anak dewasa untuk usahatani orang lain dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani Usaha
Ternak Sapi-Tanaman Sebagai Buruh Tani di Minahasa dan Bolaang Mongondow, Tahun 2006-2007
Tenaga Kerja Minahasa Bolaang
Mongondow Jumlah Jumlah
Suami - HOK
114.00 122.45
- Jam 782.69
25.05 784.01
26.78 Isteri
- HOK 117.04
115.86 - Jam
860.49 27.54
807.54 27.59
Anak dewasa - HOK
198.00 182.53
- Jam 1481.55
47.41 1335.52
45.63 Total Jam Kerja
3 124.73 100.00
2 927.07 100.00
Buruh tani merupakan pekerjaan yang lebih mudah diperoleh dan membutuhkan tenaga kasar bukan tenaga terampil. Curahan kerja anak dewasa
sebagai buruh tani baik di Minahasa maupun Bolaang Mongondow adalah paling besar yaitu masing-masing 47.41 persen dan 45.63 persen, kemudian diikuti curahan
kerja isteri masing-masing 27.54 persen dan 27.59 persen. Curahan kerja suami adalah paling kecil yaitu masing-masing sebesar 25.05 persen dan 26.78 persen. Hal
ini disebabkan curahan kerja suami lebih banyak untuk usaha ternak sapi baik di Minahasa maupun Bolaang Mongondow.
179
5.4.3. Biaya Produksi