bakalan tidak dianalisis, rumput yang diberikan rumput segar rumput liar, limbah pertanian dan jagung muda, rumahtangga tidak memberikan konsentrat
dan bila ternak sakit diberikan obat-obat tradisional ataupun disuntik apabila ternak sudah parah menurut petani peternak. Penggunaan input produksi jagung
terdiri dari tiga persamaan struktural yaitu persamaan jumlah benih jagung JBJ, jumlah pupuk urea JPUJ dan jumlah pupuk TSP JPTJ. Sedangkan perilaku
penggunaan input produksi yang dianalisis untuk Bolaang Mongondow adalah penggunaan input produksi sapi yaitu permintaan rumput. Hasil estimasi perilaku
penggunaan input dapat dilihat pada Tabel 38. Berdasarkan data hasil estimasi pada Tabel 38, selanjutnya akan dibahas respon masing-masing peubah endogen.
7.2.1. Permintaan Rumput
Jumlah permintaan rumput JRUM oleh rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa secara bersama-sama dipengaruhi harga rumput HRUM, produksi
sapi PROS dan harga jagung HJG. Sedangkan jumlah permintaan rumput JRUM di Bolaang Mongondow secara bersama-sama dipengaruhi harga rumput
HRUM, produksi sapi PROS, penerimaan usaha sapi RUTS dan penerimaan kelapa RUK. Seperti dijelaskan sebelumnya, konsumsi rumput diproxy dari
jumlah rumput yang dikonsumsi apabila rumahtangga membeli rumput. Harga rumput baik di Minahasa maupun di Bolaang Mongondow diproxy dengan harga
rumput di lokasi penelitian yaitu Rp 400 - Rp 500 per kg untuk Minahasa dan Rp 450 - Rp 500 per kg untuk Bolaang Mongondow. Berdasarkan teori produksi,
penggunaan input dipengaruhi harga output, harga input produksi tersebut dan harga input lain.
Tabel 38. Hasil Parameter Estimasi, Elastisitas Penggunaan Input Produksi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi-Tanaman di Minahasa
dan Bolaang Mongondow
Variabel Kode
Minahasa Bolaang Mongondow
Parameter Estimasi
Elastisitas Parameter Estimasi
Elastisitas
Jumlah Rumput JRUM
Intersep 6331.25
1752.0 Harga Rumput
HRUM -20.865
-0.49512 -0.811 -0.027
Produksi Sapi PROS
7.34073 0.144143
15.753 0.5823
Harga Jagung HJG
14.9526 0.975773
- -
Penerimaan UT Sapi RUTS
- -
0.0002 0.2674
Penerimaan Kelapa RUK
- -
0.0001 0.0515
Jumlah Benih Jagung JBJ
Intersep 36.1388
- Harga Benih Jagung
HBJ -0.0015
-0.07285 -
- Luas Lahan Jagung
LHNJ 38.0107
0.77986 -
- Biaya Transaksi Jagung
BTRJ -0.5089
-1.18633 -
-
Jumlah Urea Jagung JPUJ
Intersep -4294.4
- Harga Pupuk Urea
HPUJ -4.6084
-23.3719 -
- Harga Pupuk TSP
HPTJ 5.68684
43.9188 -
- Luas Lahan Jagung
LHNJ 148.363
0.55520 -
- Penerimaan UT Jagung
RUTS 3.064E-7
0.02156 -
- Biaya Transaksi Jagung
BTRJ -2.4953
-1.07546 -
-
Jumlah TSP Jagung JPTJ
Intersep -1545.6
- Rasio Harga TSP
RHPTJ -520.83 -4.55889
- -
Harga Jagung Harga Pupuk Urea
HPUJ 2.13351
0.35439 -
- Harga Pupuk KCl
HPKJ 0.02106
0.33516 -
- Luas Lahan Jagung
LHNJ 143.953
0.67314 -
- Total Pengeluaran
TP -1.25E-6
-0.09385 -
- Keterangan : = P0.15
- = Tidak ada aktivitas
Hasil estimasi untuk rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Minahasa seperti pada Tabel 38 menunjukkan semua tanda peubah yang
mempengaruhi permintaan rumput telah sesuai kriteria ekonomi. Peubah harga rumput bertanda negatif artinya naiknya harga rumput menurunkan permintaan
rumput sebesar nilai estimasi parameternya. Tanda positif untuk produksi sapi dan harga jagung berarti naiknya produksi sapi dan harga jagung masing-masing
menyebabkan permintaan rumput naik sebesar nilai estimasi parameternya. Hasil estimasi juga menunjukkan harga rumput dan harga jagung masing-
masing berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah permintaan rumput pada taraf nyata 15 persen. Peubah produksi sapi berpengaruh nyata terhadap permintaan
rumput. Usaha ternak sapi di Minahasa merupakan usaha sambilan disebabkan rumahtangga tidak memiliki modal yang cukup untuk pembelian input termasuk
pembelian rumput. Sehingga naiknya harga rumput menyebabkan rumahtangga berusaha menurunkan permintaan rumput. Walaupun pengaruh harga rumput
terhadap permintaan rumput tidak nyata. Rumput yang dikonsumsi berasal dari lokasi kebun, pembelian rumput dilakukan pada waktu tertentu yaitu bila terjadi
musim kemarau yang panjang. Selain itu, ternak dipelihara secara tradisional, salah satu ciri adalah ternak sapi dibiarkan merumput dilahan-lahan pertanian.
Rumput yang dikonsumsi merupakan rumput yang tumbuh liar ataupun limbah pertanian yang dianggap cukup sebagai konsumsi ternak, namun kualitasnya tidak
memenuhi sandar gizi bagi ternak sapi. Biaya transaksi tidak mempengaruhi permintaan rumput. Hal ini disebabkan rumput dibeli dan dibawa oleh penjual
rumput, sehingga rumahtangga tidak mengeluarkan biaya transaksi. Apabila harga jagung meningkat rumahtangga memilih menjual
jagungnya. Pendapatan yang diperoleh dialokasikan sebagai pengeluaran kebutuhan pokok. Namun karena sudah menjadi tradisi, sebagian jagung yang
ditanam untuk konsumsi ternak, peningkatan harga jagung pengaruhnya sangat kecil bagi permintaan rumput.
Semakin tinggi produksi sapi kebutuhan terhadap pakan semakin tinggi. Peningkatan produksi sapi cukup berpengaruh terhadap permintaan rumput.
Walaupun ternak dibiarkan merumput sendiri, namun dengan bertambahnya produksi maka ketersediaan rumput semakin tidak mencukupi. Untuk mengatasi
hal ini rumahtangga terpaksa meningkatkan permintaan rumput dengan cara beli atau mencari lokasi pertanian yang lebih jauh sebagai tempat merumput sapi.
Nilai elastisitas permintaan rumput terhadap peubah harga rumput, produksi sapi dan harga jagung masing-masing lebih kecil satu. Artinya
permintaan rumput tidak responsif terhadap harga rumput. Hal ini disebabkan ketersediaan rumput dilahan-lahan pertanian semakin berkurang, apalagi dengan
terjadinya musim kemarau yang panjang menyebabkan rumahtangga harus membeli rumput. Sesuai dengan hasil penelitian Priyanti 2007 bahwa jumlah
permintaan jerami segar tidak responsif terhadap harga jerami. Semakin banyak produksi sapi kebutuhan rumput semakin meningkat.
Namun perubahan permintaan rumput ini tidak responsif terhadap produksi sapi. Di Minahasa konsumsi ternak berasal dari jagung dan limbahnya sehingga pada
saat musim tanam rumahtangga belum membeli rumput. Selain itu kebutuhan konsumsi rumput belum menjadi perhatian bagi rumahtangga. Konsumsi rumput
seharusnya sekitar 10 persen dari berat badan ternak sapi. Rumahtangga menanam jagung selain sebagai sumber pendapatan juga untuk kebutuhan konsumsi ternak.
Kenaikan harga mendorong rumahtangga menjual jagungnya. Namun harga jagung pengaruhnya sangat kecil terhadap permintaan rumput. Permintaan rumput
tidak responsif terhadap harga jagung. Rumahtangga masih dapat memanfaatkan rumput liar dan limbah pertanian lain sebagai pakan.
Hasil estimasi sesuai Tabel 38 juga menunjukkan semua tanda untuk peubah yang mempengaruhi peubah jumlah permintaan rumput oleh rumahtangga
petani peternak sapi di Bolaang Mongondow telah sesuai kiteria ekonomi. Harga rumput berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan rumput pada taraf nyata 15
persen. Sedangkan produksi sapi, penerimaan usaha sapi dan penerimaan usaha kelapa masing-masing berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan rumput.
Seperti di Minahasa, usaha sapi di Bolaang Mongondow merupakan usaha sambilan dan turun temurun. Rumahtangga tidak memiliki modal yang cukup
untuk pembelian input termasuk pembelian rumput. Naiknya harga rumput menyebabkan rumahtangga berusaha menurunkan permintaan rumput. Rumput
yang dikonsumsi berasal dari lokasi kebun, sehingga pembelian rumput dilakukan pada waktu tertentu yaitu bila terjadi musim kemarau yang panjang. Selain itu,
ternak sapi dipelihara secara tradisional, salah satu ciri adalah ternak sapi dibiarkan merumput dilahan pertanian. Rumput yang dikonsumsi merupakan
rumput liar atau limbah pertanian yang dianggap cukup sebagai konsumsi ternak namun kualitasnya tidak memenuhi sandar gizi bagi ternak sapi. Jumlah
permintaan rumput tersebut tidak responsif terhadap harga rumput. Seperti di Minahasa, biaya transaksi dianggap tidak mempengaruhi permintaan rumput.
Semakin tinggi produksi sapi kebutuhan terhadap pakan semakin tinggi. Naiknya produksi sapi berpengaruh terhadap permintaan rumput. Ternak
dibiarkan merumput sendiri, namun bertambahnya produksi menyebabkan ketersediaan rumput semakin tidak mencukupi. Rumahtangga berusaha
meningkatkan permintaan rumput dengan cara beli atau mencari lokasi pertanian yang lebih jauh sebagai tempat merumput sapi. Namun seperti di Minahasa,
permintaan rumput tidak responsif terhadap produksi sapi. Hal ini disebabkan kebutuhan konsumsi rumput belum menjadi perhatian bagi rumahtangga.
Penerimaan usaha ternak sapi di Bolaang Mongondow sangat menentukan permintaan rumput untuk konsumsi ternak. Dalam melakukan proses produksi,
rumahtangga membutuhkan budget. Semakin tinggi penerimaan usaha sapi mendorong rumahtangga menaikkan permintaan input termasuk permintaan
rumput. Namun permintaan rumput tersebut tidak responsif terhadap penerimaan usaha sapi. Hal ini disebabkan rumput merupakan makanan utama bagi ternak dan
dapat dipenuhi dari rumput-rumput yang tumbuh liar dan limbah pertanian. Penerimaan usaha kelapa merupakan sumber penerimaan utama bagi
rumahtangga di Bolaang Mongondow. Penerimaan tersebut dialokasikan selain untuk kebutuhan pokok juga untuk kebutuhan proses produksi usaha sapi.
Semakin tinggi penerimaan usaha kelapa, pengaruhnya cukup besar bagi peningkatan permintaan rumput. Namun permintaan rumput tidak responsif
terhadap penerimaan usaha kelapa. Fenomena tersebut menunjukkan rumahtangga petani peternak sapi di Bolaang Mongondow tetap berusaha memenuhi kebutuhan
pakan sapi walaupun tidak ada peningkatan pendapatan. Pemenuhan kebutuhan pakan tersebut dilakukan dengan cara ternak sapi dilepas di kebun yang agak jauh.
7.2.2. Permintaan Benih Jagung