Simulasi Model METODOLOGI PENELITIAN

koefisien determinasi R 2 dan Theil’s Inequality Coefficient U. Persamaan masing- masing kriteria statistik menurut Koutsoyiannis 1977 dan Pindyck and Rubinfeld 1991, adalah : ∑ − = 2 1 i i A S n RMSE { } ∑ − = 2 1 100 i i i A A S n RMSPE ∑ ∑ ∑ + − = 2 2 2 1 1 1 i i i i A n S n A S n U dimana: n = Jumlah pengamatan, S i = Nilai simulasi contoh ke-I, A i = Nilai aktual contoh ke-i Kriteria RMSE, RMSPE dan U Theil’s, menunjukkan apakah suatu model akan semakin baik sebagai penduga atau tidak. Semakin kecil nilai RMSE, RMSPE dan U Theil’s akan semakin baik penduga model yang digunakan. Jika U=0 berarti estimasi model yang dihasilkan adalah semakin baik, dan jika U=1 maka estimasi model semakin jelek. Nilai R 2 untuk membandingkan antara data actual dengan data hasil estimasi peubah endogen Pindyck and Rubinfeld, 1991.

4.8. Simulasi Model

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka pengembangan peternakan khususnya pada usaha ternak sapi diantaranya pemberian bantuan dalam bentuk ternak atau dana cash. Bantuan ini dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman yang selanjutnya dapat meningkat kesejahteraan mereka. Pemerintah melakukan investasi peternakan untuk mengantisipasi adanya impor ternak dan produk ternak yaitu daging sapi. Namun kenyataan di lapang menunjukkan bahwa program yang dilakukan pemerintah kurang berhasil. Masalah lain, rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman menghadapi biaya transaksi dalam penjualan ternak sapi. Kasus tersebut sangat diperlukan intervensi pemerintah dalam hal bagaimana meminimalkan biaya transaksi agar penerimaan yang diperoleh dari penjualan ternak sapi lebih tinggi. Apabila biaya transaksi tidak bisa dihindari maka upaya yang dapat dilaksanakan adalah peningkatan harga output harga sapi. Harga output dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan bobot minimum penjualan ternak sapi. Naiknya biaya transaksi dibarengi naiknya harga output diharapkan mempunyai dampak positif terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman. Cara lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah perlu dipertimbangkan untuk membangun suatu lembaga yaitu koperasi agar ke depan rumahtangga dapat menjual ternaknya melalui koperasi. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka dilakukan analisis simulasi biaya transaksi, harga dan upah. Analisis ini dilakukan untuk mempelajari dampak perubahan : harga ouput, harga input, upah tenaga kerja, biaya transaksi maupun dampak penurunan biaya perantara penjualan sapi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga. Analisis perubahan tersebut akan dilakukan adalah kombinasi dengan perubahan sebesar 10 persen. Peningkatan ini dilakukan berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa biaya perantara penjualan sapi setiap tahunnya mengalami peningkatan dan pada saat penelitian biaya perantara penjualan sapi berkisar antara 10-20 persen. Penekanan biaya perantara dapat dilakukan dengan cara rumahtangga menjual sendiri ternaknya atau melalui koperasi. Harga ternak sapi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya namun harga ternak sapi di Sulawesi Utara lebih murah dibanding daerah lain. Harga kopra yang diterima rumahtangga lebih murah dibanding bila rumahtangga menjual di pabrik minyak goreng. Analisis simulasi di Minahasa dan Bolaang Mongondow dilakukan dengan berbagai skenario, yaitu : Skenario 1 S1 = Skenario 2 S2 = Skenario 3 S3 = Skenario 4 S4 = Skenario 5 S5 = Skenario 6 S6 = Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagungkopra, harga sapi dan harga jagungkopra. Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagungkopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja. Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagungkopra, harga sapi, harga jagungkopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja. Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagungkopra, harga sapi dan harga jagung kopra. Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagungkopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja. Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagungkopra, harga sapi, harga jagungkopra, harga rumput, Skenario 7 S7 = Skenario 8 S8 = harga urea dan upah tenaga kerja. Peningkatan harga sapi dan harga jagungkopra pada kondisi ada biaya transaksi dan kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Peningkatan harga sapi, harga jagungkopra, harga rumput, harga urea dan upah pada kondisi ada biaya transaksi dan kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow.

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

Pada bagian ini akan dibahas keadaan umum wilayah penelitian dan keadaan umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah sebagai penunjang pengembangan peternakan khususnya pengembangan usaha ternak sapi sehingga perlu dipelajari dalam penelitian ini. Keadaan wilayah tersebut di Sulawesi Utara menyangkut keadaan kabupaten Minahasa dan Bolaang Mongondow. Keadaan rumahtangga yang dimaksud yaitu karakteristik dan perilaku rumahtangga. Karakteristik rumahtangga meliputi umur, lama pendidikan baik formal maupun informal, pengalaman berusaha ternak sapi serta jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah dan jumlah angkatan kerja. Perilaku rumahtangga menyangkut perilaku ekonomi yang meliputi :1 kegiatan produksi, 2 curahan kerja, 3 pendapatan; dan 4 pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga petani peternak.

5.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 15 ‘ – 5 34 ‘ LU dan 123 07 ‘ – 127 10 ‘ BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, Republik Philipina dan Laut Pasifik. Sebelah Timur dengan Laut Maluku, sebelah Selatan dengan Teluk Tomini dan sebelah Barat dengan Provinsi Gorontalo. Wilayah Sulawesi Utara terdiri dari 6 Kabupaten dan 3 Kota dengan luas wilayah sebesar 15.221,06 km 2 Tabel 8. Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan Kabupaten terluas yaitu 8 358.04 km 2 54.35 , kemudian diikuti Kabupaten Minahasa Selatan 2 079.14 km 2 13.52, Kepulauan Talaud 1 250.92 km 2 8.14, Minahasa 1 117.15 km 2 7.27